22. Help

22 1 0
                                    

Aku dan Bhale berjalan ke meja staf yang ada di sisi selatan ruang perpustakaan. Ada deretan meja kayu tertata rapi berjaraj antara satu dengan lainnya. Meja kayu dengan ukiran khas jepara yang begitu indah. Komputer dan beberapa kertas menghiasi masing-masing meja. Semua staf fokus dengan pekerjaan mereka masing-masing. Hanya staf tertentu saja yang memiliki ruangan sendiri seperti Bu Nidia. Selebihnya mereka berada disini. Ada lima orang staf yang berada disini.

Mataku memperhatikan satu persatu petugas mencari keberadan Ibu paruh baya yang meminta bantuanku tadi. Aku menemukan beliau ada di tepi. Beliau fokus memperhatikan komputer di balik kacamata tebal yang bertengger di hidungnya. Aku menarik lengan baju Bhale. Memberi petunjuk bahwa itu orangnya. Bhale mengangguk, ia berjalan lebih dulu mendekati Ibu staf tersebut.

Sampai di hadapannya, beliau menyambut kami dengan suka cita. Beliau tersenyum lebar dan melepas kacamata "akhirnya kalian datang juga" ucap staf tersebut. Aku ikut senang melihat beliau yang suka cita. Ketika Aku membantu orang yang memang membutuhkan bantuan rasanya lebih melegakan seperti membantu di situasi yang tepat. Rasanya menyenangkan bisa bermanfaat untuk orang lain.

"bisa panggil Saya Bu Tini. Kalian siapa ?" Bu Tini berdiri dari kursinya lalu berjalan mendekati kami.

"Elee" Aku mengulurkan tangan untuk memberikan salam kepada beliau. Aku menempelkan tangan beliau ke dahu tangan sebagai wujud kesopanan dan menunjukkan bahwa Aku menghormatinya.

"Bhale" Bhale ikut mengulurkan tangan, tapi Tapi hanya bersalaman dengan menggenggam erat tangan Bu Tini lalu melepasnya dua detik kemudian. Kurasa Kita berdua berbeda prinsip. Aku akan selalu mencium tangan orang tua ketika bersalaman, siapapun itu. Tapi untuk orang yang masih terlihat muda atau belum seperti kakek dan nenekku Aku akan menjabat tangan saja. Dan sekarang kulihat Bu Tini sudah paruh baya dengan banyaknya kerutan yang ada di wajah beliau juga tangan beliau. Kurasa sebentar lagi sudah waktunya Bu Tini harus pensiun.

"nama kalian bagus. Mari ikut saya ke gudang penyimpanan buku" Bu Tini memimpin jalan keluar ruangan perpus melalui pintu lain. "senang sekali akhirnya ada yang membantu saya, terimakasih banyak"

Kami hanya mengangguk tersenyum ketika Bu Tini menoleh kepada kami. Aku suka dengan kepribadian beliau yang ramah dan hangat. Rasanya Aku ingin segera membantunya dan melihat ekspresinya ketika kami berhasil menyelesaikan tugas beliau. Pasti akan sangat menyenangkan melihat senyum lebarnya yang bersemangat.

Kami memasuki ruangan kecil yang berisi banyak kardus berwarna coklat. Tidak ada meja atau rak hanya banyak kardus bertumpuk di lantai. Ruangan ini tidak pengap seperti kebanyakan gudang yang pernah Aku lihat. Ruangan ini bersih dan ada lampu yang begitu terang. Karena bangunannya tinggi jadi tidak terasa panas, justru sejuk dan dingin di dalam sini.

Sebelum membuka kardus, Bu Tini mengambil kertas yang ada di bagian paling atas salah satu tumpukan kotak kardus. Ada kertas, gunting dan lem. Bu Tini menyerahkan itu padaku. Kemudian beliau membuka kotak kardus tersebut. Bu Tini mengambil satu buku yang kulihat berjudul 'Sains dan Keajaiban'. Aku sempat tertarik ketika melirik judulnya. Buku itu masih baru.

"kalian gunting kertas ini sesuai kotak yang sudah dibuat lalu menempelkan sesuai judul yang tertera di kertas itu. tempelkan pada sisi tepi buku. Mudah kan ?" Aku dan Bhale mengangguk. Kertas yang diberikan Bu Tini berisi judul dan nomor rak penyimpanan buku.

"Saya sudah buatkan sesuai daftar yang ada di kotak ini, jadi bisa Saya pastikan kalian tidak perlu membongkar kotak lain untuk mencari judul yang sesuai. Karena judul di kertas ini sudah ada di dalam satu kotak ini" Bu Tini mengangkat kotak itu untuk diturunkan dari tumpukan. Melihat Bu Tini yang kesusahan, Aku dan Bhale dengan sigap mengambil alih mengangkat beban.

academic adventuresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang