Matahari kembali memancarkan sinarnya setelah beberapa hari selalu sembunyi di balik awan gelap. Burung-burung kembali berkicau bersenandung sebagai ritual pagi hari. Aku menikmati suasana ini. Berdiri bersandar disamping tiang besar dengan memeluk jas putih. Aku menunggu seseorang.
"mau praktikum ?" Bhale menghampiriku memperhatikan jas yang kupeluk. Aku mengangguk menjawabnya. Aku harus melatih hatiku untuk tidak berperasaan padanya. aku harus tidak boleh memicu pertengkaran atau terbawa perasaan suka. Keduanya sama-sama bahaya. Ini semua sudah jelas karena Bhale orang yang tidak jelas. Aku tidak bisa bedakan dia benci atau suka, jadi aku memutuskan untuk mematikan perasaanku padanya.
"kenapa masih disini ?" Tanyanya lagi.
"nunggu orang"
"siapa ?"
Bukannya menjawab, aku malah memberikan permen padanya. ide licikku tiba-tiba muncul ketika aku menemukan dua buah permen di saku jas laborat-ku. Aku tahu aku baru saja berkomitmen tidak akan memicu pertengkaran tapi aku tidak bisa tahan jika ide sudah muncul di kepala.
Bhale mengambil satu permen dari tanganku. Satu lagi kumakan. Ini permen kenyal. Kami masih sibuk mengunyah.
"apa soal pretes praktikum biosel ? kau sudah melakukannya kan ?" tanyaku.
"soalnya mudah, aku tahu kau pasti bisa"
"iya tapi apa ?"
"sudahlah aku paham kemampuanmu kau pasti bisa"
"iyaa aku tahu aku pintar tapi aku hanya ingin tahu soalnya saja"
"itu tidak penting"
Tinggal membagi soal saja dia menjawab bertele-tele, bilang saja dari awal jika tidak ingin membagi soal. Selalu menyebalkan. Aku melihat Juno dari kejauhan berjalan ke arahku. Akhirnya yang kutunggu datang juga.
Aku mengambil tisu dari dalam tas. Mahasiswa praktikum wajib membawa tisu sendiri. Aku mengeluarkan satu lembar tisu dan mengeluarkan permen dari mulutku lalu kubuang ke tempat sampah tak jauh dariku. Aku memberikan tisuku yang lain pada Bhale. Tapi Bhale malah melotot padaku.
"ini permen karet ?" tanya Bhale serius.
"iya. Kau pikir apa ?"
"aku sudah menelannya" Bhale menelan ludah berkali-kali. Tangan kanannya terangkat mengelus tenggorokan.
"what ? astaga itu bahaya. Itu permen karet kenapa kau menelannya. Dia akan membuat ususmu terlilit lengket satu sama lain" ucapku dan Bhale semakin melotot.
"Seperti dugaanku, dia pasti terkejut. Mati-matian aku menahan tawa dan menjaga wajahku tetap serius.
"kau pikir aku bodoh" Bhale memicingkan mata padaku.
Aku menggigit bibir untuk menahan tawaku.
"permen karet tidak membuat pencernaanku terganggu, aku hanya terkejut saja. Aku belum pernah menelan permen karet" lanjut Bhale, tapi masih terlihat ketakutan dari raut wajahnya meskipun dia tahu permen karet tidak bahaya jika tertelan.
"hahahaha itu bukan permen karet" tepat ketika Juno sampai di sampingku aku menarik lengannya dan menjauh dari Bhale. Aku menarik Juno berjalan lebih cepat takut jika Bhale mengejar lalu memukul kepalaku. Aku berbalik untuk melihatnya, dia masih di tempat dengan tatapan kesal padaku. Kedua alisnya menyatu dan bibir sedikit mengerucut. Bukannya takut itu malah membuatku semakin tertawa.
Kami naik ke lantai dua melewati tangga. Satu persatu mahasiswa mulai memasuki ruang laboratorium. Aku dan Juno berada dalam satu kelompok praktikum. Kami sudah duduk di posisi kami siap untuk perkuliahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
academic adventures
Teen FictionElee sudah berusaha mati-matian untuk bisa diterima di Universitas impiannya. Tapi kenyataannya dia gagal. Masa depan yang direncanakan semua gagal. Merasa tidak punya masa depan lagi dia hancur tidak tahu harus berbuat apa. Elee tidak membuat renca...