38. Jurnal Penelitian

23 2 0
                                    

Cindy berpisah dengan kita, dia harus pulang sedangkan aku dan Kiran menuju perpustakaan untuk belajar. Aku dan Kiran memutuskan untuk tidak pulang dulu mengingat hari sudah sore dan tidak akan punya banyak waktu untuk belajar jika perpustakaan di tutup pukul 9 malam.

"kau sudah memberi informasi ke Bhale ?" tanya Kiran ketika kami sedang berjalan menuju gedung perpustakaan.

Astaga aku lupa, aku menepuk jidat mengingat kebodohanku. Padahal tadi aku bertemu Bhale lalu kenapa tidak mengatakan apapun.

"aku akan melakukannya sekarang" aku mengeluarkan ponsel dari dalam tas.

"bukankah kau tadi bertemu dia, kau belum mengatakannya ?" aku menggelengkan kepala dan Kiran menghela napas kasar.

Semoga dengan keteledoranku ini membuat Bhale tidak bisa datang. semoga dia ada kendala atau terjadi masalah agar dia tidak perlu datang. Rasanya menyedihkan sekali, ketika disini aku menunggu pesan atau kabar darinya sedangkan dia sepertinya ingat denganku saja tidak. Mungkin hanya aku yang menganggap interaksi yang kita lakukan waktu itu terlalu intens dan spesial. Menyebalkan aku harus segera melupakannya juga. Dia bersikap seolah tidak terjadi apa-apa padahal disini di dalam hatiku rasanya sudah seperti anggota marching band yang sedang berlatih.

Ting

Suara ponselku berdering. Itu pasti Bhale, aku penasaran kata apa yang dia balaskan untuk pesanku. Aku segera mengambil lagi ponselku di dalam tas.

Bhalendra Caraka : OK

Bodoh, seharusnya aku tidak perlu penasaran. Dia hanya mengetikkan dua huruf. Menyedihkan sekali aku ini. Kali ini aku harus bersungguh-sungguh tidak akan memikirkan lagi tentang Bhale. Aku memasukkan kembali ponselku ke dalam tas dan membuatnya dalam mode senyap.

Akhirnya perjalananku dengan Kiran sampai juga di perpustakaan. Juno melambaikan tangan ketika kami tiba di pintu masuk. Tumben sekali Juno rajin datang paling awal.

"aku dengar kau baru saja melakukan pemberontakan Elee, apa benar ?" aku duduk di samping Juno dan Kiran di depanku.

"iya, kau tau dari mana ?"

"tadi ada yang menggosipkanmu di kelas"

"dasar tukang gosip" Kiran menyaut dengan ketus.

  "kau pemberani Elee, aku jadi semangat untuk memperjuangkanmu"

"maksutnya ?" alis mataku naik.

"kau pantas di perjuangkan Elee, kau pemberani, pembela kebenaran, kau keren, aku bangga padamu" Juno mengusap-usap ujung kepalaku. Aku segera menepis tangannya. Aku tidak nyaman mendapat perlakuan seperti ini. sedangkan Kiran, dia malah terkikik menertawakanku.

Aku meninggalkan meja untuk mencari buku di rak. Sedang asyik mencari buku, tiba-tiba Bhale muncul disampingku.

"kau mau kuberi saran ?" ucapan Bhale mengagetkanku.

"saran ?"

"kampus itu tempat belajar cara mencari ilmu dan informasi karena mencari ilmu akan tetap kita lakukan meski sudah lulus. Kau tahu kenapa kita dilatih diskusi, analisis, telaah, kajian teori ? itu cara kita mencari ilmu. Seharusnya dengan begitu kau menjadi pintar dan bisa menggunakan akalmu untuk mencari solusi dari sebuah masalah"

"jadi arah pembicaraanmu kemana ?" aku tidak mengerti apa tujuan Bhale mengatakannya.

"kau harus gunakan akalmu ketika kekuatanmu tidak sebanding dengan lawanmu. Kalian masih mahasiswa, posisi kalian lemah. Maksutku kenapa kau bodoh sekali padahal setiap hari otakmu selalu kau latih untuk berpikir"

Aku terdiam memikirkan apa yang Bhale ucapkan. Sepertinya berita mengenai aku yang memberontak sudah sangat meluas. Bhale pasti mendengar berita ini heboh diluar sana. Aku tahu apa maksut dari yang dikatakan Bhale, aku gegabah tanpa perhitungan. Aku seperti orang yang tidak pandai berpikir karena bertindak urakan, seharusnya jika aku bisa bersikap dengan perhitungan atau taktik sebelum ini semua akan mendapat hasil yang bagus dan rumor seperti ini bisa kukendalikan.

"ya aku memang gegabah"

"untung ada Prof Juri, apa semua aman sekarang ?" Bhale mendakatiku, jarak kami semakin dekat. Ini terlalh dekat, jarak hidungku dengan hidungnya hanya 5cm. Dari tatapannya aku bisa melihat kekhawatiran disana. Tapi posisi ini terlalu dekat membuatku gugup. Apa Bhale tidak merasakan hal yang sama denganku. Apa dia bahkan nyaman dengan posisi ini karena aku sangat tidak nyaman. Aku khawatir dengan kesehatan jantungku yang setiap detiknya semakin berdetak kencang. Aku bahkan bisa melihat pantulan diriku di bola matanya yang sekarang dominan berwarna biru.

"ya semua aman" jawabku terbata-bata. Bhale pasti menyadari bibirku bergetar. dia menatap bibirku dan tersenyum lalu mundur memberi jarak antara kami. aku bisa bernapas lega sekarang, sialan dia sedang mempermainkanku.

"kau terlihat sangat dekat dengan Prof Juri" aku menarik lengannya agar Dia bisa sedikit membungkuk supaya aku bisa berdiri dekat di depannya. Aku ingin membalas perbuatannya yang membuatku gugup. Aku menatap matanya dengan berani. Kuusahakan bibirku tidak bergetar.

"ya memang kami dekat" yang terjadi malah sebaliknya. Bhale mendekatkan hidungnya dengan hidungku lagi. Astaga aku tidak sanggup. aku ingin membuatnya gugup tapi malah aku yang kembali merasa luar biasa gugup. Aku menunduk untuk memutus kontak mata kami.

"aku membantu penelitian Prof Juri"

setiap dosen selalu melakukan penelitian untuk bisa mengeluarkan jurnal belajar. Kebanyakan penelitian yang dilakukan dosen dibantu oleh beberapa mahasiswa yang pintar. Tidak sembarang mahasiswa bisa ikut berkontribusi dalam penelitian dosen. Apalagi ini Prof Juri yang mana sudah memiliki jabatan tinggi di kampus. Bisa kubayangkan penelitian yang beliau lakukan pasti bukan main-main dan sudah pasti mahasiswa yang bisa bergabung dengan beliau juga mahasiswa pilihan. Bhale selalu memberi kejutan baru setiap harinya. Aku tau dia pintar tapi aku belum pernah memperkirakan dia sehabat ini.

"penelitian ? sejak kapan ?"

"sejak semester satu, ada salah satu dosen yang merekomendasikanku kepada Prof Juri dan beliau menawariku untuk membantu di penelitian"

"sudah sejak semester satu ? jadi namamu sudah tercantum di jurnal penelitian Prof Juri ?" aku masih melongo mendengar pengakuannya barusan. Bagaimana bisa dia melakukannya padahal kami masih semester dua. Aku saja perihal metode penelitian sama sekali belum paham sedangkan Bhale sudah melakukan penelitian.

"baru dua, sebelumnya aku hanya membantu untuk belajar"

"jadi kau sebelumnya hanya membantu untuk belajar ? lalu bagaimana sekarang kau bisa mencantumkan namamu di dalam jurnal Prof Juri ?"

"ya aku belajar, aku membaca banyak buku di perpustakaan pribadi Prof Juri. selama di awal aku tidak banyak berkontribusi dalam penelitian, aku hanya memberikan sedikit pendapat atau memperbaiki rangkaian kalimat yang kurang rapi. Tapi setelah lama ikut di penelitian aku semakin banyak berkontribusi. Aku bisa melakukannya"

"wah kau cepat belajar juga" aku menggeleng kepala masih tidak percaya dengan kemampuan yang dilakukan Bhale. "apa Prof Juri memberimu kuliah tambahan ?"

Bhale menggeleng kepala "beliau tidak punya waktu untuk melakukan itu, aku belajar sendiri dan selebihnya aku bertanya ke peneliti lain yang ada di tim Prof Juri"

"apa saja penelitian yang sudah kau lakukan ? masalah sekolah atau terkait biologi murni ?"

"apa kau benar akan mengerti jika aku mengatakannya ?"

"ya baiklah sekarang kau benar-benar tidak bisa diragukan lagi"

"apa sebelum ini aku terlihat biasa saja ? kau tidak melihat sesuatu yang istimewa dariku ?" dia mulai dengan kesombongannya. Aku memilih untuk mengabaikannya dan kembali ke meja belajar. Tapi Bhale menahan tanganku.

"mau melanjutkan yang tadi ? berloma seberapa lama kita bisa menatap tanpa berkedip ?"

Aku melotot dan memukul lengannya. Sialan ternyata dia menyadari permainan yang tadi kita lakukan. Dia benar-benar pemain yang buruk.

.............................................................................

academic adventuresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang