Pagi ini sebelum berangkat ke kampus, aku mendapat infomasi. Kampus mengirimkan email. Email itu berisi bahwa semua mahasiswa semester tiga diwajibkan mengikuti seminar di aula pagi ini. Aku membaca pengumuman itu sekilas lalu mengabaikannya dan berangkat. Sampai di kampus kurasa tidak banyak mahasiswa yang berhamburan di jalan maupun di lobi. Mungkin mereka sudah berkumpul di aula untuk mengikuti seminar, mengingat pengumuman itu wajib. Aku langsung menuju kelas dan menunggu dosen pengajar datang.
Sepuluh menit terlewat dosen belum juga datang. Mahasiswa mulai riuh menanyakannya. Ini jadwal kuliah Prof Juri. Dosen paling disiplin dan tegas dengan jadwal. Beliau tidak suka menunda atau mengubah jadwal yang sudah di tetapkan. Ketika beliau tidak bisa mengajar, beliau tetap memberi informasi mengenai tugas. Itulah sebabnya tidak hanya aku yang mengabaikan pengumuman seminar, semua mahasiswa di kelasku pun melakukannya.
"kemana Prof Juri ?" tanya Kiran
"entah. Kupikir beliau selalu disiplin dengan jadwal kuliah" jawab Kavi.
"apa mungkin beliau mengikuti seminar wajib itu ?" tanya Juno.
"tapi Prof Juri tidak memberi informasi apapun kepada kita, tidak biasanya seperti ini" jawabku.
"aku tidak pernah perduli jika seminar itu wajib. Setahuku selama ini seminar tidak pernah wajib. Hanya yang berkenan ikut saja. Jadwal kuliah mahasiswa tidak pernah sama. Membuat seminar wajib sama saja merusak jadwal kuliah. Semua akan berantakan nanti" ucap Kiran bersungut-sungut.
"aku akan memeriksa beliau di ruangannya" Bhale berdiri. Akupun ikut berdiri.
"aku ikut" ucapku. Dan di belakangku ternyata Kiran, Kavi dan Juno juga ikut. Kami semua berjalan ke ruangan Prof Juri. Sampai di sana, kami tidak menemukan keberadaan Prof Juri. bahkan semua dosen tidak ada di ruangan.
"bagaimana kalau kita menghubungi Prof Juri saja" Kavi memberi saran
"tapi lebih baik kirim pesan dulu" sekarang giliran Kiran memberi saran.
Bhale mengambil ponsel dari sakunya, dia mengirimkan pesan untuk Prof Juri seperti saran dari Kiran.
"apa sudah di balas ?" tanya Kiran lalu Bhale menggelengkan kepala.
Kemudian sepuluh menit berjalan Kiran kembali bertanya "apa sudah dibalas ?"
Lagi lagi Bhale menggelengkan kepala,
"kenapa lama sekali, telfon saja" ucap Kiran
Bhale mulai menghubungi ponsel Prof Juri. kami semua memandang Kavi menunggu dengan pandangan penuh harap.
"bagaimana ?" tanyaku ketika Bhale sudah menurunkan ponselnya.
"Bhale menggelengkan kepala. salah seorang dosen berjalan melewati kami. tidak menyia-nyiakan kesempatan aku langsung menghampiri dosen tersebut dan menanyakan keberadaan Prof Juri. Dosen itu memberi informasi bahwa Prof Juri ke ruang rektor. Tanpa berpikir dua kali bergegaslah kami ke ruang Rektor.
Di depan ruang Rektor, Prof Juri dan Dr. Durham terlihat sedang berdebat. Kami berhenti ketika jarak kami masih jauh tapi masih bisa melihat mereka berdua. Kami bersembunyi di balik dinding yang mengarah ke jalan lain. mungkin mereka tidak akan memperhatikan keberadaan kami semua yang sedang memantau dari jauh. Kami masih bisa mendengar percakapan mereka meskipun samar.
"Saya minta semua mahasiswa di fakultas pendidikan tidak perlu mengikuti seminar ini" ucap Prof Juri.
Kami semua saling pandang dan terkejut melihat Prof Juri yang mulai terlihat emosi.
"tidak bisa, ini sudah diputuskan. Semua fakultas harus mengikut seminar ini bergiliran"
"apa anda tahu akibatnya ? jadwal kuliah akan kacau. Mereka harus mengganti jadwal di hari lain. itu menyulitkan mahasiswa"
Ucapan Prof Juri semakin tegas, bahkan nada bicaranya meninggi. Aduh ini Dr. Durham yang dibentak tapi aku yang takut.
Kiran mengangguk terlihat menikmati perdebatan ini "benar Prof. ayo Prof hantam terus"
"kau pikir mereka baku hantam ?" Protes Kavi kepada Kiran
"cara baku hantam dengan beradu argumen lebih keren dari pada dengan otot. Menyelesaikan masalah tidak harus pakai otot, cukup pakai otak. Lihat saja Prof Juri terlihat cerdas dan seksi" aku terkejut mendengar jawaban Kiran, refleks tanganku menjambak sedikit rambut Kiran.
"Prof Juri sudah tua Kiran" sekarang giliran Juno yang protes.
"bukan tua, tapi matang. Lihat saja badan Prof Juri tidak membulat seperti kebanyakan Profesor. Beliau benar-benar definisi matang" ucap Kiran lagi.
Memang Prof Juri memiliki tubuh yang proporsional tinggi dan tidak gendut. Aku menyebutnya berkarisma bukan seperti Kiran yang menyebutnya seksi.
"coba saja aku yang beradu argumen, pasti tidak seorangpun menilai aku seksi dan cerdas" ucap Juno dan kami semua memandang Juno dengan manahan tawa.
"ya benar, jika kau yang beradu argumen justru terlihat bodoh" ucap Kiran dan kami semua tertawa.
"kalau begitu anggap saja kuliah dialihkan di seminar jadi anda tinggal melanjutkan jadwal tidak perlu mengganti jadwal hari ini"
"tidak semudah itu, mahasiswa berhak mendapat materi dari dosen. Itu namanya korupsi materi"
"tidak bisa Prof Juri, saya harus ke aula sekarang, jika anda tidak mematuhi peraturan saya maka mahasiswa anda yang akan mendapatkan akibatnya"
Ketika Dr. Durham meninggalkan lokasi, kami semua mendekati Prof Juri.
"Prof-" ucapan Bhale terpotong
"Saya tidak pernah suka seseorang yang menyalahgunakan kekuasaannya. Mahasiswa semester satu sudah mengikuti seminar ini ketika ospek. Saya tidak berharap mahasiswa saya yang lain juga mengikuti seminar ini. tapi saya gagal menghentikannya" ucap Prof Juri masih dengan mata menatap kepergian Dr.Durham. beliau memberikan tatapan yang serius.
"lalu apa yang sebaiknya kita lakukan Prof ?" tanya Bhale lagi.
Pro Juri menatap kami satu persatu dengan tatapan serius. "mata kuliah saya dialihkan dengan diskusi di aula. Ingat, ini diskusi, lakukan seperti apa yang biasa kalian lakukan ketika diskusi di kelas. jika diskusi kalian hari ini menarik saya akan memberikan nilai lebih" Prof Juri meninggalkan kita.
"memangnya seburuk apa seminar ini sampai Prof Juri tidak mau mahasiswa lain mengikutinya" ucap Juno
"kurasa sangat buruk" jawab Kiran
"lebih baik kita kacaukan seminar yang buruk ini agar Prof Juri bisa lebih tenang" ucap Bhale serius. Dia berjalan lebih dulu.
Ketika kami masuk ke aula ternyata semua mahasiswa fakultas pendidikan juga baru masuk. Kurasa semua mahasiswa pendidikan berpikiran sama jika informasi bukan dari Prof Juri maka mereka tidak akan mengikuti. Kedisiplinan yang diajarkan Prof Juri tentang jadwal kuliah sangat ditaati semua mahasiswa. Aula yang sebelumnya hanya terisi sebagian sekarang jadi penuh.
Kuperhatikan layar proyektor di depan menampilkan gambar seseorang yang akhir-akhir ini sering kulihat wajahnya juga terpampang di tepi jalan. Tapi aku tidak tahu pasti siapa beliau ini.
.............................................................................
KAMU SEDANG MEMBACA
academic adventures
Teen FictionElee sudah berusaha mati-matian untuk bisa diterima di Universitas impiannya. Tapi kenyataannya dia gagal. Masa depan yang direncanakan semua gagal. Merasa tidak punya masa depan lagi dia hancur tidak tahu harus berbuat apa. Elee tidak membuat renca...