30. Fucked up

8.6K 732 501
                                    

Darryl menggendong Daneal, dengan dot berisi susu yang sedang anaknya minum. Daneal kecil yang malang, bayi itu tidak lagi minum asi dan diganti dengan susu bubuk yang ayahnya belikan. Daneal menjadi anak yang baik, seakan mengerti dengan papanya. Ia jarang rewel, melihat itu Darryl memupuk rasa bersalahnya.

Kasihan pada Daneal yang tidak lagi ditimang oleh sang ibu, Darryl sering kali merasakan hantaman keras di dadanya melihat anaknya yang terus menggumamkan kata mama tapi tidak bisa merasakan kehangatan sang ibu.

“Kangen mama?” Darryl menatap Daneal yang baru saja melempar botol susunya dan langsung bergumam kata-kata yang selalu saja sama. Mama ...

“Sama, Nak. Papa juga kangen sama mama.” Elusan tangan Darryl menyapa kening bayi gempalnya.

“Papa juga lagi berusaha nemuin mama, jadi anak papa harus sabar, ya.”

“Doain papa biar bisa temuin mama,” Darryl mencium pipi tembam Daneal, “nanti kita sama-sama marahin mama ya,  mama perginya lama.”

Daneal yang kegelian karena cambang Darryl yang mengenai wajahnya, kini tertawa dengan mata menyipit. Tangan mungilnya terangkat mendorong wajah papanya.

Seakan tahu, Darryl tambah menggoda anaknya dengan terus menggesekkan dagunya di wajah Daneal. Ya, selama hilangnya Anastasha, Darryl tidak pernah mengurus dirinya. Cambangnya dibiarkan tumbuh, dan juga rambut yang mulai memanjang. Anehnya, penampilan Darryl yang seperti itu membuatnya terlihat lebih seksi.

Bagaimana tidak gila perempuan-perempuan di luar sana.

🌸🌸🌸

Darryl membanting setir mobilnya, baru saja ia mendapat telepon dari Mike. Sahabatnya itu berkata jika Song Kang Tae sudah tak berada di California ataupun Korea. Pria itu menghilang tanpa meninggalkan jejak.

“Tasya, entah berapa lama lagi Darryl harus mencari?”

“Berapa lama lagi?”

Darryl menyesap rokoknya kuat hingga memenuhi rongga mulutnya, lalu dikeluarkan melalui hidung dan secara bergantian.

“Apa seperti dulu? Lima tahun? Atau bahkan Lebih?”

“Darryl gak akan berhenti mencari selama apa pun itu,” Darryl membuang puntung rokoknya, “karena bukan hanya Darryl, Daneal juga sangat membutuhkan mamanya.”

Pikiran Darryl kembali kalut, ia lantas melakukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Mengabaikan umpatan para pengendara lainnya, Darryl ingin meluapkan emosinya dengan mengebut di jalanan.

Darryl memarkirkan mobilnya di sebuah tempat yang sudah lama tidak pernah ia kunjungi lagi, dengan langkah pelan Darryl masuk ke dalam. Suara musik yang berdentum nyaring langsung menyambut pendengarannya, gemerlap lampu yang tidak asing lagi juga menghampiri penglihatannya.

Hingar-bingar orang-orang yang sedang menggerakkan tubuhnya menyapa kedatangan Darryl, kelab malam dengan segala hiruk-pikuknya kembali menyambut pria itu setelah sekian lama tak lagi pernah datang ke tempat durjana ini.

Darryl duduk di depan bar, memesan sebuah Vodka. Darryl terus saja menambah hingga kesadarannya tidak lagi menguasainya. Langkahnya kini menuntunnya untuk bergabung bersama yang lainnya, secara tak sadar Darryl menggerakkan tubuhnya mengikuti irama musik yang memekakkan telinga.

Banyak wanita malam yang menggodanya, meraba wajah hingga tubuhnya. Tapi semua Darryl tepis, dan masih melanjutkan untuk bergerak senada dengan irama.

Seorang barista menghampirinya dan memberikan segelas minuman berwarna biru bening. Darryl menerimanya lalu meminum hingga tandas. Ia berjalan sempoyongan menuju sofa yang ada di pojok ruangan, ia langsung duduk.

Tubuhnya tiba-tiba saja terasa panas, ia pun membuka dua kancing atas kemeja putihnya. Bukannya mereda, rasa panas itu semakin membakarnya. Darryl merasa ada yang harus ia tuntaskan.

Seorang wanita tiba-tiba saja duduk di pangkuannya, Darryl mengangkat wajahnya melihat wajah gadis itu. Darryl yang akan mendorong gadis itu tidak jadi, karena wanita itu menekannya hingga Darryl mendesah tertahan.

Brianna tersenyum licik, tangannya kini menangkup wajah rupawan Darryl. Sedangkan Darryl memejamkan mata merasa tubuhnya terasa sangat panas dan ingin segera menuntaskannya. Wanita itu tersenyum menggoda, mencoba untuk menarik perhatian pria yang sangat menggiurkan itu.

“Wanna play with me, baby?”

Darryl yang berada di bawah pengaruh obat langsung mencium bibir wanita yang ada di pangkuannya, Brianna tersenyum dan tentu saja meladeni Darryl dengan senang hati.

Hingga mereka berakhir di dalam kamar, dan Darryl membuat dosa lagi di sana. Ia menyatu dengan wanita lain, yang bukan istrinya.

🌸🌸🌸

Mata indah itu mengerjap-kerjap, dan kemudian terbuka perlahan. Darryl memegang kepalanya karena pusing langsung melanda. Kemudian memeriksa sekitar yang terlihat asing, pandangannya beralih pada wanita di sebelahnya. Bayangan tentang kegiatan panasnya langsung memenuhi memori Darryl. Ia melirik tubuhnya tanpa sehelai kain dan hanya tertutup oleh selimut.

“Fucking satan!!” umpat Darryl lalu memasang pakaiannya kembali dan meninggalkan Brianna yang masih terlelap.

Ia berjalan dengan  langkah yang terseok-seok, kepalanya masih terasa sangat berat. Perutnya bergejolak, Darryl kemudian bergegas menuju toilet dan menumpahkan isi perutnya. Ia sekaligus membasuh wajah.

Kesadarannya kembali sedikit demi sedikit, lagi-lagi bayangan ia menggagahi Brianna terngiang-ngiang. Darryl berteriak dan memukul kepalanya, dia benar-benar sangat tidak berotak. Jika sampai ia mengalami masalah yang semakin rumit ke depannya, Darryl benar-benar ingin mati saja.

“Why is your brain so shallow?!” Darryl menatap pantulan wajahnya di cermin.
(Kenapa otakmu begitu dangkal?!)

“If your wife returns later, what will you say to her, huh?”
(Kalau istrimu kembali, apa yang akan kamu katakan, hah?)

Darryl mengusap wajahnya sekali lagi kemudian keluar dari kamar mandi, di persimpangan ia bertemu dengan Brianna. Wanita itu tersenyum culas, dan menatap Darryl dengan tatapan menggoda.

You are very satisfying, last night it was very impressive, Dear.”
(Anda sangat memuaskan, tadi malam itu sangat mengesankan, sayang.)

Darryl menatap nyalang Brianna, sesudah itu mengayunkan kakinya menjauhi wanita ular itu.

“Another time we can repeat it again, Dear!” Brianna sedikit berteriak karena Darryl sudah di ambang pintu.
(Lain kali kita bisa mengulanginya lagi, sayang!)

“Shut the fuck up!”

🌸🌸🌸

Benar-benar ular, satu kata untuk Brianna, apa yang akan kalian sampaikan?

Menurut kalian, apakah ini salah Darryl sepenuhnya? pantaskah Darryl mendapat makian wahai pembaca nan agung?

Pantengin terus ya cerita ini, jangan sampai lewat yaaa☺️💫

Selamat membaca dan semoga terhibur 🖤🖤

*send big love to my readers💌

WHERE'D YOU GO, Anastasha?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang