Kami semua fokus dengan tugas kami masing-masing. Kiran dan Bhale sudah tidak bertengkar lagi. Aku juga tidak mau menanggapi berlebih godaan mereka serta tuduhan mereka. Aku hanya menganggap itu sebagai rumor belaka.
Kavi yang duduk di sampingku tiba-tiba menutup laptopnya dengan kasar. Sampai menimbulkan suara benturan keras, lalu dia berdiri. Aku sempat tersentak karena terkejut. Aku memperhatikan tingkah Kavi yang aneh. Dia mondar mandir dengan tatapan frustasi memandang layar ponsel yang dia genggam. Sesekali tangan kirinya menyisir rambutnya kebelakang.
Kiran menyenggol lenganku "kenapa Dia ?" dagu Kiran menunjuk Kavi.
"galau"
"galau kenapa ?"
"pacarnya minta putus" setelah itu Kiran mengangguk dan melanjutkan mengerjakan tugas. Aku juga ikut mengabaikan Kavi dan lanjut mengerjakan tugasku.
Bruak
Kavi melempar ponselnya ke dinding. Membuat kami semua tersentak kaget. Ponsel itu jatuh ke lantai dengan kondisi sudah hancur. Kavi menggeram marah dengan kedua tangannya meremas rambutnya.
Aku, Kiran, Juno dan Bhale kami saling pandang dengan tatapan bingung.
Kiran menyusul Kavi lebih dulu "Kav kenapa ?" Kiran mengusap pundak Kavi yang sudah berjongkok dilantai.
"pusing" jawab Kavi dengan ketus lalu dia berdiri dan duduk di sofa. Aku dan Kiran menyusulnya.
"tenang dulu Kav" Kiran mengusap lengan Kavi lagi berusaha membuatnya tenang.
"ini ada hubungannya dengan Indi ?" tanyaku pelan dan hati-hati. aku takut salah bicara dan membuat Kavi semakin marah.
"indi memblokir nomorku. Dia langsung memutus hubungan sepihak tanpa memberiku kesempatan untuk menjelaskan" aku paham situasinya tapi aku tidak tahu harus bagaimana, Kavi sedang kalut, yang terpenting dia harus tenang dulu agar bisa menemukan jalan keluarnya.
Kavi terus meremas rambutnya, aku dan Kiran hanya bisa menenangkan dia dengan mengusap pundak dan mengucapkan kata-kata positif "sabar Kav tenang dulu" "iya tenang, pikiran positif akan datang ketika kita tenang" "iya jangan gegabah dulu"
"bukannya kamu sudah sering putus, harusnya Kamu kan-" belum selesai Kiran mengucapkan kalimatnya aku segera menutup mulutnya dan memberikan tatapan melotot. lalu bibirku bergerak tanpa mengeluarkan suara "jangan bicara itu" Kiran mengangguk dan dia segera mengucapkan hal lain.
Juno mendekati sofa, "kenapa ?" tanya Juno.
"putus" jawabku.
"oooh jadi masalah perempuan" Juno menepuk pundak Kavi yang masih merunduk frustasi. "main games dulu yuk"
Kavi mengangkat kepalanya "boleh" dia berdiri lalu pergi meninggalkan kami diikuti langkah Juno dibelakangnya.
Sepeninggal mereka berdua, aku dan Kiran saling pandang dengan tatapan jengah. Kami berdua mengucapkan banyak kalimat positif tapi Kavi masih frustasi sedangkan Juno hanya mengajaknya bermain dia langsung bangkit. Aku dan Kiran kembali ke meja belajar.
"Bhale tidak ikut mereka main" tanya Kiran.
"ada yang lebih penting dari main games" jawab Bhale tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop. Dia terlalu fokus dan serius.
.......................................................
Aku menyusul Kavi dan Kiran yang sedang berada di kantin. Aku baru saja menyelesaikan kuliahku. Sampai di kantin aku melihat Kavi tengah duduk di samping Kiran. Kavi menyandarkan kepalanya pada pundak Kiran. Kiran mengusap-usap rambut Kavi dengan tampang lelah, sepertinya dia sudah kewalahan menghadapi kegalauan Kavi yang semakin akut.
KAMU SEDANG MEMBACA
academic adventures
Teen FictionElee sudah berusaha mati-matian untuk bisa diterima di Universitas impiannya. Tapi kenyataannya dia gagal. Masa depan yang direncanakan semua gagal. Merasa tidak punya masa depan lagi dia hancur tidak tahu harus berbuat apa. Elee tidak membuat renca...