40. Sidang

15.1K 1.6K 696
                                    

Anastasha berjalan melewati beberapa wartawan yang terus menyorotnya, hari ini hari di mana semua akan menjadi lebih jelas. Darryl akan membeberkan semua yang tidak ia ketahui, dan juga kesaksian dari perempuan yang menjadi perusak rumah tangganya.

Anastasha membenarkan kacamata hitam yang di pakainya, berjalan seperti biasa tanpa memperlihatkan kegundahannya pada awak media. Dia tetap melangkah mengabaikan kamera dan memasuki pengadilan.

Tak disangka, ia berpapasan dengan Brianna. Wanita licik itu berhenti sejenak dan menyamakan langkahnya dengan Anastasha.

"Are you good?"

Anastasha mengangkat sebelah alisnya dan menjawab, "As you can see."

"Still underestimating this woman you call trash?" Brianna tersenyum mengejek, "in fact i look better than you."
(Masih meremehkan wanita yang anda sebut sampah ini? Nyatanya, saya masih terlihat lebih baik dari Anda.)

"Even your husband will be mine soon."
(Bahkan suami anda sebentar lagi akan menjadi milik saya.)

Anastasha terdiam sejenak, lalu mencetak smirk di wajahnya. "The name trash is still trash, no one is willing to pick it up."
(Yang namanya sampah ya tetap sampah, tidak ada yang sudi untuk memungutnya.)

Anastasha menurunkan sedikit kacamata lalu mengedipkan sebelah matanya, dan berjalan mendahului Brianna yang kini terlihat sangat kesal.

🌸🌸🌸

Kemunculan seorang pria dengan setelan formalnya menyita perhatian, kini semua awak media yang ada ijin untuk meliput mengarah pada CEO yang memimpin banyak perusahaan yang bercabang itu. Darryl Neal berjalan di tengah-tengah orang yang menghadiri sidang di ikuti Mike di belakangnya.

Flash kamera seketika menyala bersahutan membidik gambar pria tampan itu, sedangkan Darryl terus melangkahkan kakinya menuju kursi yang di siapkan untuknya.

Belum sampai, Darryl duduk di kursinya. Sebuah suara anak kecil terdengar di telinga dan mengalihkan perhatian Darryl.

"Papa ...."

Bocah kecil merangkak dengan cepat dan sesekali terjungkal, senyum senang menghiasi wajah gembulnya. Sesekali anak laki-laki itu terjatuh karena saking bersemangatnya untuk memeluk kaki jenjang papanya.

"Papa ...."

Daneal mencium wajah papanya bertubi-tubi saat Darryl langsung menggendong dan memeluknya, bayi kecil yang masih berumur hampir setengah tahun itu memeluk leher papanya erat-erat.

Darryl tersenyum berkaca-kaca, terharu sangat karena anaknya sudah bisa memanggilnya. Darryl tak hentinya mencium pipi Daneal, sedang anaknya itu tertawa geli. Sepertinya Daneal juga sangat merindukan Darryl.

Diedarkannya pandangan ke segala arah, Darryl melihat Anastasha sedang berdiri membisu di pojok sana. Dengan mata mengarah padanya dan Daneal. Sepertinya tadi Anastasha tidak menyadari jika Daneal lepas dari pantauannya.

Darryl kemudian membelokkan langkahnya ke arah wanita yang masih berstatus istrinya itu.

Wartawan seakan tidak ingin kehilangan sedetik pun momen, merekam dan membidik tiap-tiap pergerakan Darryl.

Sampai akhirnya Darryl tepat berada di depan Anastasha, menatap dalam mata wanita yang dicintainya itu sangat lama. Hingga jaksa dan para hakim memasuki ruangan dan duduk di kursinya masing-masing. Darryl lalu memberikan Daneal pada Anastasha untuk di gendong.

"Apapun yang dia bilang, tolong jangan langsung percaya. Kasih waktu Darryl untuk memperbaiki kesalahan Darryl, walaupun Darryl tau susah untuk itu."

WHERE'D YOU GO, Anastasha?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang