28. I have no girlfriend

21 1 0
                                    

Di tengah jalan, Bhale mendahuliku. Lalu motor trailnya berhenti di depan motor vespaku. Terpaksa aku harus berhenti jika tidak ingin menabraknya. Aku masih diam di tempat menunggu apa yang ingin dia lakukan.

Tanpa membuka helm dia bicara padaku. Aku tidak bisa mengerti apa yang dia ucapkan. Apa dia bodoh. Bagaimana aku bisa dengar jika helmnya saja tidak dilepas dan bentuk helmnya menutup semua bagian mulutnya.

Aku membuka kaca helmku lalu berteriak "apa ?".

Dia tidak berkata apa-apa, dia menunjuk minimarket yang ada di dekat kami. Lalu Bhale melajukan motornya kesana. Akupun mengikutinya. Sampai di minimarket Bhale turun dari motor sedangkan aku menunggunya dengan duduk manis diatas motorku. Tidak lama kemudian Bhale keluar membawa sesuatu di tangannya yang aku tidak tahu.

Bukannya menaikkan standart motor miliknya Bhale malah duduk diatas motor dengan nyaman. Dia memberiku satu cup besar ice cream strawberry.

"kau suka yang strawberry ?"

"my favorite" aku menerimanya dengan senang hati.

Bhale membuka tutup botol air mineral, dia menenggaknya sampai setengah botol. Aku memandangi jakunnya yang naik turun ketika minum. Tanpa sadar aku juga ikut menelan ludah.

"kenapa kau tidak membukanya ? itu bisa mencair" Bhale menunjuk ice cream yang kupegang.

Rencanaku untuk memakan ini dirumah sepertinya gagal, si pemberi memintaku memakannya sekarang "terimakasih" aku lupa tadi belum mengatakannya.

Bhale diam menatap langit. Aku rasa dia tidak ada niatan untuk pulang cepat. Dia malah bersantai memandang langit. Apa dia lupa ini hampir tengah malam. Aku akan mengajaknya pulang jika selama 30 menit kedepan dia tidak bergerak pulang.

"aku boleh bertanya sesuatu ?"

"jika kau bertanya kapan aku akan mengantarmu pulang jawabannya setelah kau menghabiskan ice cream itu"

"okey. Ini perpaduan yang indah, ice cream yang dingin dengan udara malam yang dingin dan manusia dengan sikap yang dingin. Tapi aku bukan ingin bertanya tentang itu"

Bhale beralih memandangku "aku akan memutuskan mau menjawab setelah aku mendengar pertanyaanmu"

"apa kau belum pernah berteman sebelumnya ?"

"pernah"

"okey" apa dia tidak ingin memberi tambahan keterangan atau penjelasan lain. Aku ingin bertanya lebih tapi sepertinya dia tidak tertarik dengan pembicaraan ini. Aku kembali memakan ice cream.

"semua orang tentu senang jika berteman denganku, tapi aku tidak nyaman berteman dengan siapapun"

"kau terlalu percaya diri"

"begitukah ?"

"kau terlalu antagonis, ketus dan sarkas. Sudah jelas semua orang enggan berteman denganmu"

Bhale hanya tersenyum menanggapi ucapanku. Sekarang jadi aku yang takut dia marah.

"maaf, tapi terkadang kau punya sisi baik, seperti sekarang"

"aku pernah berteman, tapi mereka memanfaatkanku mereka tidak tulus. Kurasa hidup seperti ini jauh lebih baik untukku. Aku tidak ingin membenci orang lain karena menganggap mereka teman sedangkan mereka hanya mau memanfaatkanku"

Aku terkejut mendengar ucapan Bhale. Benarkah dia mengalaminya. Meskipun aku juga tidak punya teman sebelumnya tapi aku belum pernah merasakan yang namanya dimanfaatkan orang lain, itu seperti ditipu dan dibodohi atau hal-hal buruk semacamnya. Tapi jika dilihat mungkin saja terjadi mengingat Bhale orang yang cerdas, tidak ada hal yang tidak bisa dia lakukan. Bisa dipastikan banyak orang mendekat untuk mendapatkan sesuatu darinya.

academic adventuresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang