50. Satu acara?

9.5K 1.3K 148
                                    

Darryl tersenyum pada sang mama yang terpampang di layar handphone-nya, ia menampilkan senyum terbaiknya untuk wanita hebatnya itu.

“Jadi Darryl gak pulang dulu?”

Darryl menggelengkan kepalanya. “Enggak, Ma. Masih ada sedikit yang harus Darryl urus, selesai nanti Darryl langsung pulang kok.”

“Jangan lama ya, Nak. Mama sepi sendiri terus.”

Mendengar penuturan mamanya, hati Darryl sedikit sakit. Mamanya memang selalu kesepian sejak papanya meninggal sekitar 8 tahun yang lalu, ditambah dia yang jarang ada waktu untuk menemani sang mama yang berkeinginan untuk tetap tinggal di Indonesia. Cuma Bi Minah yang setia menemani mamanya itu.

“Iya, Ma. Darryl bentar aja.”

“Kamu sama Joshua di situ?”

Darryl menggelengkan kepalanya. “Enggak, Joshua nyusul. Mungkin sekarang udah sampek Jakarta.”

Megan terlihat mengangguk, wajah yang mulai terlihat itu tersenyum hangat pada anak satu-satunya itu.

“Ya sudah, jaga diri baik-baik ya, Nak. Jangan terlalu kecapekan, jaga kesehatan.”

“Iya, Ma. Mama juga, ya”

Mama Darryl mengangguk lalu memberi salam untuk menutup teleponnya, yang juga dibalas Darryl tak kalah hangat.

“Wa’alaikumussalam.”

Setelah telepon terputus, Darryl menyandarkan tubuhnya di sofa yang ia duduki. Merilekskan otot-ototnya yang tegang, menenangkan syarafnya setenang mungkin. Helaan nafas panjang terdengar, Darryl menghirup udara dalam-dalam. Tubuh dan pikirannya sungguh sangat lelah.

Setelah pesawat mendarat, Darryl langsung melanjutkan perjalanannya ke Jogja, karena proyeknya di sana ada sedikit kendala mendadak. Mengharuskan Darryl mau tidak mau kembali melakukan perjalanan.

Sekarang sudah menjelang Maghrib, cahaya merah terlihat memantul di kaca. Darryl menoleh ke luar, langit sudah mulai berwarna oranye kemerahan. Darryl melangkah menuju balkon, disaksikannya mentari mulai ditelan paksa oleh lautan yang menjadi view terbaik apartemen yang sedang di singgahinya.

Darryl menyipitkan matanya untuk lebih melihat jelas, bagaimana matahari itu berpadu dengan lautan luas. Namun yang terjadi, malah kenangan masa lalu yang teringat jelas. Hari di mana Darryl melihat senja bersama yang terkasih kala itu. Hari di mana pertama kalinya Darryl membawa sang pacar menghabiskan hari.

Pria itu terkekeh, dengan kurang ajarnya ia mengingat momen kebersamaannya bersama Anastasha bahkan setelah waktu yang sudah sangat lama. Darryl menertawakan dirinya yang bisa-bisanya cinta mati pada wanita yang membencinya sampai mati.

Bisa-bisanya Darryl terus saja mengingat kebersamaannya dengan wanita yang jelas-jelas sudah tidak ingin bersamanya lagi. Bisa-bisanya Darryl begitu.

“Bodohnya gue masih mencintai dia yang sudah gak lagi menginginkan itu.”

Darryl menundukkan kepalanya dengan senyum yang masih tercetak di wajahnya, senyum itu mengisyaratkan kepedihan yang mendalam.

“Hebatnya gue, gue masih mencintai dia yang sudah lama pergi ....”

🌸🌸🌸

Di pagi hari yang cerah, mentari terlihat mulai menampakkan sinarnya yang megah. Memamerkan indahnya cahayanya yang terlihat menawan, pada manusia yang tampak akan kegemerlapan.

“Nenek!!” Seorang bocah berlari menuju sang nenek yang sedang menyirami tanaman di halaman rumah.

Bocah itu Daneal, ia berteriak kegirangan memanggil-manggil neneknya yang sudah lama tidak jumpa.

“Allahu, cucuku di sini ....” Megan menaruh semprotan airnya dan segera berlari untuk menggendong sang cucu yang sudah jingkrak-jingkrak.

“Apa kabar cucu nenek?”

“I’m good!” jawab Daneal dengan aksen baratnya.

“Neneknya dedek sehat?” tanya Daneal memeluk neneknya yang kini sudah menggendong dirinya.

Megan menganggukkan kepalanya, ia mengusap air mata yang mulai menetes ke pipinya.

“Nenek sehat, Nak.”

“Kapan dedek ada di Indonesia? Kenapa nenek gak dikabarin?” tanya Megan pada sang cucu.

“Tadi malam, Nek.” Jawab seseorang yang sekarang berada di belakang mereka.

Megan menengok ke belakang, dan mendapati wanita yang pernah menjadi menantunya sedang berdiri di sana dengan sangat cantik.

“Kenapa gak kabarin Mama, Nak?”

“Kemarin Tasya sama Dedek nyampek agak malem, jadi Tasya pikir buat kasih kejutan aja ke Ma- em Tante ...”

Megan menggenggam jemari Anastasha yang tidak jauh darinya.

“Panggil wanita tua yang ada di depanmu ini seperti biasa, Mama sudah terbiasa dipanggil ‘Mama’ sama Tasya.”

Anastasha tersenyum canggung. “Iya, Ma.”

Megan terdengar mengerti, ia kemudian mengajak Anastasha dan cucunya itu untuk memasuki rumah. Rumah yang tidak asing lagi untuk seorang Anastasha yang notabenenya pernah menjadi bagian dari keluarga ini.

“Kalian sudah makan, Nak?”

Anastasha menganggukkan kepalanya. “Sudah, Ma.”

Megan berjalan menuju dapur dengan Daneal yang masih berada di gendongannya, mengambil cemilan untuk disuguhi.

Anastasha melewati dinding yang penuh dengan foto-foto indah. Hingga Anastasha terfokus pada satu foto, ia berhenti di dinding yang terdapat sebuah foto yang membuat alisnya mengernyit. Ia tidak pernah melihat foto itu terpampang di sana.

Diraihnya foto yang hanya bergambar dua bayangan orang itu, terlihat bayangan seorang pria yang sedang memeluk gadisnya. Tak sengaja Anastasha membalik foto itu, dan melihat sebaris penjelasan tulisan tangan.

27 Januari  2020, cinta Darryl sudah tidak bertepuk sebelah tangan lagi.

Anastasha tersenyum melihat gambar itu, di mana itu adalah foto yang mungkin Darryl ambil diam-diam di atas rooftop sekolah.

Detak jantung Anastasha berdetak tak karuan tatkala menyaksikan banyaknya gambar dirinya yang masih terpajang rapi di dinding rumah mantan mertuanya itu. Anastasha lalu melanjutkan melihat-lihat foto masa kecil Darryl yang terlihat sangat mirip dengan anaknya Daneal.

“Tasya,”

Anastasha berbalik kaget saat Megan tiba-tiba saja sudah berada di belakangnya, ia tersenyum gagu karena tertangkap basah sedang memperhatikan foto masa kecil Darryl.

“Darryl ada di Jogja, kalau Tasya mau mama bisa tele-”

“Jangan, Ma. Tasya ke sini cuma mau ketemu Mama.” potong Anastasha.

Megan menuruti perkataan Anastasha, ia tidak jadi menghubungi anaknya itu. Mungkin Anastasha belum siap untuk bertemu dengan anaknya yang sudah menghancurkan hati wanita cantik itu. Namun ada satu hal yang mengganjal di benak Megan, kenapa Darryl dan Anastasha bisa datang bersamaan ke kampung halamannya?

“Tasya bakalan hadir di acara tujuh belasan?”

🌸🌸🌸

Kamis, 18 Maret 2021

I'm backkkkk!!
seperti biasa jangan lupa vote komen dan follow yaaaa!!

buat yang mau kenal lebih jauh, sabi lah follow ig aku hhahaha @melllyyyaul_ author paling cantik sejagat

oh iya, ada tanda-tanda nih. kira-kira tanda apa ya? ada yang tau? komen ya kalo kalian dapet pencerahan wkw.

tetap dukung cerita ini, selamat membaca dan semoga terhibur 🖤
*send virtual hug to my readers💌

WHERE'D YOU GO, Anastasha?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang