41. Pelaku lain

19 2 0
                                    

Bhale datang lalu duduk di sampingku. "ini milikmu ?" dia menyerahkan potongan cover makalah yang tertera namaku.

Aku melihat mata kuliah yang tertera di cover tersebut 'Landasan Pendidikan' ini seperti mata kuliah dimana aku kehilangan tugasku. Aku terkejut ketika melihatnya, segera kuambil dari tangan Bhale. Selain cover ada kata pengantar dan daftar isi yang masih ikut menempel. Aku memeriksa daftar isi, persis seperti urutan hasil pekerjaanku. Aku hapal betul apa isinya, karena baru seminggu yang lalu aku mengerjakannya.

Bhale menyerahkan sebuah gelang berwarna hitam dengan hiasan kupu-kupu di dalamnya "apa ini juga milikmu ?"

Aku menggelengkan kepala karena merasa tidak pernah memiliki gelang seperti itu sebelumnya.

"dari mana kau dapatkan ini ?" tanyaku

"di tempat sampah di depan ruang dosen"

"kau yang mengambilnya ? apa tujuanmu mengambilnya ?"

"aku pikir cover ini tidak penting, aku hanya ingin mengembalikan gelang ini. Kupikir gelangmu terjatuh ketika kau membuang makalah ini. Lagi pula kenapa kau membuang makalahmu ?"

"berikan gelangnya"

"untuk apa ? kau bilang bukan milikmu"

Aku menatap Kiran dan Kavi bergantian. "gelang ini pasti milik Beti, aku harus menggunakannya sebagai barang bukti. Aku harus memberinya pelajaran" aku menunggu persetujuan dari mereka. Tapi mereka berdua malah memberiku tatapan bingung.

"tunggu Elee, jika kau langsung menanyakannya dia bisa berbohong dengan berkata itu bukan miliknya kan" ucap Kavi, otakku mulai menyetujui pendapat Kavi. Bagaimana cara membuktikan gelang ini milik Beti.

Ketika aku menanyakan solusi lain mereka juga sama bingungnya. Mereka berdua hanya bisa melarangku tanpa bisa memberiku solusi. Aku tahu tujuan mereka baik agar aku tidak gegabah dan menyesali perbuatanku di kemudian hari. Tapi setidaknya tolonglah bantu beri solusi, aku tidak bisa diam saja.

.............................................................................

Aku sudah mencetak semua makalahku. Aku akan mengumpulkan ulang ke dosenku. Tidak menunggu waktu lama hari ini aku akan segera mengumpulkan, tapi sebelum itu aku harus menunjukkan pada Beti bahwa ini hasil karyaku. Dia tidak bisa berkilah lagi sekarang.

Aku memasukkan semua alat tulisku termasuk makalah ke dalam tas. Aku berangkat menggunakan motor seperti biasa. Sampai di kampus aku mencari keberadaan Beti. Kali ini aku tidak menunggu persetujuan Kavi ataupun Kiran. Biar saja kuselesaikan masalahku dengan caraku sendiri.

Aku memeriksa sosial media Beti. Dia orang yang selalu meng-update apapun kegiatan yang dia lakukan. Kenapa dia terlalu percaya diri melakukan itu padahal pengikutnya tidak sampai seribu orang, pasti pengikutnya hanya dia dan keluarga besarnya saja, siapa juga yang penasaran dengan kegiatan yang dia lakukan. Dia selalu membuat cerita hampir sepuluh part setiap harinya. Dan semuanya membosankan.

Aku melihat cerita yang dia buat untuk mengetahui keberadaannya. Tepat 10 menit yang lalu dia mengunggah cerita, dia sedang makan pagi di kantin. Aku bergegas ke kantin dengan penuh semangat peperangan. Aku harus menjambak rambut dan mulutnya jika dia berani mengelak lagi.

Sampai di kantin, mataku berapi-api melihatnya terbahak-bahak dengan dua dayang-dayangnya. Dengan langkah mantap aku mendekatinya. Sampai di depan meja Beti kulempar makalahku kehadapannya. Dia tersentak begitupun kedua temannya. Mereka menatapku takut kecuali Beti.

"kau bisa lihat isinya sama persis dengan makalah yang kau bawa kemarin, aku bisa mencetak makalah seperti ini sepuluh kali sekarang juga karena aku yang punya file nya. kenapa bisa aku punya file nya ? karena aku yang membuat makalah itu"

Bukannya menjawabku dia malah mengajak kedua temannya untuk pergi. Aku menarik rambutnya dan membuatnya tertahan duduk lagi. Sebenarnya aku tidak menariknya dengan keras hanya beberapa helai saja agar dia tertahan. "kita belum selesai, kau harus periksa isinya"

"aku akan bicara jujur sekarang"

"itu lebih bagus" sepertinya dia sudah jera dengan sikap kasarku.

"aku mengambil makalah itu tapi aku tidak mengambil darimu"

"tidak dariku tapi kau mengambilnya tanpa sepengetahuanku kan"

"aku bahkan tidak tahu jika itu milikmu" kami bicara tanpa berteriak, tapi tatapan kami tidak pernah putus mengirimkan aura peperangan satu sama lain. aku sudah siap menjambak sekarang juga tapi aku masih menahannya, aku tidak mau menjadi tontonan dan direkam secara bebas.

"kau harus jujur Beti" ucapku sambil menggeram menahan amarah.

"aku sudah jujur. Aku harus pergi, jangan membuang waktuku dengan hal tidak berguna ini" Beti berdiri dan mendorong pundakku. Aku ingin segera membalasnya tapi ponselku berdering.

"dia sudah jujur, Elee-men buruk" ucap salah satu teman Beti sambil berlalu melewatiku. Aku ingin menamparnya saat itu juga tapi di layar ponselku tertera Bhale menelfonku. Kubiarkan mereka pergi dan aku menerima telfon Bhale.

"ya ?"

"sebelum kau membuat kegaduhan lebih baik kau buka link yang baru saja ku kirim"

Bhale menutup telfon sebelum memberiku kesempatan untuk bicara. Aku membuka pesan yang dia kirimkan dan membuka link tersebut.

Link itu mengarah ke sosial media seseorang yang menampilkan seorang perempuan duduk di café bersantai memegang sebuah gelas berisi minuman berwarna kuning. Aku tidak mengerti apa yang dikirimkan Bhale.

Aku memutuskan untuk mengambil makalahku dan mengumpulkannya sekarang ke ruang dosen. Sepanjang jalan aku memperhatikan gambar yang Bhale kirimkan, apa yang aneh dari gambar ini lalu perempuan ini siapa.

Setelah aku mengumpulkan makalah aku menelfon Bhale lagi, meminta penjelasan darinya.

"apa maksutnya ?"

"hemm" aku dengar Bhale menghembuskan napas kasar.

"aku memang tidak mengerti"

"daripada Beti, sepertinya orang di foto itu lebih masuk akal jika dijadikan terdakwa dari kasusmu"

"dari mana kau tahu kasusku ? kemarin aku belum cerita apapun"

"aku harus ujian sekarang" Bhale menutup telfon, aku bisa duga pasti Bhale tahu dari Kavi. Lalu dia perempuan ini lebih masuk akal dijadikan terdakwa dari kasusku ? aku kembali memperhatikan setiap detil dari gambar itu.

Ah aku menemukan kejanggalan, gelang yang dia kenakan sama persis dengan gelang yang dibawa Bhale ketika dia menemukan cover makalahku. Apa mungkin dia pelakunya, tapi siapa dia. Aku tidak mengenalnya.

Aku membuka unggahan lain dari akun tersebut. setelah melihat beberapa foto lain aku merasa pernah melihat orang ini tapi aku lupa dimana. Jika pelakunya orang ini lalu kenapa Beti bisa membawa makalahku. Apa dia ada hubungannya dengan Beti.

Aku melanjutkan pencarianku, dari nama akun sosial media tersebut aku mencari identitas si perempuan itu. aku kesulitan mencari identitasnya, kemungkinan nama akun sosial media ini berbeda dari nama aslinya. Atau nama akun ini hanya nama tengah atau nama akhir saja jadi aku tidak bisa menemukan lebih.

Tapi, apa Bhale bisa langsung percaya dia pelakunya jika hanya melihat dari gelang. Gelang seperti itu pasti di produksi banyak tidak hanya satu. Bhale hanya mengalihkan isu agar aku tidak ribut dikantin saja.

Aku memasukkan kembali ponselku ke dalam tas. Aku berjalan ke kelas untuk mengikuti ujian terakhirku di UAS semester ini.

academic adventuresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang