"Ji, tadi pak kwon minta izin sama mama,mau ngajak kamu ke jepang" jihoon berhenti mengunyah dan dia langsung mengangguk. "ia, ma, bole gak?" tanya jihoon penuh harap. Tidak ada suara. Tidak ada balasan. Jihoon menunggu harap-harap cemas. Mamanya sedang memikirkan sesuatu. "Ma.. "panggil jihoon tak sabar.
"Bole kok" putus mamanya tersenyum. Mendengar hal itu jihoon ikut tersenyum dan bernafas lega. " makasih ya ma" ujarnya penuh kebahagiaan. "Ya sama-sama sayang" balas mamanya.
Pak kwon membukakan sealtbel milik jihoon. Mereka telah sampai di parkiran sekolah. "Makasih pak" ujar jihoon. Pak kwon tersenyum membalas. "Ia sama-sama sayang, oia..gimana jawaban mama mu? Di kasih izin gak?" Tanya pak kwon. Mereka masih betah di dalam mobil. "di kasih dong" balas jihoon senang. Pak kwon mencubit pipi jihoon pelan ingin menyalurkan kegemasannya terhadap tingkah manis jihoon. "syukur lha,aku pikir mama mu bakalan gak ngasih izin ternyata aku salah" balas pak kwon ikut tersenyum. "Mama aku kan baik,sama seperti anaknya" ujar jihoon membanggakan diri. "Hahahhaha...,kamu ini kepedeannn"
"Gak papa dong" balas jihoon gak mau kalah.
Sudah menjadi kebiasaan buat mereka sebelum berpisah mereka akan memberi semangat satu sama lain lewat sebuah ciuman.
ciuman singkat. Untuk waktu yang mepet. Ciuman di sertai lumatan untuk memberikan semangat yang lebih.
'Cup'
Hari ini ciuman singkat. Waktu yang tersisa kebanyakan di habiskan untuk berbincang-bincang."Belajar yang bener" peringat pak kwon sebelum melepaskan jihoon dalam pelukkannya. "Ngajar yang bener" balas jihoon. Keduanya tertawa atas perkataan mereka barusan. Sebelumnya mereka belum perna melakukan hal semacam itu. Ini baru pertama kalinya.
Suasana kelas sedang ricuh. Biasa kalo jam pelajaran kosong. Isi kelas akan seperti pasar. Ada yang sibuk main ponsel,ada yang sibuk menggosip,ada yang sibuk menganggu temannya dan ada yang sibuk mencuri-curi perhatian. Seperti yang di lakukan jun terhadap jihoon. Jihoon yang tengah sibuk dengan ponselnya tidak menyadari tatapan penuh dambaan dan ingin memiliki dari jun. Terkadang jihoon tertawa kecil. Membuat jun tanpa sadar ikut tertawa. Terkadang jihoon cemberut membuat jun gemas setengah mati. Tapi untuk mencubit pipi jihoon dia tidak punya nyali sedikitpun meski dia ingin melakukan hal itu.
Bel istirahat berbunyi. Semua orang yang berada di dalam kelas keluar bagaikan anak ayam yang lepas dari kandangnya. Sungguh pemandangan yang indah.
Di perjalanan menuju kantin jun membuka suara."hari minggu nanti kalian ada waktu gak?" Tanyanya melirik ketiga temannya. Wonwoon dan mingyu menggeleng. Dan jihoon mengangguk. Membuat jun,wonwoo dan mingyu menatap jihoon kompak dan wonwoo bertanya. "Tumbem ji, biasanya kan kita bertiga selalu bareng kalo mau keluar" jihoon tersenyum. Dia sudah menduga akan hal ini. Untung saja dia sudah menyiapkan jawaban yang tepat untuk ketiga temannya agar temannya tidak curiga. "Aku ada acara won, acara keluarga" jelasnya singkat. "Oh.. " balas wonwoo dan mingyu kompak. Tidak dengan jun. Jun penasaran dan bertanya-tanya di dalam hatinya. "Apakah jihoon sengaja menghindari dirinya? Entah lha,semoga saja dia benar,jika dia ada acara keluarga"
"Ya.. sayang sekalii padahal aku ingin ngajak kalian lohh" desah jun sedikit kecewa. "Gak mungkin kan kita pergi tapi jihoonya gak ikut, gak enak entar" sambung jun lagi. "Eh.. gak papa loh jun, gak usa merasa gak enakan gitu ahk" balas jihoon cepat di sertai senyum manisnya. Seketika jun membeku. Gimana ya. Jihoon jarang sekali memberi senyum ke jun.
Jun sadar saat mingyu menyenggol lengannya. "Kesambet ya lu" ujar mingyu melirik jun curiga. "Gakkk.." balas jun cepat dan langsung mengubah raut wajahnya.
"Ehe . Jun Kok pesanan mu sama seperti punya jihoon" tanya wonwoo saat menatap mangkuk yang berada di depan jun dan jihoon. Jun melirik isi mangku di depan jihoon. "Ia nih,mungkin kami jodoh" ujar jun asal. Jihoon terbatuk-batuk akibat jus yang dia minum. Awalnya dia gak peduli atas apa yang jun pesan yang membuat dia terbatuk ya itu perkataan 'mungkin kami jodoh'. " jangan Mulai deh" ujar mingyu gemas sambil menjitak kepala jun. "Apaa sihh" ujar jun tak terima.
Jun melirik kecil ke arah jihoon yang tidak menguarkan suara apapun "ji,kamu sakit?" Ujar jun ingin menyentuh kening jihoon. Jihoon yang melihat itu langsung mundur "gak ,aku baik-baik saja" jun mengangguk "tapi dari tadi kamu diam aja , aku pikir kamu sakit" jihoon tidak membalas dia memilih memakan kembali makannya. Itu lebih bagus dari pada meladeni omongan jun.
'Hah..'
Jihoon mendesah lelah. Tiap dia di dekat jun. Dia merasa sedikit risih dan takut juga. Gimana ya jun itu sudah mulai ingin mendekati dirinya. Hal itu membuat jihoon sedikit goyah. Pesona jun itu tidak bisa di bilang main-main. Hampir imbang lha dengan pak kwon."Kamu kenapa lagi" jihoon melirik pak kwon. Lalu dia menjatuhkan kepalanya di lengan pak kwon. "Jun,makin hari makin maju,aku takut pak" aduh jihoon. Dia gak bohong loh. "Emang kamu takut kenapa?" Jihoon memeluk tubuh pak kwon. "Dia selalu memperhatikan diri ku, aku sedikit risih" ujar jihoon pelan. "Dan aku takut jika aku nanti jatuh dan mendua" sambung jihoon di dalam hati. Pak kwon melepaskan pelukan jihoon. "Coba tatap aku" pinta pak kwon. Seakan tahu apa yang sedang jihoon pikirkan. "Kamu tahu,di dalam setiap hubungan itu tidak selalu berjalan mulus. Terkadang masalahnya itu terdapat di orang ketiga,berbeda pendapat dan tidak mengerti satu sama lain bisa di bilang egois serta ketidak cocokan, saat ini yang sedang kita alamii ya itu orang ketiga, kamu tahu kenapa aku selalu manjain kamu,perhatiin kamu? Karna aku bener-bener mencintaimu,aku ingin nama ku selalu di hati mu dan setiap perlakuan ku melekat di memori mu" ucapan serta tatapan pak kwon mampu menyihir isi kepala jihoon.
"sayangg..." tangan pak kwon kini berada di hati jihoon. "Aku pinta pada mu Letakan selalu nama ku di hati mu"Jihoon terbungkam. Isi kepalanya kosong seketika terhanyut akan setiap perkataan pak kwon. Hingga dia menganggu pelan.
"Terima kasih sayang,aku akan berusaha lebih untuk kamu" dan mobil mulai berjalan menuju pulang.
"Jangan lupa ya,persiapakan dirimu untuk esok, kita berangkat dari sekolah aja,biar hemat waktu" perkataan pak kwon mendapat gelengan cepat dari jihoon. "Gak mau, masa aku pakai seragam sih" pak kwon tertawa. "Kamu kan bisa ganti baju di toilet sekolah sayang" jihoon mengeleng lagi "gak mau,aku takut" pak kwon terdiam sebentar. "Gimana kalo gantinya di toilet ruangan ku" usul pak kwon. "Gak mau juga pakkk, kenapa gak pulang ke rumah dulu aja sih pak"
"Gak bisa sayang,waktunya gak sempat"
"Bapakkkkk.." rengek jihoon.
"Sayangggg.." balas pak kwon.
"Kok ikut-ikutan sihh??"
"Sayang,..dengarkan aku, waktunya mepet, kalo kita pulang ke rumah lagi,kita bakalan ketinggalan pesawat,uda kamu entar ganti di ruangan aku aja" putus pak kwon cepat.
Setengah hati jihoon mengangguk. Dia bener-bener tidak bisa menang mengalahkan pak kwon. Ya maklum saja lha. Efek umur yang berbeda.
"Bapak hati-hati nyetirnya,jangan kebut-kebutan. Karna bapak bukan pembalap" ujar jihoon saat ciuman kening terlepas. "Ia sayang, aku masih sayang nyawa,aku suka loh,jika kamu cerewet. Hidup ku berasa berwarna"
"Apaan sihh"
"Ya sudah aku pulang ya" pamit pak kwon tak ingin memperpanjang perdebatan meskipun dia ingin sekalii.