59. Make a baby?

10.8K 1.4K 309
                                    

Nb : Kasih tau kalo ada kesalahan kata, pengetikan, dan bahasa ya

🌸🌸🌸

Joshua menggendong anaknya dengan senyum yang terus mengembang di wajahnya, ia tidak pernah membayangkan ternyata sebahagia ini memiliki buah hati. Jika ia tahu, sudah sejak dulu dia memperbanyak isteri. Eh!

Ia memamerkan pada sahabat-sahabatnya, betapa cantiknya sang putri.

“Uncle, dedek bayinya namanya siapa?” tanya Daneal yang duduk di sebelah Joshua, sedari tadi ia memperhatikan bayi kecil itu.

“Lo udah kasih nama, Jo?” tanya Marcel.

“Saran gue, huruf awalnya jangan J, ya. Takutnya sifat kalian turun ke ponakan gue.” jelas Reon terang-terangan.

Joshua mendelik pada Reon, lalu kembali melirik putrinya dan tersenyum.

“Namanya, Dashena Bea Arrayan.”

Darryl tersenyum mendengar nama itu, begitu indah di dengar. Refleks semuanya mengangguk setuju saat Joshua memberi tahu nama bayi cantik itu, Dashena.

Anastasha berdecak kagum akan nama itu. “Namanya sangat cantik.”

“Dashena Bea, gue belum pernah denger, tapi gue rasa itu memang cocok dan terdengar indah.” lontar Melissa menyetujui pemberian nama dari Joshua.

Joshua tersenyum bangga menyombongkan diri, alisnya naik-turun dan terus memandangi sang anak.

“Gimana, Nak? Bangga kan punya bapak kayak gue?”

Kepedean Joshua menjadi-jadi, membuat Azumi yang berada di sampingnya terheran-heran.

Marcel kembali menyita perhatian karena menepuk-nepuk meja, setelah hening ia sengaja batuk untuk memulai pembicaraan yang rupanya mulai sedikit serius.

“Gak usah sok misterius, lo bukan Limbad.” tegur Joshua karena Marcel masih terdiam tanpa menjelaskan sesuatu.

“Sabar elah, gue mikirin kata-kata yang tepat.”

“Buruan, keburu penasaran gue hilang.” paksa Darryl.

“Iya, sabar napa. Gue mau ngasih info terhot sepanjang masa.”

“Apaan?”

Marcel mengatur nafasnya terlebih dahulu dan tersenyum lebar menatap semuanya.

“Jadi Marcel Keenan sudah mantap buat memulai hidup baru. So, bulan depan, I’m getting married!” jelasnya dengan wajah berseri-seri.

“Woah, jinja daebak!” tanpa sadar Reon bertepuk tangan.

“Akhirnya sesepuh kita akan menanggalkan gelar perjaka tuanya pemirsa.”

Marcel menggetok kepala Reon karena ucapan yang terlalu lugas, Marcel baru berusia 29 tahun beberapa bulan lagi memasuki kepala tiga. Ia belum setua itu untuk dikatakan perjaka tua.

“Ati-ati omongan lu, biasanya senjata makan tuan.”

“Allahu, Cel. kejam banget doa lo.” Reon merangkul Sasha yang ada di sampingnya, “Besok nikah deh gue.”

“Selamat, Bro. Sebentar lagi lo bebas dari jalur kesendirian.”

Congrats bruh,  semoga lancar ke depannya.”

“Hamdalah, akhirnya lo bakalan rasain nikmatnya mantap-mantap.”

Azumi menggaplok Joshua, omongannya terlalu ngelantur padahal banyak anak kecil di sekitar mereka.

“Mantap-mantap apa uncle?” tanya Zachery Nero.

Joshua kelabakan, “Em maksudnya main, Nak. Kalau udah nikah itu mainnya bisa sampe jauh. Gak cuma di rumah aja “

“Main kuda-kudaan ya?”

Sial!

Dengan polosnya Daneal bertanya begitu pada Joshua yang sudah berkeringat dingin dibuatnya.

“Dedek, dedek duduk anteng aja ya minum susu. Jangan bikin uncle masuk kandang singa ...” lirih Joshua apalagi setelah melihat ekspresi membunuh Darryl padanya.

“Oh, jadi lo?”

🌸🌸🌸

“Mama, Kakak Nero punya dedek Eir. Kenapa dedek gak punya?”

Anastasha tersenyum kikuk, ia memegangi telinganya yang tiba-tiba saja menjadi gatal. Ia melirik sekilas Darryl yang duduk di meja kerjanya sambil memeriksa dokumen.

“Itu karena kakak Nero udah besar, Nak. Jadi sekarang punya adek Eir. Kalau dedek juga mau, tunggu sampe dedek besar dulu, ya.”

“Dedek mau punya dedek bayi ...” lirih bocah itu mempoutkan bibirnya.

Daneal mengembungkan pipinya, merasa sedih karena jawaban sang mama. Bocah itu lantas menundukkan kepalanya, sangat bete karena ia menginginkan hadirnya bayi kecil yang bisa ia lihat setiap harinya.

“Dedek mau punya adek, Nak?”

Daneal spontan menganggukkan kepalanya dengan cepat, menatap papanya yang sekarang melangkah mendekatinya.

“Ya sudah papa buatin, dedek sama nenek dulu, ya.”

“Tapi dedek mau ikut bikin dedek bayi.”

Darryl terkekeh, “Gak boleh, Nak. Kalo ada dedek, nanti adek bayinya gak jadi. Dedek mau punya adek bayi, kan?”

Daneal menganggukkan kepalanya, kemudian turun dari kasur dibantu papanya. Bocah kecil itu kemudian berlari terbirit-birit keluar dari kamar, meninggalkan kedua orang tuanya.

Darryl kemudian menutup pintu dan menguncinya, lalu melangkah kembali mendekati Anastasha. Senyum evilnya muncul sesaat setelah ia menutup pintu, memandang mendamba pada sang isteri.

“Denger itu sayang? Daneal mau punya adek, mana tega Darryl gak ngabulin permintaan anak sendiri.”

“Tapi-”

“Ssstt, You just need to be quiet and enjoy it, I will work hard.” Suara berat Darryl terdengar berbeda.
(Kau hanya perlu diam dan menikmati, aku yang akan berkerja keras.)

Anastasha menahan rasa gugup yang muncul tiba-tiba, ia melihat mata suaminya itu berkilat merah menatapnya seolah ingin menyantapnya hidup-hidup. Memejamkan matanya saat Darryl naik ke kasur dan mendekatinya.

“Can I?” bisik pria itu meminta izin pada sang isteri.

Dan Anastasha tidak bisa memberi jawaban lain selain menganggukkan kepalanya, memperbolehkan Darryl melakukan apa saja karena itu adalah haknya.

“Please, take it slow. Don’t be aggressive ....” pinta Anastasha.

“As you wish, baby.” Darryl menatap sang isteri begitu mendamba.

“Call my name when you reach the climax ....”

 🌸🌸🌸

🌚🌚🌚 Darryl being Darryl. saat dia berkata akan pelan-pelan saja, jangan langsung percaya. karena dia adalah Darryl.

karena aku lama gak up, hari ini aku double in aja yaaa🖤

makasih untuk semua vote dan komennya, sayang kalian banyak-banyak guys. 1000 vomen, next chapter.

dukung aku terus ya, terima kasih banyak semuanya. selamat membaca dan semoga terhibur 🖤

WHERE'D YOU GO, Anastasha?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang