Jun melangkah lambat. Dia mana mungkin tega melihat jihoon kesakitan saat berjalan.
Jun berahkir berhenti.
"Ji, izin kan aku untuk membantu mu" tatapnya memohon.
"Tidak jun, aku gak mau ada rumor tentang kita" jihoon tetap menolak. Ada hati seseorang yang sedang dia jaga. Dan orang itu berada di kelasnya.
Jun menghela nafas dan melangkah melanjutkan jalan menuju kelas.
"Dari mana saja jun? Saya tadi bilang apa? Sebentar kan?" Pak kwon begitu marah saat jun datang bersama jihoon. Meski mereka berjalan dengan jarak yang tidak dekat. Hati pak kwon panas. Pikiran buruk berkecamuk di otaknya. Gimana tidak jihoon di lihatnya berjalan dengan tertatih-tatih. Apakah jun telah berbuat jahat terhadap jihoon.
"Maaf pak, tadi saya benar ke toilet kebetulan saja ketemu jihoon di koridor jadi sama deh masuk nya," Jun bersikap santai. Seolah-olah apa yang dia ceritakan bener terjadi. Padahal di dalam hatinya merapalkan doa-doa.
"Ji, apa bener?" Kini pandangan pak kwon tertuju pada jihoon. Jihoon tidak mungkin bohongkan?
"Bener pak, aku tadi ketemu sama dia di koridor" jawabnya bohong. Jihoon ikutan takut juga melihat wajah pak kwon. Karna tak ingin jun kenak amukan pak kwon yang akan di saksikan seluruh orang di dalam kelas, jihoon berani berbohong pada pak kwon untuk melindungi jun. Semoga saja pak kwon tidak mengetahu hal yang sebenarnya.
"Kalian berdua duduk"
Jihoon dan jun bernafas lega.
Pip.
"Aku tahu kamu bohong, sudah mulai berani ya"
Jihoon melotot. Isi pesan pak kwon penyebabnya. Di liriknya pak kwon yang masih setia menunduk di meja ngajarnya.
"Maaf, aku gak tega melihat wajah jun, please pak jangan marah padanya"
"Ok. Aku gak akan marah, tapi ada syaratnya"
"Apa?"
"Nanti aku jelaskan, sekarang kerjakan soal yang aku berikan"
Jihoon menyimpan kembali ponselnya. Di liriknya sekali lagi pak kwon dan kebetulan pak kwon menatap ke arahnya.
"Semoga tidak yang aneh-aneh"
Bel pulang berbunyi. Surga bagi semua siswa. Semua bersorai gembiran. Tidak bagi jihoon. Dia penasaran akan syarat dari pak kwon dengan sedikit was-was.
"Ji, kamu gak pulang?"
"Nanti jun,kamu duluan aja" jihoon sibuk memasukan alat tulisnya ke dalam tas dengan lambat.
"Oh. Ok, aku duluan ji,sampa besok"
"Hmmm...." jihoon menutup tasnya begitu alat-alat belajarnya sudah masuk semua.
Pip
"Ke ruangan ku sekarang"
Tiba-tiba saja perasaan jihoon tidak enak. Selama mereka pacaran, pak kwon tidak perna marah padanya. Kata orang-orang. Orang yang jarang marah. Sekali marah bakalan ngeri.
Jantung jihoon berdegug kencang. Pintu ruangan pak kwon tidak jauh lagi. Keringat dingin mulai muncul. Pak kwon emang pacarnya. Tapi rasa takut itu pasti ada kan jika sudah melihat rauh-rauh wajah seseorang yang kita sayangi marah.
Pak kwon berbalik dari kursi putarnya saat mendengar suara pintu. Jihoon menelan ludahnya dengan susah payah. Wajah pak kwon terlihat menyeramkan.
Jihoon mendekat agak kesusahan dan Mengigit bibir sangking takutnya.
"Sini" pak kwon menepuk pahanya.Jihoon menunduk takut, kalopun dia kabur atau menghindar tetap saja dia bakalan ketemu pak kwon. Hal itu yang membuat jihoon mau tak mau mengiakan ucapan pak kwon.
Jihoon sudah berdiri di hadapan pak kwon masih dengan menunduk.
"Duduk di sini"
Jihoon tidak bergerak. Jangankan bergerak bernafas aja susah.
Srekkk.
Akhirnya jihoon duduk di pangkuan pak kwon. Tepat menghadap wajah pak kwon.
"Jangan menunduk, aku gak bisa melihat wajah cantik mu" pak kwon mengangkat dagu jihoon.
Jihoon membuang wajahnya tak ingin memandang wajah pak kwon.
"Tatap aku, aku ingin melihat mata indah mu" pak kwon menahan wajah jihoon untuk tetap memandang ke arahnya.
"Kamu jangan tahan nafas, kalo kamu mati yang menemani hidup ku siapa?
"Aku memang marah saat kamu berani berbohong hanya untuk menyelamatkan jun, tapi aku gak bisa marah sama kamu, kamu tahu kenapa? Karna aku sayang sama kamu, jika aku marah,kamu pasti sedih,dan aku gak suka melihat kamu sedih, ingat. Ini peringatan pertama dan terakhir sayang,aku gak mau melihatnya lagi"
Cup
Bibir pak kwon menempel di Kening jihoon dan Pak kwon memeluk tubuh jihoon serta mengelus punggung mungil itu dengan lembut.
Jihoon bernafas lega. Pikiran buruk tentang pak kwon yang menghantui isi kepalanya seketika menghilang. Hatinya kini menghangat. Dugaannya salah. Amat sangat salah.
"Tapi aku ingin sesuatu dari kamu" bisik pak kwon.
"Apa?" Jihoon sudah berani menatap wajah pak kwon.
"Aku ingin membuat tanda di sini" jemari pak kwon mengelus permukaan leher jihoon. Jihoon terkekeh kegelikan.
"Gak bole, kalo orang lain tahu gimana?" Jihoon menjauhkan kepalanya dari jangkauan tangan nakal pak kwon.
"Mau atau mau? Pilih dari dua kata itu"
"Atau" Jihoon berujar bercanda.
"Aku serius.."
"Gimana kalo aku aja yang bikin tanda di sini" jemari nakal jihoon berbuat seperti apa yang di lakukan pak kwon barusan padanya.
"Sayangggg..."
"Hehehhehe.."
"Mau atau mau" pak kwon mendekatkan wajahnya ke wajah jihoon. Hidung mereka bersentuan. Hal itu membuat jihoon menahan nafas kaget.
"Aku bilang bernafas"
Jihoon menghembuskan nafasnya secara perlahan.
"Harus di sini?"
"Ia, karna aku belum perna melakukannya di sini"
"Kalo orang lain ada yang melihat gimana?"
"Siapa yang berani? Kamu aja datang ke sini karna perintah ku,padahal kamu adalah kekasih ku,apalagi orang lain yang bukan siapa-siapanku, tidak yang berani datang ke sini kalo bukan aku yang suruh?"
"Tap--..."
"Mau alasan apa lagi?hmm.."
"Mau atau mau..."
"Ish... menyebalkan, puk.
"Aduh... aku gak nyuruh kamu buat pukul aku ya sayang.."
"Bapak menyebalkan"
"Ok. Kita pulang"
"Bapak marah?"
"Tidak"
"Ia."
"Tidak"
"Ia.."
Cup
Berakhir pak kwon mengecup leher jihoon dengan rakuss.. di sertai hisapan.
"Ahk.."
Tubuh jihoon bergetar. Mereka tidak sering melakukan hal semacam ini. Yang sering mereka lakukan hanya di bibir dan di kening saja. Jika pak kwon sudah mengingkannya maka jihoon yang empunya leher pun tak bisa menolak."Pakk.. hmm.., aw.."
-terima kasih buat kamu-kamu yang sudah mampir ke sini😊- kalo kalian bosan bilang ya-