14. Kecelakaan

41 1 0
                                    

Setelah ujian selesai, Aku segera pulang. Kiran dan Kavi, mereka ke perpustakaan. Kali ini Aku ingin belajar di rumah. Merebahkan diri di kasur dan belajar dengan tenang. Aku yakin bisa menguasai ujian besok. Aku pulang dengan motor vespa matic milikku. Vespa matic berwarna hijau muda yang dibelikan Papaku setahun lalu. Ketika aku sudah memiliki SIM. Aku menginginkan motor ini sejak lama, sejak aku masih di bangku SMP. Aku menabung sedikit-demi sedikit sampai akhirnya Aku bisa mendapatkan motor impianku ini. 20% dari harga adalah hasil tabunganku, Aku cukup bangga. Tapi tidak dengan Papaku, Dia bilang 20% tabunganku itu juga uang Papaku karena Aku dapat uang juga dari Papaku.

Aku mengendarai motor tidak terlalu cepat, kali ini hanya 40 km/jam. Di depanku ada persimpangan. Dari kejauhan aku bisa lihat lampu rambu lalu lintasnya mati. Aku pikir jika mati begini langsung jalan saja. Tapi motor di depanku berhenti mendadak, Aku belum siap dan kecelakaan tidak terhindarkan.

BRAK

Aku terjatuh dari motor. Motorku terguling ke kiri, kakiku terjepit di bawahnya. Motor di depanku terpental kedepan juga jatuh. Beberapa orang segera menolongku. Mereka mengangkat motorku lalu ketika tubuhku diangkat aku rasa semuanya gelap dan aku tidak ingat apapun.

...............................................................

Aku membuka mataku perlahan. Langit-langit berwarna putih, tembok putih. Mataku menyapu seluruh ruangan yang bisa kulihat. Orang yang pertama kulihat duduk di samping tempatku berbaring adalah Bhale.

"Bhal"

Bhale bangun dari kursi dan mendekatiku. "Kau pingsan. Untung ada Aku. Jika tidak, mungkin semua orang akan membiarkan jasadmu di tepi jalan lalu menutupimu dengan koran bekas" itu bukan gurauan. Bhale mengucapkan hal itu dengan wajah datar, Dia serius.

Aku menatapnya dengan terkejut. Kasar sekali mulutnya. Aku baru sadar dan kalimat itu yang dia ucapkan untukku. Punya masalah hidup apa sebenarnya manusia ini.

"yaa okey" jawabku ketus.

"tas dan kunci motormu Ku letakkan disitu. Kau bisa hubungi keluargamu untuk menjemputmu kan ? Aku harus segera pergi"

Padahal Aku sudah menghilangkan pikiran negatif tentang Dia akhir-akhir ini. Ternyata aura negatif yang tampak dari dirinya memang bukan halusinasiku. Dia memang buruk.

"Ya pergi saja, Aku bisa sendiri"

Dia pergi meninggalkanku. Baru tiga langkah menjauh dia kembali lagi. Aku memandangnya dengan tatapan heran. Kenapa dia kembali lagi ? apa Dia merasa bersalah.

"apa Kau pernah mendapat pelajaran mengenai kapan kata terimakasih sebaiknya diucapkan ?" Bhale memberi penekanan pada kalimat terimakasih.

Aku semakin kesal, dengan semua perkataan yang Dia lontarkan Dia masih mengharap ucapan terimakasih juga. Aku tidak bisa menahannya. Aku ingin memukulnya saat itu juga. Tapi tubuhku masih lemas. Lebih baik Aku di pinggir jalan ditutupi koran saja sampai petugas medis membantuku dari pada harus di tolong manusia seperti Dia.

"Kau ini ? jika Kau sedang dalam masalah jangan lampiaskan padaku" teriakku.

"okey sepertinya Kau tidak pernah dapat pelajaran itu" Bhale kini benar-benar meninggalkanku.

LTERIMAKASIH" teriakku agar Dia puas.

Sepeninggal Bhale, Aku turun dari ranjang, sepertinya Aku ada di klinik. Karena setelah kuperhatikan, ruangan ini tidak cukup besar untuk ukuran rumah sakit. Aku ingat ada klinik di dekat tempatku kecelakaan. Setiap hari aku melewati daerah itu, Aku sudah hapal tempat apa saja yang kulewati. Aku mengambil ponsel di dalam tasku. Aku menghubungi Kak Noah. Ketika Aku selesai menelfon, salah seorang suster menghampiriku.

academic adventuresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang