8. Ketahuan Plagiasi

64 1 0
                                    

Akhirnya perkuliahan hari ini selesai semua. Akhirnya aku bisa melewati semuanya. Rasanya beban beban di pundakku terangkat. Lega sekali. Sekarang yang kurasakan tinggallah lelah. Aku ingin segera pulang. Merebahkan diri di kasur. Mengganti waktu istirahatku yang semalam.

Dengan malas aku memasukkan buku ke dalam tas. Hoam, sudah berulangkali aku menguap.

"yuk kita makan " Kiran mengajakku.

"aku langsung pulang saja" mataku sudah sangat sayu sulit terbuka.

"kau tidak lupa kan hari ini ada kuliah Landasan Pendidikan, karena minggu ini dosen tidak bisa mengajar sesuai jadwal maka digantikan hari ini"

"what ?" aku ingin menangis saat itu juga.

"jika kau kurang baik, aku bisa meminta ijin kepada dosen untukmu Elee"

"tidak-tidak. Aku masih kuat. Tinggal satu mata kuliah itu saja kan ?"

"iya hanya itu" aku dan Kiran berjalan beriringan meninggalkan kelas "apa semalam kau tidak tidur" tanya Kiran dan kujawab dengan anggukan lemas dengan wajah cemberut.

Kiran menggelengkan kepala "kau pikir kau adalah Bandung Bondowoso. Menyelesaikan seribu candi dalam semalam ?"

"yhaa aku ikut melestarikan budaya leluhur mengenai sistem kebut semalam"

......................

Sampai di kantin, kami berdua duduk di tempat biasa. Meja yang letaknya paling pojok. Aku membawa nampan berisi mi goreng dengan air mineral. Kiran membawa nampan berisi nasi ayam dan jus apel. Aku menceritakan bagaimana sibuknya aku kemarin. Kiran hanya mengangguk-angguk merespon ceritaku.

Ketika kami sedang makan, Kavi datang dengan seorang perempuan.

"hey" Kavi menyapa kami.

Aku memandang Kavi lalu bergantian memandang perempuan itu. Dia tersenyum ramah dan aku membalasnya.

"siapa Vi ?" tanyaku

"Kenalin ini Rara, Ra ini sahabat aku Elee dan Kiran" kami saling bersalaman. "kau tidak perlu cemburu, aku berkata jujur dihadapan mereka bahwa mereka sahabatku"

Perempuan itu mengangguk.

Aku masih merasa aneh dengan situasi seperti ini. Baru hampir dua minggu aku berteman dengan Kavi dan aku baru melihat sifat dia bagian ini. Aku harus mempelajarinya. Seperti apa sifat Kavi yang satu ini. Aku tidak mau langsung memberi kesimpulan buruk.

"kalau begitu, kau bisa kembali bergabung dengan teman-temanmu" ucap Kavi kepada Rara.

Rara tersenyum lalu pergi sambil melambaikan tangan untuk Kavi. Pusing aku melihatnya. Apakah harus mereka melakukan hal itu disini.

"siapa Vi ? pacarmu ya ?" tanya Kiran.

Kavi duduk di samping Kiran. Mengambil jus milik Kiran dan meminumnya.

"bukan. Temen kok"

"uhuk-uhuk" aku tersedak.

"minum Elee" Kiran memberikan minumanku "kenapa ? ada cabai ?" aku menggelengkan kepala menjawab Kiran.

Aku terkejut bukan karena cemburu, lebih ke fakta ini menjurus ke kesimpulan buruk. Dan itu diluar ekspektasiku. Aku kira Kavi anak baik-baik.

"kau terkejut karena cemburu denganku Elee ?" tanya Kavi dengan gaya santainya.

"No. Big No"

"iya Elee ? kau menyukai Kavi ?" Kiran menatapku melotot.

"tidak, bukan seperti itu. Aku hanya terkejut melihat Kavi berinteraksi sedekat itu dengan perempuan tapi dia tidak mengakui punya hubungan dengan perempuan itu. Kau jangan jadi buaya, aku tidak mau terkena imbasnya" aku tidak mau berurusan dengan perempuan-perempuan yang menanyakan keberadaan Kavi ketika mereka dicampakkan oleh Kavi bersamaan.

academic adventuresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang