25. Kelompok Belajar

23 1 0
                                    

Perasaan lega dan bahagia bisa menerima keadaan adalah hadiah karena aku terus bertahan dan tidak menyerah atau malah kabur.

Dosen mata kuliah Biologi Umum sudah keluar. Baru juga aku merasa lega karena aku bisa berdamai dengan masalah, merasa bahagia karena aku bisa melalui ujian hidupku, lalu sekarang rasanya pundakku dijatuhi batu besar dan berat. Dosen memberikan susunan materi selama satu semester dan ternyata astaga itu terlihat sulit sekali. Ekologi, etiologi, mikrobiologi, genetika, meskipun masih dasarnya saja tapi rasanya aku tidak sanggup. Dosenku memberi tugas membuat esay sebelum pelajaran dan resume materi setelah perkuliahan. Ditambah lagi ada praktikum di beberapa pertemuan. Aku sudah bisa bayangkan tantangan seperti apa kedepannya. Aku akan mulai membaca istilah istilah aneh dan hal abstrak yang tidak bisa kubayangkan. Biologi kan memang mempelajari suatu hal yang abstrak dan tidak jelas bentuknya. Kenapa aku mempelajari sel yang ukurannya saja tidak pernah bisa kulihat bagaimana aku bisa paham jika hanya menerawang membayangkan semua hal abstrak itu.

"aduh tiba-tiba aku terserang pusing" aku menggaruk kepala dan memutar badan ke arah Kiran. Dia tertawa terbahak-bahak.

"ini masih kelas pertama dan kau sudah menyerah" Kiran menggelengkan kepala.

Kavi yang duduk di depan kami, dia memutar badan. Sepertinya dia mendengar ucapan kami "hidup memang akan selalu ada masalah ya kalau tidak ingin ada masalah jangan hidup"

"maksutmu aku mati saja ?" tanyaku sarkas.

Kavi dan Kiran kembali tertawa "tetap konsisten mengeluh meskipun terus mengerjakan kalau itu membuatmu merasa nyaman" ucap Kavi. Mereka berdua seolah tidak merasa terbebani, lihat saja nanti jika sudah waktunya mengerjakan tugas pasti ucapanku terbukti. Apa Kavi tidak ingat bagaimana semester lalu dia mengerjakan tugas bertumpuk sampai hanya tidur dua jam sehari. Apa dia tidak ingat betapa berat dan susahnya saat-saat itu. Aku ingin memukul kepalanya.

"awas saja-"

"sudah-sudah lebih baik kita ke kantin untuk memperbaiki suasana hati Elee. Lihat saja mulutnya sudah monyong karena menahan kesal" Kiran memotong ucapanku. Dia menarik tanganku untuk berdiri.

"siapa yang kesal, aku tidak kesal" dia tidak bisa menyimpulkan begitu saja, aku tahu mereka bercanda dan aku tidak kesal. Aku bukan tipe pemarah seperti Bhale.

"bisa kau ceritakan apa yang kau lakukan selama liburan semester teman-teman" Kavi menyusul kami. Dia merangkul pundakku. Aku berjalan di tengah diantara Kavi dan Kiran.

"melakukan sesuatu yang menyenangkan" sepertinya aku tertarik dengan topik diskusi Kavi, aku ingin berbagi cerita mengenai kejadian Bu Tini, kejadian mahasiswa skripsi yang terlalu unik-unik itu kecuali apapun kejadian yang menyangkut aku dan Bhale. Aku rasa hal itu tidak termasuk ke dalam hal menyenangkan jadi tidak perlu di ceritakan.

"jadi mahasiswa itu menyisipkan uang di dalam buku skripsi, waaaah" Kavi mengulangi ucapanku di tengah ceritaku. Kami sudah berada di kantin dengan makanan di hadapan kami masing masing. Aku masih semangat menceritakan semua kegiatan magangku.

"iyaa dan dia kesal ketika aku memintanya mengambil uang dia kembali" aku menyuapkan satu sendok sayur dari gado-gadoku.

"hai Elee" aku menoleh ketika seseorang memanggilku. itu Juno, dia duduk di kursi sampingku yang masih kosong. Semua meja disini dibentuk hanya cukup untuk empat orang dengan dua kursi memanjang di kedua sisinya, Kiran dan Kavi duduk berdampingan lalu aku duduk sendiri sehingga sebelahku kosong.

Juno duduk disampingku dengan santai, dia tidak membawa makanan ataupun minuman. Ketika dia duduk aku melihat lengan bajunya robek, hatiku sempat tersayat melihatnya.

"kenapa hanya Elee yang kau sapa ?" Kavi memprotes.

"hai Kiran hai Kavi"

"telat"

academic adventuresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang