17✓

705 32 0
                                    

Kalau ngerasa capek, inget masih banyak yang lebih capek.
Kalau ngerasa susah, inget masih banyak yang lebih susah.
Kalau mau ngeluh gak papa,
Kalau mau nangis juga silahkan.
Tapi inget, sewajarnya, secukupnya

-- Galaksi --

"Tadinya gue mau ngucapin selamat. Tapi gak jadi. Maybe lain kali lo yang bakal ngucapin selamatnya buat gue," sinis Mega.

Ia berdiri dari tempat duduknya. "Saya permisi," pamitnya lalu berjalan meninggalkan empat orang tersebut.

Tepat saat Mega berjalan keluar Resto ia bertemu dengan Galaksi di sana. Mega pikir Galaksi sudah pergi keluar atau kerumah Luna. Melihat Mega berjalan keluar Resto Galaksi segera berdiri dan berjalan kearahnya.

"Lama banget, sih, lo!" cibir Galaksi ketika sampai di samping Mega.

"Ngapain, sih?" sinis Mega.

Bukannya menjawab Galaksi justru menarik tangan Mega menyeretnya dengan berjalan sedikit cepat beruntung Mega memakai Jeans dan sepatu Vans membuatnya mudah mengimbangi langkah Galaksi.

"Mau kemana, sih?" kesal Mega.

"Ke rumah bunda."

"Masih jauh? Gue capek," ucap Mega menghentikan langkahnya membuat Galaksi terhenti.

Bayangkan mereka sudah berjalan sejauh mungkin dari Resto dan malam ini tak ada kendaraan yang lewat padahal jam menunjukkan pukul 20.00  malam.

Mega duduk di trotroar dengan menselonjorkan kedua kakinya menghiraukan Galaksi yang terus menatapnya.

"Kenapa?" tanya Galaksi duduk di samping Mega.

"Capek!" eluh Mega menyenderkan kepalanya pada bahu Galaksi.

Galaksi beringsut duduk di depan Mega membelakangi gadis itu membuat Mega mengernyit bingung. "Naik!" titahnya.

Mega tersenyum dan dengan senang hati Mega naik ke punggung Galaksi. Tangannya melingkar pada leher Galaksi sedangkan dagunya ia tempelkan pada bahu kiri Galaksi.

"Gue berat, ya?" tanya Mega ketika melihat keringat di dahi Galaksi tangannya membersihkan keringat Galaksi dengan ujung lengan yang ia kenakan.

"Iya. Berat banget."

Mega mendengus sebal. "Ish. Turunin gue, kalo gitu!" ucapnya sebal.

"Gak mau."

"Kok gak mau, sih?!"

"Karena gue gak mau lo di gendong cowok lain, selain gue!" jawab Galaksi membuat Mega tersipu tangannya memukul pundak Galaksi sebal. Sedangkan sang empu justru terkekeh.

Hening. Mega menyandarkan kepalanya pada bahu Galaksi udara malam membuatnya sedikit mengantuk sedangkan Galaksi masih berjalan ke arah rumah milik bundanya yang telah lama meninggal dan mewariskan rumah itu pada Galaksi.

"Ra?" panggil Galaksi.

"Hm."

"Tetep kayak gini ya. Jadi Ara dan alde yang sahabatan sejak kecil?" pintanya.

"Iya," jawab Mega sedikit mengantuk.

"I love you," ujar Galaksi serius ketika sampai di halaman rumah

"I love you too," jawab Mega sebelum benar-benar tertidur.

Mendengar itu Galaksi tersenyum senang inilah yang ia suka dari Mega saat gadis itu setengah sadar maka ia akan menjawab dengan jujur.

-- Galaksi --

Mega mengerjapkan matanya pelan menyesuaikan cahaya lampu ruangan tempatnya saat ini. Ia merasa haus matanya menatap sekeliling ruangan yang sangat ia kenal. Netra nya menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 03.00 pagi.

Saat Mega mencoba bangun. Ia merasa ada sesuatu yang melingkar perutnya. Ia melihat ke samping melihat Galaksi yang tertidur di sampingnya dengan tangan yang melingar di perutnya.

Mega sudah berulang kali menyingkirkan tangan Galaksi bukannya mengendur tangannya justru semakin mengerat membuat Mega susah bergerak. Mega menepuk pipi Galaksi pelan membangunkan pria itu.

"Alde! Bangun! Gue haus! Mau minum," sebal Mega berteriak tepat di telinga Galaksi membuat sang empu berjengit kaget.

"Apaan sih, Meg?!" tanyanya seraya mengusap telinga kanannya.

"Gue mau minum!" cetus Mega beranjak keluar kamar.

Langkahnya terhenti ketika sampai di depan meja makan. Ia mengambil gelas lalu menuangkan air. Belum sempat air itu sampai di tenggorkannya ia tersedak ketika dua lengan kekar melingkari perutnya dari belakang membuatnya berjengit kaget.

Uhhukk!! Uhhukk!! Uhhukk!!

Setelah beberapa saat batuknya mereda. Mega memukul tangan Galaksi setelah meletakkan gelas di meja.

"Kaget tau!" kesal Mega. Galaksi hanya terkekeh lalu melepaskan tangannya dari perut Mega.

"Laper," eluh Mega ketika duduk di kursi meja makan disusul Galaksi yang duduk di sampingnya.

"Bentar, kayaknya tadi ada nasi goreng deh," ucap Galaksi bangun dari kursi berjalan menuju dapur dan mengambil sepiring nasi goreng yang di buat pembantunya tadi sebelum pulang.

"Nih!" ucapanya seraya menyodorkan sepiring nasi goreng di depan Mega.

"Lo gak makan?" tanya Mega dibalas gelengan oleh Galaksi.

"kenapa?"

"Gak laper."

"Ya udah," ucap Mega memakan nasi goreng miliknya menghiraukan Galaksi yang menatapnya dengan pipi yang ia tempelkan pada meja makan.

"Ra,"panggil Galaksi.

"Apa?" tanya Mega dengan mulut yang masih mengunyah nasi.

"Ra!"

"Apaan?"

"Lihat sini deh," pinta Galaksi menegakkan badannya menghadap kearah Mega.

Mega meletakan sendoknya lalu menatap Galaksi dengan mulut penuh sehingga membuat pipi tembamnya membulat. Terlihat mengemaskan dimata Galaksi membuat Galaksi spontan mengigit pipi Mega lalu mengendong gadis itu ala bridal style menuju sofa di depan televisi.

Mega mendengus sebal karena kelakuan Galaksi. Jika sudah merasa Gemas ia tak segan mengigit pipinya sampai merah.

"Sakit!" sebal Mega mengusap pipinya.

"Uluh-uluh sini-sini gue cium," ucap Galaksi sembari mencium pipi Kanan Mega yang ia gigit tadi.

Galaksi menarik bahu Mega agar bersender pada dadanya. Tangannya mengusap lembut rambut Mega membuat Mega merasa nyaman kemudian menutup matanya.

Galaksi mempererat pelukannya ketika mendengar deru napas teratur dari gadis di dekapannya ini.

Tbc.

GALAKSI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang