70. Hanya pertengkaran

19 2 0
                                    

Bhale bilang dia ada di perpustakaan. Dia harus mengerjakan jurnal penelitian miliknya. Selesai kelas aku bergegas ke perpustakaan. Tentu saja untuk bertemu dengannya, bukan untuk belajar. Semenjak dengan Bhale aku rasa belajar tidak sesulit dulu. Segalanya mudah aku bisa cepat mengahapal dan UAS jadi lancar. Baru tadi malam bertemu tapi rasanya seperti berabad abad tidak bertemu.

Pagi ini aku melarang Bhale menjemputku, karena jadwal kelas kita berbeda. Aku harus jadi pacar yang realistis kan bukan egois.

Sampai di dalam perpustakaan aku mencari diantara rak-rak buku. Aku ingin mengejutkannya secara diam-diam. Kulihat dia sedang mencari buku, aku berjalan perlahan mendekatinya. Seorang perempuan yang berdiri tak jauh dari Bhale mendekati Bhale. Sepertinya dia meminta tolong untuk mengambilkan buku. Bhale memberikan buku itu dengan senyum, pertama kali aku melihatnya tersenyum kepada orang lain. aku bisa lihat si perempuan itu tampak terpukau. Sesuatu dalam diriku membuatku kesal.

Aku segera mendekat di sisi Bhale.

"iya sama-sama" jawabku ketus ketika perempuan itu tidak hentinya tersenyum memandang Bhale. Dia pergi setelah melihatku.

"berhenti tersenyum" kesalku.

"aku mencoba melakukan yang kau katakan. Apa aku salah" Bhale masih belum mau berhenti tersenyum

"sekarang berhenti senyum dulu, semua orang melihatmu tersenyum" aku berusaha menutupi wajah Bhale dari tatapan orang lain. Mereka semua berbisik membicarakan Bhale yang tersenyum ramah untuk pertama kalinya dengan orang lain.

Bhale makhluk rajin perpustakaan pasti banyak orang mengenalinya secara diam-diam. Aku tahu Bhale juga populer di kalangan mahasiswa dan dosen. Hanya saja semua orang tidak heboh dan tidak berani mengusik Bhale secara terang-terangan karena dia ketus. Siapa tidak kenal Bhale mahasiswa berprestasi yang selalu dapat ipk tertinggi setiap semester.

Bukannya diam Bhale malah semakin lebar tersenyum, aku tidak mengerti kenapa dia ini.

"kau cemburu ? padahal kau yang memintaku untuk ramah dengan orang lain. aku mencobanya"

"iya tapi jangan terlalu ramah, sedikit saja"

"bagaimana cara mengukur keramahan sedikit atau banyak"

"caranya eee-" aku jadi bingung sendiri menjawab pertanyaan Bhale.

Bhale mengusap kepalaku "berhenti cemburu, itu hanya membuang tenaga. Aku tidak akan berpaling"

"heh kalian ngapain pegang pegang kepala" suara Kiran mengagetkanku. Sontak aku meraih tangan Bhale yang masih dikepalaku dan kulemparkan dengan asal. Aku bisa dengar tangan Bhale terkena rak buku. Maaf Bhal aku terpaksa.

"ada kotoran di rambutku" jawabku asal.

"mana, coba kulihat" Kiran menarik kepalaku

"sekarang sudah hilang. Mm kau mau cari buku apa, ayo aku bantu" aku mengalihkan perhatian Kiran "Bhal kita cari buku dulu ya" pamitku kepada Bhale.

"ya- aku harus ke ruangan Prof Juri setelah ini"

Aku pun pergi menjauh dengan menggandeng tangan Kiran. Aku berbalik badan untuk mengucapkan maaf dengan lirih ke arah Bhale. Aku mengucapkan itu tanpa suara dan Bhale mengangguk menjawabku. Aku benar-benar pacar yang payah. Seharusnya aku lebih berhati-hati.

Aku juga teman yang payah, seharusnya aku bisa jujur kepada Kiran tapi. Ah entahlah aku belum siap.

............................................................................

Pekan UAS telah selesai. Nilai semester juga telah dibagikan. Tentu saja Bhale mendapat nilai tertinggi seperti biasanya. Aku bangga padanya. dia pasti bisa menjadi suami yang baik. Dia pasti bisa bertanggung jawab dengan keluarganya. Dia bisa membimbingku- tunggu kenapa aku berpikir sejauh ini. aduh baru juga berpacaran satu bulan.

Bhale mengajakku ke kedai ice cream yang dulu pernah ku tolak. Kali ini aku tidak menolaknya. Aku bahkan menyutujui ajakannya sebelum dia menyelesaikan kalimatnya. Aku harus menebus semua salahku.

Kedai ini penuh pengunjung. Beberapa orang mengantri dengan membawa tiket yang sudah mereka bayar. Mereka hanya menjual ice cream saja. Ice cream yang disajikan sangat nikmat dengan baluran toping yang beraneka ragam. Desain ruangan juga menyenangkan. di dominasi dengan warna kuning dan biru, nampak serasi dan menyejukkan mata.

Bhale meletakkan ponselnya diatas meja yang kami tempati. Dari tadi notifikasi dari ponselnya terus berbunyi. Dia hanya bilang dia akan menjawabnya nanti. Pikiran burukku mengatakan ada yang dia sembunyikan dariku. Tapi pikiran warasku Bhale tidak mungkin melakukannya. Dari pada aku terus bergulat dengan pikiranku sendiri akhirnya aku meminta ijin untuk meminjam ponselnya. Aku bukan ingin melihat hal pribadinya tapi aku hanya ingin menguji apa dia memperbolehkanku meminjam.

Dia mengijinkanku, akhirnya aku membuka ponselnya. Aku tidak melihat notifikisai pesan milik Bhale. Aku tidak tahu harus membuka apa aku hanya memutar mutar di bagian menu. Aku meneliti aplikasi apa saja yang dia punya. Dan isinya hanya kamus, kbbi, perpustakaan dan banyak aplikasi yang berhubungan dengan kuliah. Dia tidak memiliki sosial media satupun.

"kau tidak punya sosial media ? tapi kau dulu bisa mencari si perampas tugas kuliahku di sosial media kan ?"

"hanya waktu itu aku membuat sosial media. Setelah masalah selesai aku menghapus akun dan juga aplikasinya"

"kenapa kau tidak punya sosial media ?"

"kenapa aku harus punya ? aku tidak punya waktu untuk hal hal seperti itu"

"kau bisa membagikan hasil penelitianmu di sosial media" jawabku dengan antusias dan senyum lebar.

"kami sudah melakukannya di google schoolar, schimago, dan sinta ?"

Aku mengangguk, benar juga. Aku lupa jika pubilkasi jurnal sudah ada tempatnya sendiri. Kenapa aku bisa sebodoh ini.

"kau memang pacarku. Aku tidak keberatan jika kau memperbaiki beberapa hal yang salah dalam diriku tapi itu tidak membuatmu berkuasa mengatur segalanya dalam diriku"

Kenapa dia mengatakan hal itu. memangnya aku megaturnya. Aku hanya bertanya dan kemudian memberi saran. Apa maksudnya aku sudah kelewatan. Tapi aku tidak berniat buruk seperti itu.

"aku bukan ingin mengaturmu. Kenapa kau berkata seperti itu ?"

"aku hanya mengingatkan, aku bukan menyalahkanmu"

"tapi kau berkata seolah aku telah bersalah"

"bukan begitu Elee" Bhale memegang tanganku.

"bilang saja jika memang aku bersalah aku tidak akan berkata apapun"

"kau boleh mengatakan apapun Elee hanya saja ketika ucapanmu tidak kuturuti kuharap kau bisa mengerti karena kau tidak akan bisa mengatur segala di hidupku"

"memangnya aku pernah mengaturmu ?"

"tidak tidak bukan begitu"

"aku pulang saja" aku melepas genggaman tangan Bhale.

"aku akan mengantarmu"

"aku bisa sendiri" aku berdiri dan berjalan lebih dulu. Bhale menyusulku.

"kau harus pulang denganku karena aku yang menjemputmu" ucapan Bhale keluar dengan nada tinggi. Aku takut membuat keributan akhirnya aku menuruti dia.

sampai di rumah aku bahkan tidak berpamitan dengan Bhale, aku segera berlari masuk ke kamar. Ini pertengkaran pertamaku. Menyakitkan, sangat menyakitkan. Kenapa dia harus berkata seperti itu. kenapa tidak ada yang mengingatkanku jika hubungan percintaan memiliki bagian yang menyakitkan seperti ini. sangat sulit menjadi dewasa.

......................................................................

academic adventuresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang