15. Di atas lebih greget, ya?

14.8K 1.2K 101
                                    

"Udah mau berangkat?"

"Iya, Ma."

Megan tersenyum, "Hati-hati, Nak."

Darryl mengangguk dan mencium kedua pipi ibundanya diikuti Anastasha, lalu pamitan.

~~~

"Assalamualaikum,"

Setelah menaburi bunga mawar dan menyirami air, Darryl duduk lalu membelai papan nisan di depannya, "Papa, gimana di sana?"

"Pa, Darryl kangen sama Papa."

"Kangen bincang-bincang, kangen ketawa bareng lagi."

"Papa juga kangen kan sama Darryl?"

Tertera rangkaian huruf di nisan itu, Neal Abraham. Pria yang dulunya sangat tegas dan berwibawa, yang dulunya Darryl panggil Papa. Kini terkubur di bawah nisan ini.

"Pa, Darryl bawa kabar gembira, nih."

"Mau dengar?"

Matanya berkaca-kaca, ia berusaha menahan air matanya. Darryl, tidak sepatutnya bersedih sedang ia akan menyampaikan berita kebahagiaan.

"Pa, bentar lagi Papa punya cucu ... ." lirihnya.

"Papa senang?"

Angin berhembus, membuat selendang hitam yang menutupi rambut Anastasha terlepas. Perempuan itu mengelus punggung suaminya agar tetap tenang.

"Pa, Darryl juga akan menjadi seorang Papa," dielusnya nisan itu, "tolong bantu Darryl, untuk menjaga keluarga kecil Darryl, dan juga mama ... ."

"Darryl sayang sama Papa ... ."

Darryl terdiam lama, lalu menciumi papan nisan milik Abraham.

"Pamit dulu, Pa. Papa yang tenang ya di sana, doa terbaik untuk Papa ... ."

Darryl berdiri dan menjauh, pria itu butuh sedikit ketenangan.

Melihat suaminya berlalu, Anastasha jongkok sejenak. Ia juga mencium nisan ayah mertuanya.

Tersenyum tulus sambil menyeka air mata, Anastasha berucap, "Terima kasih sudah mendidik Darryl dengan baik, sehingga biar jadi imam yang bertanggung jawab."

"Terima kasih ... ."

~~~

Pulang perjalanan, Anastasha selalu mengucapkan kata-kata penenang, agar Darryl melupakan kesedihannya dan banyak-banyak mendoakan mendiang Papa Abraham.

Mereka sedang perjalanan pulang, Darryl bilang Anastasha tidak boleh kelelahan.

Sesampainya di rumah, pria itu memperlakukan istrinya dengan sangat baik. Mulai dari menggendong Anastasha dari mobil ke kamar, sampai memasakkan makan siang sehat untuk istrinya itu.

Anastasha diperlakukan bak putri raja, tidak boleh melakukan sesuatu yang berat-berat. Darryl mengerjakan semua tugas rumah walaupun secara terpaksa, karena ia tidak mau jika istrinya ngomel.

"Mau apa?"

Anastasha menggeleng, ia sedang tidak membutuhkan apa-apa sekarang.

"Kalau mau sesuatu bilang, ya."

Wanita yang berprofesi sebagai aktris itu mengangguk, sekarang ia hanya ingin berbaring dan tidur. Dan ditemani Darryl. Yang jomblo dilarang iri.

Darryl yang baru saja bersih-bersih di seluruh ruangan, tentu saja mengiyakan. Dan Anastasha tidak mempermasalahkan Darryl yang sekarang penuh dengan keringat, malah istrinya sengaja menyuruhnya duduk tidak usah mandi.

Dan jangan sebut ia Darryl, jika tangannya diam saja sejak berbaring di sebelah istrinya.

"Jangan aneh-aneh!"

~~~

Dengan tangan menyilang, Anastasha memasang wajah merajuknya. Bangun tidur, Darryl tersenyum terus-menerus seraya menggoda istrinya. Anastasha begitu ergghh ... .

"Darryl, berhenti gak!" memukul lengan Darryl, "tabok nih lama-lama."

"Tadi bilang apa sayang? Mau di atas? Emang kenapa kalo di bawah?"

"DARRYL!"

"Di atas lebih greget, ya?" goda Darryl dengan ekspresi yang sangat menyebalkan.

Anastasha mengutuk mulutnya yang sudah mengatakan perkataan bodoh, sehingga suaminya itu terus saja menjahilinya.

"Darryl! Bisa diem gak, sih?!"

"Tumben-tumbenan tadi agresif banget?" Darryl tak bosannya menggoda istrinya itu.

Dengan alis yang naik-turun, Darryl berucap lagi, "Nanti malam lagi, hm?"

"DARRYL!!"

Darryl terkekeh, lalu melanjutkan acara masak-memasaknya. Sedang Anastasha menunggu dengan anteng, disertai pipi yang merah padam.

Setelah selesai, Darryl menyuapi istrinya. Padahal tangan wanita itu baik-baik saja. Ia bilang, jarang-jarang bisa memperlakukan Anastasha begitu, karena memang dua-duanya sama-sama sibuk dan sangat jarang mempunyai waktu bersama.

"Darryl, udah kasih kabar ke kak Marcel sama yang lainnya?"

"Udah. Katanya mau ke sini, nyambangi katanya."

Anastasha mengangguk, lalu menatap Darryl lagi.

"Darryl,"

"Hm?"

"Gak takut?" ujarnya seraya mengelus perutnya yang masih rata.

Darryl mengerti maksud Anastasha, istrinya khawatir jika status mereka terungkap. Apalagi sekarang wanita itu sedang mengandung buah hati mereka.

"Gak papa, gak usah takut. Percaya sama Darryl, ya?"

Mengangguk, Anastasha mencoba untuk tidak memikirkan itu semua. Ia cuma perlu menghibur banyak orang lewat dance dan suaranya, serta menunjukkan bakat akting yang dimilikinya.

Suka tidak suka, itu terserah yang mendengar dan menontonnya. Ia tidak minta untuk selalu dipuji.

"Ada Darryl di sini,"

Mendengar perkataan suaminya, Anastasha menjadi lebih tenang.

Darryl menyuapi istrinya dengan telaten, entah kenapa kecantikan Anastasha lebih terpancar berkali-kali lipat sekarang. Rasanya ia ingin mengurung saja istrinya itu dalam kamar.

Belum sempat Darryl menyentuh bibir Anastasha, pintu rumahnya sudah terbuka dibanting keras oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

"WAHAI PEMBACA YANG SETIA, NEXT PART ADA GUEEE!"

"SIAPIN PAMPERS WOYYY! BIAR GAK PIPIS DI CELANA!!"

"AWAS ADA JOSHUAA!!"

Joshua hadir, dengan segala bacodnya.

~~~

Kamis, 24 September 2020

Selamat membaca dan semoga terhibur 🖤



WHERE'D YOU GO, Anastasha?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang