61. Going Viral

17 2 0
                                    

Bukti yang kita dapatkan sudah ku amankan. Aku sudah menyalinnya ke laptop dan juga membagikan ke email Kiran. Takut jika nanti seseorang berusaha memusnahkan bukti kita. Perasaanku belum bisa tenang, ada ketakutan dalam diriku. Takut jika ini tidak berjalan sesuai rencana dan takut jika Angga bersikap lebih membahayakan dari ini.

Kukirimkan file rekaman ini ke email Bhale. Aku sudah mengirimkan pesan untuknya jika dia harus segera menjalankan tugasnya, membuat laporan. Sekarang tinggal menunggu keputusan yang akan dilakukan Prof Juri.

......................................................................

Dua hari setelahnya, kami mendapat informasi dari Prof Juri bahwa Lutfi tidak mengakui semua rekaman itu. Lutfi mengatakan hubungannya dengan Angga baik-baik saja dan Angga tidak pernah menyiksanya. Aku geram dengan pengakuan Lutfi. Aku lebih geram dengan Angga karena membuat Lutfi menjadi seperti itu. Terlalu banyak tekanan dan ancaman sampai Lutfi sangat takut mengakui keburukan Angga.

Prof Juri meminta kami ikut bergabung dalam pertemuan Angga dan Lutfi besok. Dengan harapan kedatangan kami bisa memberi dukungan kepada Lutfi bahwa masih ada orang lain yang perduli dengannya. Aku tidak sabar untuk datang.

Makanan di hadapanku sekarang menjadi dingin karena aku banyak melamun memikirkan Lutfi. Napsu makanku berkurang dan tidak berselera lagi. Sedangkan Bhale yang duduk di depanku sudah menghabiskan makanannya sejak lima menit yang lalu. Aku tahu dia memperhatikan aku yang mengaduk ngaduk makanan sambil melamun dari tadi."aku kenyang" aku meletakkan sendok dan garpu.

"aku saja yang habiskan, tidak baik membuang makanan" Bhale menarik piringku.

Mataku membulat, dia mau menghabiskan sisa makananku tanpa jijik ? apa dia serius. Kita tidak sedekat itu sampai mau menghabiskan sisa makanan. Ada perasaan senang dalam dadaku. Aku baru tahu perasaan berbunga-bunga seindah ini. dia hanya menghabiskan sisa makananku tapi hatiku sudah tak karuan. Aku berusaha mengatur ekspresi wajahku. Jangan sampai dia tahu apa isi hatiku.

Juno memang pernah menghabiskan makananku, tapi ini berbeda. Ketika Juno yang melakukan itu biasa saja karena dia lapar tapi ini Bhale, dia menghabiskan makananku padahal miliknya sudah tandas. Terasa begitu spesial.

"Elee" seseorang memanggilku dengan menyentuh pundakku.

"ya ?" aku menoleh ke samping melihat orang itu.

"aku ingin bicara sebentar"

"duduk" aku memintanya duduk di sampingku yang masih kosong. Karena aku hanya berdua tanpa Kiran, Kavi dan Juno.

"kau tidak pesan minuman dulu sepertinya pembicaraanmu akan panjang" aku menunjuk salah satu stan minuman di kantin. Dia menggeleng.

"aku tahu, kau dan Kiran yang melaporkanku ke Prof Juri. aku sangat berterimakasih karena kau peduli" dia mengucapkan terimakasih tapi tidak dengan wajah senang. aku menunggu kelanjutan kalimatnya.

"tapi kumohon apapun yang kalian lakukan untukku hentikan. Aku baik-baik saja dengan Angga tolong jangan ikut campur urusan kita" Lutfi memberikan tatapan sedih.

"apa Angga mengancammu untuk melakukan ini ?"

Lutfi menggeleng "tidak, ini kulakukan atas kemauanku sendiri. Kumohon Elee hentikan, aku bahagia bersamanya, aku akan menikah dengannya"

Menyebalkan sekali mendengar setiap kalimat yang Lutfi katakan. Aku ingin menamparnya dan membuatnya sadar.

"aku tidak tahu kenapa kau melepaskan uluran tanganku dan malah menenggelamkan diri ke laut lepas" jawabku pasrah.

"jika ini semua karena aku yang lalai mengerjakan tugas kelompok dengan Kiran aku janji hal seperti itu tidak akan terjadi lagi, aku akan mengerjakan sesuai bagianku aku janji Elee"

academic adventuresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang