Bhale berhasil membuatku malu, dan lagi apa-apaan alasanku pms aduh konyol sekali. Aku merundukkan kepala menyembunyikan keteganganku. Aku bisa merasakan pipiku memanas karena kecerobohanku sendiri.
"kembali ke topik. Untuk tawaranmu tadi sepertinya aku setuju, bagaimana dengan kalian" suara Kiran menyelamatkanku. Kurasa dia sadar jika aku butuh bantuannya untuk mengalihkan pembicaraan. Kiran memang terbaik, dia sangat peka.
"sudah jelas aku setuju" tambah Kavi.
"aku tidak punya pilihan lain, aku harus ikut jika ingin selamat di semester ini" jawab Juno. Semua anak setuju, kurasa sudah jelas aku juga harus setuju. Ya walaupun sebenarnya aku berharap ada pilihan lain maksutku belajar dengan orang lain yang pintar asal bukan Bhale. Aku merasa hal buruk akan terjadi padaku. Berteman dengannya memang menyenangkan terlebih ketika mood nya baik tapi perasaan was-was selalu muncul. Takut tiba-tiba dia marah, atau tiba-tiba Bhale melakukan hal tak terduga yang bisa menyudutkanku. Meskipun berulang kali kebal dengan perkataan kasarnya tapi aku tetap manusia biasa dimana hatiku bisa juga sakit mendengar ucapannya.
"kau bagaimana Elee ? kau bilang tadi kesulitan juga kan" Juno bertanya padaku. Aku bisa merasakan semua mata tertuju padaku, membuatku menjadi gugup.
"ya-ya tentu aku ikut" kenapa suaraku terdengar bergetar. Semoga mereka tidak menyadarinya.
"bagaimana kalau kita mulai nanti malam, jadi jika besok mata kuliah lain memberi tugas kita bisa siap mengerjakan tugas berikutnya. Setidaknya kita harus mencicil satu hari satu tugas karena setiap pertemuan perkuliahan kita harus mengumpulkan esay. Kita tidak bisa mengerjakan semua tugas di hari yang sama, itu tidak efektif" Bhale memberi penjelasan panjang lebar. Kurasa kali ini aku setuju, lagi pula jika memborong mengerjakan tugas satu hari penuh itu membuat hasil pekerjaanku tidak maksimal. Setidaknya jika sehari satu aku masih punya waktu untuk istirahat di akhir pekan. Yah akhirnya aku kembali menjadi budak tinta, juru tulis atau apalah itu julukan untuk kehidupan mahasiswa yang dipenuhi tugas.
"aku setuju, bagaimana kalau di rumahku saja. Papaku punya bekas garasi yang sekarang kujadikan tempat nongkrong, mungkin nanti bisalah aku atur supaya jadi tempat belajar kita" Kavi menawarkan diri. Karena tidak ada pilihan lain akhirnya kami menyetujui.
.........................................................
Pukul tujuh tepat aku sampai di rumah Kavi. Semenjak berteman dengannya baru kali ini aku berkunjung ke rumah Kavi. Rumahnya tidak terlalu mewah seperti istana, ini rumah yang sederhana dan indah. Pintu gerbang rumah Kavi terbuka sedikit jadi aku bisa langsung masuk. Tadi sebelum berangkat aku sudah mengirim pesan ke Kavi, dia menyuruhku untuk langsung masuk. Aku melepas helm dan meletakkannya diatas motor. Aku melangkah ke pintu utama. Tepat ketika aku hendak mengetuk pintu, Kavi muncul di hadapanku dengan membuka pintu.
"aku tepat waktu kan, sebelum kau ketuk sudah kubuka" dia cengengesan.
"hampir tadi kepalamu yang kena. Apa yang lain sudah sampai ?"
"belum. Lihat sendiri kan baru motor kamu yang ada. Kita tunggu di dalam saja" Kavi mengajakku memasuki rumahnya, melewati ruang tamu dan ruang keluarga. Sampai di garasi yang dimaksud Kavi aku langsung nyaman. Pintu lipat panjang berbahan kayu ada di salah satu sisi ruangan, sepertinya itu pintu keluar masuk kendaraan ketika garasi ini masih berfungsi. Ada karpet terhampar di tengah lalu diatasnya ada meja yang luas tapi tidak tinggi. Kita bisa belajar dengan duduk di karpet. Di dekat tembok ada sofa berwarna hujau. Seluruh ruang berhiaskan pernak pernik basket, ada ring basket ada koleksi sepatu basket Kavi. Selain itu ada gambar tokoh yang aku tidak kenal siapa itu. keseluruhan ruangan dominan dengan warna hitam putih. Dengan beberapa barang berwarna hijau dan kuning tidak merusak warna utama, terlihat masih serasi untuk dipadukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
academic adventures
Teen FictionElee sudah berusaha mati-matian untuk bisa diterima di Universitas impiannya. Tapi kenyataannya dia gagal. Masa depan yang direncanakan semua gagal. Merasa tidak punya masa depan lagi dia hancur tidak tahu harus berbuat apa. Elee tidak membuat renca...