"aku baru saja dapat informasi dari mahasiswa himpunan jika pembayaran acara kunjungan ke museum sekarang berubah menjadi 500 ribu. Ada mahasiswa yang menyumbang untuk biaya transportasi." ucap Kavi lalu memasukkan makanan ke dalam mulutnya. Seperti biasa kami selalu berada di kantin setelah selesai kelas.
"yang benar ?" tanyaku memastikan lagi. Kavi menjawabku dengan mengangguk.
"itu benar, aku juga tahu informasi itu" Bhale yang duduk di sebelah Kavi ikut menambahkan.
"tumben kau setuju denganku ?" tanya Kavi pada Bhale.
"aku hanya membantumu menjawab. Lebih baik kau fokus dengan makananmu" jawab Bhale.
"kurasa semenjak dekat dengan Elee kau jadi tidak terlalu kasar. Dulu di SMA kau parah. Aku tidak berpikiran mau berteman denganmu"
Aku terkejut mendengar ucapan Kavi "maksudnya ?" . ada apa dengan kalimat 'semenjak dekat dengan Elee'.
"aku tidak pernah berharap menjadi temanmu" ucap Bhale ketus.
"yaa begitu semenjak kalian terlihat dekat lalu semuanya berubah kurasa" aku melotot mendengarnya. Itu memang benar, akupun merasakan kami dekat tapi tetap saja aku tidak bisa mengakui begitu saja jika kami dekat. Karena Bhale tidak pernah mengakui kedekatan kami. aku juga tidak bisa terima hal itu begitu saja. Kulihat Bhale malah tersenyum. Ada apa dengan sikapnya.
Juno datang membawa satu piring nasi penuh dengan banyak lauk diatasnya. Dia menggeser badanku untuk bisa duduk di sampingku, hal itu membuat aku menggeser posisi Kiran yang ada diujung.
"jangan membuat gosip, Kavi" aku belum selesai marah.
"aku tidak menggosip aku hanya mengomentari fenomena yang terjadi saja" dia terus melakukan pembelaan diri. Lagi-lagi kulirik Bhale masih tersenyum. Apa dia menikmati gosip yang Kavi buat. Tidak ada yang mengerti isi kepala Bhale.
"mmm Kav, siapa yang menyumbang itu ? lalu bagaimana dengan uang mahasiswa yang sudah dibayarkan ?" Kiran baru saja menghabiskan makanannya.
"aku juga tidak tahu tapi uang mahasiswa dikembalikan. Nanti siang proses pengembalian uang itu" jelas Kavi.
"aku jadi penasaran, siapa orang yang bermurah hati menyumbang untuk kita. Apa mungkin Prof Juri ?" ucap Kiran.
"informasinya si penyumbang adalah mahasiswa bukan dosen" jawab Kavi.
Seorang pria berjalan dengan senyum mendekati arah meja kami. Aku tahu, aku pernah melihat wajah itu sebelumnya. Dia adalah pria yang berbicara mewakili mahasiswa himpunan kemarin ketika pertemuan membahas administrasi. Dia si ketua pelaksana. Dia tersenyum ke arah kami. Tapi hanya aku yang melihatnya, Juno sibuk makan, Kiran sibuk menghabiskan jus apelnya sedangkan Kavi dan Bhale tidak bisa melihat karena pria ini dari belakang mereka. Apa manusia ini tersenyum padaku.
"hey bos" pria itu menepuk pundak Juno. Mereka terlihat sangat akrab.
"aku berjanji tidak akan mengatakan secara bebas jika kau yang membayarkan biaya transportasi. Kecuali jika seseorang itu memaksa" bisik pria tersebut. kemudian dia pergi begitu saja.
Meskipun ia mengatakannya dengan berbisik aku bisa dengar apa yang dia katakan. Aku berada paling dekat dengan Juno. Otakku belum bisa menerima fakta ini. Juno yang membayar semuanya untuk mahasiswa satu angkatan. Bagaimana itu bisa, makustku bukan tidak mungkin tapi dia darimana dan bagaimana caranya.
"kau serius ?" aku bertanya dengan nada serius tapi Juno mengabaikanku, dia masih menikmati makanannya.
"Jun apa itu serius ?" aku mengulangi pertanyaanku. Bukan Juno yang menjawab melainkan Kavi
KAMU SEDANG MEMBACA
academic adventures
Teen FictionElee sudah berusaha mati-matian untuk bisa diterima di Universitas impiannya. Tapi kenyataannya dia gagal. Masa depan yang direncanakan semua gagal. Merasa tidak punya masa depan lagi dia hancur tidak tahu harus berbuat apa. Elee tidak membuat renca...