12. Penipuan telak

44 1 0
                                    

Perjalanan Ujianku tidak seperti yang kubayangkan. Ini diluar dugaan. Soalnya memang hanya lima tapi jawabannya butuh pemikiran panjang. Selain beberapa materi utama yang harus dihafal ada bagian yang menguatarakan pendapatku. Menuliskan pendapatpun tidak sekedar menuliskan begitu saja, harus dengan dasar yang jelas kemudian dikaitkan dengan materi utama. Satu soal saja bisa membutuhkan jawaban satu halaman. Ini hampir sama dengan matematika yang membutuhkan perhitungan dan pemikiran panjang hanya bedanya matematika memiliki jawaban pasti sedangkan ini tidak bisa dipastikan apakah jawabanku sudah benar. hhmm semoga saja jawabanku sesuai dengan pertanyaan yang diberikan.

Aku keluar lebih dulu diantara teman-teman sekelas. Aku mengumpulkan jawabanku bukan karena aku lebih mampu atau lebih pintar aku hanya merasa sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa. Aku sudah menuangkan segala pengetahuanku ke dalam lembar jawaban. Menunggu lama di kursi pun tidak membuatku mendapat tambahan jawaban. Aku sadar ini sudah batas maksimal kemampuan yang kubisa. Mencontek pun percuma apa yang mau dicontek pasti pendapatku dengan yang lain tentang pertanyaan tersebut akan berbeda. Tidak mungkin Aku akan berdiskusi dulu tentang jawaban itu. Dosen akan memberiku nilai D langsung saat itu juga jika ketahuan diskusi.

Aku pasrah saja, yang jelas Aku sudah berusaha sekuat tenaga. Aku bisa menghela napas lega. Ujian itu datang, kerjakan, lupakan. Jika dipikir terus nanti bisa stres. Sambil menunggu Kiran, Aku mereleks kan pikiran dulu diluar kelas.

Ponselku bergetar. Aku mengeluarkannya dari dalam tas. Ada pesan dari Mita. Belum selesai Aku membaca, Dia sudah menlfonku.

"Halo" sapaku lebih dulu

"Halo, apa Kavi sudah tidak sibuk ? apa Aku boleh menghubunginya sekarang ?"

"belum. Jangan. Nanti dulu, maksutku Dia sedang sangat sibuk sekarang"

"Aku ingin bertemu dengannya" suara Mita terdengar melemah. Aduh Aku jadi bingung beralasan apa lagi.

"Sabar dulu Mita. Jika Kavi sudah menyelesaikan semua tugasnya Aku akan mengingatkan Dia untuk segera menghubungimu"

"Apa Kau serius ? Kau berjanji ?"

"ya tentu" dalam hati Aku berkata Aku bilang ya saja bukan janji

"baiklah" Mita memutus sambungan telefon. Aku bisa bernapas lega sekarang.

Beberapa mahasiswa sudah keluar. Mereka semua langsung pergi. Sepertinya hanya Aku yang menunggu di depan kelas. Mereka bahkan tidak melihatku berdiri disini. Pasalnya kelas yang sekarang kami pakai berada di ujung lorong. Aku berdiri di ujung lorong dekat dengan dinding kaca besar.

Lima menit Aku menunggu, ponselku berdering lagi. Aku segera menerimanya. Mita lagi. Aku menjauh dari pintu kelas mendekati ujung menghadap ke kaca melihat ke luar.

"halo El" suara Mita terdengar panik.

"iya ada apa ?"

"aku mengeluarkan bercak darah El. Aku tidak tahu apa artinya ini. Aku takut keguguran"

Mataku membulat sempurna mendengar itu.

"Apa Kau baik-baik saja ? apa yang Kau rasakan sekarang ?"

"Aku tidak tahu Aku takut" Mita menangis

"Aku akan segera kerumahmu. Kirimkan alamatmu"

"tolong. Tolong Kau bawa Kavi bagaimanapun caranya kumohon"

"akan Ku usahakan. Tapi sepertinya Kavi tidak akan bisa"

"kalau begitu lebih baik Kau segera kesini"

Aku menutup sambungan telfon. Lebih baik Aku meninggalkan Kiran saja biar nanti Kiran menyusul.

academic adventuresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang