Duduk di kelas menunggu dosen masuk dengan membaca ulang pesanku dengan Rafi. Aku membaca dari awal hingga pesan terakhir. Baru satu jam yang lalu dia mengirimku pesan tapi isi room chatku dengannya sudah sepanjang ini. Tidak ada yang salah dari percakapan kita, semua baik-baik saja. Dia sopan dan baik. Dia juga berusaha melucu. Tapi entah kenapa hatiku merasa tidak nyaman. Aku membalas pesannya hanya karena aku menghargainya bukan karena aku benar-benar suka bertukar pesan dengannya.
Apa yang salah dengan diriku. Dengan bodohnya aku malah membuka roomchat ku dengan Bhale. Aku membandingkan isinya. Kenapa aku begitu menunggu pesan dari Bhale padahal isinya lebih banyak dia mengabaikanku. Bhale lebih sering mengirim pesan ketika butuh saja. Pesan yang berisi dia perduli denganku bahkan bisa dihitung dengan jari. Kenapa aku sangat bodoh menolak manusia yang bersikap baik dan memilih yang mengabaikan. Sepertinya aku harus meditasi untuk menenangkan jiwaku.
Dosenku masuk dan kelas dimulai. Di kelas ini aku sendiri. Maksudku tidak dengan Juno, Kavi, Bhale ataupun Kiran. Selesai kelas aku keluar dan berjalan sendiri. Langit hampir gelap, aku tidak memiliki rencana apapun selain pulang kerumah. Belajar dirumah Kavi juga diliburkan karena besok adalah hari libur jadi kita bisa beristirahat. Aku sedang menyusun rencana apa yang sebaiknya kulakukan setelah ini. aku harus menyibukkan diri agar tidak terlalu larut dalam kesedihan memikirkan Bhale dan Rafi. Sepertinya membeli banyak makanan lalu memakannya sambil menonton film akan menyenangkan.
Aku mengeluarkan ponselku dari tas, mengirimkan pesan untuk Kiran. Aku mengundangnya menginap dirumahku, kita akan melakukan pesta pajamas kecil-kecilan. Semoga kedatangan Kiran akan memperbaiki moodku bukan malah menasehatiku panjang lebar. Kuharap dia bisa bekerja sama.
Langkahku hampir sampai di tempat parkir. Dari jauh aku bisa lihat seorang laki-laki duduk di jok motor disampingku. Aku sepertinya kenal dengan motor dan postur tubuh itu. Aku memelankan jalanku, aku ragu untuk mendekat. Aku tidak berharap itu Bhale ataupun Rafi. Aku benar-benar ingin melupakan mereka hari ini tanpa drama dan hidup dengan tenang. Semoga itu mahasiswa lain yang tidak ku kenal.
Aku berjalan mendekati motorku dan berusaha mengabaikan pria disampingku. Tapi tiba-tiba dia mengangkat kepalanya
"hey"
Aku menoleh padanya. sial ini benar-benar sial.
"hey" jawabku dengan senyum. Aku segera memasangkan helm di kepala berlagak bodoh seolah tidak terjadi apa-apa.
"tunggu, aku menunggumu disini, kau tidak ingin tahu kenapa aku menunggumu" Bhale dengan beraninya memegang tanganku. Seketika kondisi jantung dan produksi keringat dalam tubuhku meningkat.
"ada apa ?" aku berusaha kuat untuk bersikap wajar. Jika saja bunyi detak jantungku bisa di dengar ini seperti polusi suara yang berisik dan gaduh.
"aku punya voucher diskon di kedai ice cream yang baru saja buka. Kau mau mebantuku menghabiskan voucher ini ?"
Bhale menunjukkan padaku lima lembar voucher. Aku memperhatikannya.
"nanti malam. Kau mau kujemput ?"
"mmmm"
"aku tidak memaksa"
"aku pikirkan dulu"
"jangan terbebani, aku bisa mengajak orang lain jika kau tidak bisa"
Aku mengangguk tersenyum. Kemudian Bhale membiarkan aku pergi.
Sepanjang jalan isi pikiranku adalah wajah Bhale yang entah kenapa semakin terlihat menarik. Aku terus menyadarkan diri jika dia tidak bisa digapai. Kenapa semakin tidak mungkin semakin terlihat menarik. Semua permainan di dunia ini begitu menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
academic adventures
Teen FictionElee sudah berusaha mati-matian untuk bisa diterima di Universitas impiannya. Tapi kenyataannya dia gagal. Masa depan yang direncanakan semua gagal. Merasa tidak punya masa depan lagi dia hancur tidak tahu harus berbuat apa. Elee tidak membuat renca...