Dua hari kita berlibur di rumah Juno. Liburan gratis yang menenangkan jiwa dan raga. Kamar yang nyaman, pemandangan yang indah serta fasilitas yang keren. Orang tua Juno tidak pulang jadi kami lebih leluasa berada di sana. Juno memang memiliki banyak rumah, dan itu yang terbaik dari sekian rumah yang Juno miliki. beruntungnya dia bisa memilih hari ini mau pulang ke rumah yang mana. Aku tidak menyangka sebelumnya jika orang seperti Juno yang bisa dibilang memiliki segalanya, dia bisa bersikap seperti tidak memiliki apapun. Entah dia terlalu bosan hidup mewah atau memang dia aneh. Hal yang lebih membuatku terkejut ketika Juno bilang 'makan makanan seperti ini setiap hari rasanya biasa saja. Aku pernah sengaja tidak makan dua hari agar bisa merasakan kenikmatan makan dirumah. Kadang aku sengaja memposisikan diriku sulit agar bisa merasakan nikmatnya kemudahan'
Sehari setelah berlibur di rumah Juno kami semua berangkat ke museum. Kupikir awalnya ini akan menyenangkan seperti berjalan pelan menikmati sajian di museum dengan tenang dan santai. Tapi aku lupa, hal itu mungkin akan terjadi untuk kunjungan bagi anak SMA dan SMP sedangkan aku ada di perguruan tinggi. Ini seperti pindah kampus. Aku benar-benar harus belajar di dalam museum. Sesampainya di museum, dosen memberi setumpuk instruksi tugas. Di dalam museum kami semua harus mencari informasi sendiri secara lengkap. Aku jadi pusing dan informasi yang kudapatkan tidak jelas. Ketika sudah lelah maka kami akan bertanya satu sama lain untuk bertukar informasi, tapi sialnya ada beberapa mahasiswa iseng yang memberi informasi salah agar yang lain mendapat nilai kurang. Sialan memang. Tapi itulah kenyataan kerasnya kehidupan.
Pulang dari museum, aku tidak menuju kerumahku. Aku ke rumah Kavi. Kiran, Bhale dan Juno juga sepertiku. Rumah Kavi sudah seperti rumah kedua. Kami nyaman mengerjakan tugas disini. Karena tugas menumpuk sudah menunggu, kami memutuskan untuk pulang ke rumah Kavi yang nyaman dengan tujuan siap mengerjakan tugas. Tidak ada waktu lagi untuk menunda. Kami sampai di rumah Kavi pukul 08.00 pagi. Karena kelelahan akhirnya kami beristirahat di garasi ruang belajar sampai sore. Aku terbangun karena petir menggelegar, ya hujan turun lagi. Kulihat semua orang tertidur diatas karpet berceceran, kecuali Bhale yang sibuk dengan laptopnya diatas sofa. Dinginnya udara serasa menusuk tulang yang mana aku hanya memakai kaos tipis. Aku sengaja mengusap usap kedua lenganku berharap bisa menghangatkan tubuh.
Aku tidak melihat Bhale berjalan ke arahku sampai tiba-tiba dia sudah disampingku memberikan jaket miliknya. Aku tidak bisa jelaskan kondisi perasaanku.
"untuk apa ?" tanyaku dengan bodohnya.
"pakai"
"aku harus mandi dulu" aku berdiri dan pergi begitu saja. Aku pergi ke toilet dan mandi sungguhan. Itu tadi bukan alasan untuk kabur aku butuh mandi sungguhan.
Keluar dari toilet aku berpapasan dengan Kavi yang ingin ke dapur
"boleh pinjam baju hangat ?" tanyaku.
"okey wait"
Kavi mengambilkan hoodie tebal miliknya. Hoodie hitam yang biasanya dia pakai ke kampus. Ukuran hoodie Kavi lebih lebar dari tubuhku. Membuatku seperti tenggelam di dalamnya. Tidak apa-apa ini justru lebih menghangatkan. Aku kembali ke garasi belajar. Juno dan Kiran sepertinya baru saja bangun, karena mereka masih terlihat berusaha mengumpulkan kesadaran.
Kulihat Bhale masih di sofa. Dia membalas tatapanku lalu sedetik kemudian dia mengalihkan pandangan.
Aku memutuskan untuk mengambil laptopku di tas. Tidak lupa mengambil buku catatan. Aku menyusul Bhale duduk di sofa.
"bisa kita berbagi informasi ?" tanyaku. Aku yakin informasi yang dia dapat di museum pasti lebih banyak dariku. Kuharap dia mau berbagi denganku.
Bhale menatapku lalu menghela napas. Bhale menarik tali hoodie yang kupakai sampai kepalaku tenggelam lalu tali itu ditarik keatas. Aku seperti dibungkus hoodie. dia mendekatkan wajahnya padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
academic adventures
Teen FictionElee sudah berusaha mati-matian untuk bisa diterima di Universitas impiannya. Tapi kenyataannya dia gagal. Masa depan yang direncanakan semua gagal. Merasa tidak punya masa depan lagi dia hancur tidak tahu harus berbuat apa. Elee tidak membuat renca...