Dia bernafas lega saat mendapati ruang rawat jihoon tanpa pengawasan. Tidak ada satu bodyguardpun disana meski begitu ia tetap harus melangkah hati-hati. Berjaga-jaga.
Jantungnya berpacu saat tangannya sudah menyentuh gagang pintu yang terasa dingin. Dengan pelan ia membuka dan ia memandang heran saat ruangan itu kosong dan tertata rapi.
Ia langsung menutup pintu itu dengan kesal setelah menyadari. Pantas saja tidak ada satu pun bodygoard di sekitar ini.
Kakinya beranjak pergi meminta penjelasan pada resepsionis rumah sakit tentang keberadaan jihoon.
"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya sang perawat padanya saat ia berdiri di sana dengan penuh waspada.
"Iyah, orang yang berada di kamar vvip 05 di mana ya? Kok tidak ada?" Ujarnya tenang.
Sang suster tidak langsung menjawab. Ia teringat akan perkataan pak kwon pada rumah sakit ini. Jika keberadan jihoon tidak ada yang boleh tahu kecuali keluarga.
"Apakah anda keluarganya?" Tanya sang suster.
Ia berpikir sejenak. Seakan mengerti ia menggeleng. "Saya hanya temannya saja, ingin menjenguk,"
"Maaf, karna anda tidak keluarganya,jadi mohon maaf, saya tidak bisa memberi tahu,"
"Yaa sudah, tidak papa," ia berlalu dari sana.
Dia bisa saja mengatakan bahwa dia adalah keluarga dari jihoon sehingga dengan muda mengetahui keberadaan jihoon. tapi sepertinya pemikirannya sedang baik. Jika dia mengatakan hal itu maka ia akan dalam bahaya.
Suster itu akan menghubungi keluarga jihoon dan bertanya. Apakah dia bener-bener keluarganya atau bukan.
"Sepertinya permainan semakin seru," ujarnya saat berada di dalam mobil.
"Sejauh apapun, bau mu bakalan kecium juga," mobil itu dijalankan menuju pulang kerumah.
Beberapa jam telah terlewati. Kini jihoon tersadar dan membuka matanya secara perlahan. Rasa denyut dikepala belum menghilang sepenuhnya.
Pak kwon yang masih terjaga langsung bangkit begitu mengetahui jihoon sudah. "Kamu sudah sadar sayang," ujar senang.
Jihoon mengangguk sangat pelan hingga tak kelihatan.
"Dimana?" Tanyanya sangat pelan saat mengetahui ruangan ini berbeda dari ruangannya sebelumnya."Di jepang,"
Jihoon menyentuh bagian kepala belakangnya sambil memejamkan mata saat denyutan bergelombang.
"Masih sakit?" Tangan pak kwon ikut menyentuh.
"Yaa, sedikit, rasanya seperti di tusuk-tusuk,"
Cup-pak kwon mengecup di bagian yang sakit.
"Ku harap itu mampu meredahkan rasa sakitnya,"
Jihoon tersenyum tipis. Merasa terharu. Pak kwon begitu setia mendampinginya.
"Terima kasih," ujar jihoon berbisik.
Cup- pak kwon mengecup bibir jihoon.
"Jangan berterima kasih,kamu begini karna aku tidak menjaga mu dengan baik,"
Jihoon menggeleng tidak berdaya. Membantah ucapan pak kwon barusan.
"Yaa sudah kamu istirahat lagi ya, kepala mu sangat butuh istirahat yang banyak,"
Jihoon memejamkan matanya saat tangan lembut pak kwon mengelus keningnya dengan pelan. Jihoon menikmati setiap sentuhan yang di berikan pak kwon padanya.