2. First day without you

33.1K 2.2K 93
                                    

Langkah Anastasha terhenti, ia berbalik sekali lagi, walaupun ia tau Darryl tidak akan muncul. Protokol sudah memanggil penumpang pesawat tujuan Incheon Korea, dan hatinya sangat berat untuk sekedar melangkahkan kaki.

Nama DARRYL, memenuhi otaknya. Wajah kekasihnya itu, sungguh mengganggu pikiran Anastasha.

Gerak-gerik Anastasha, sedikitpun tidak lepas dari pantauan Ardian.

Pria yang sering dipanggil kakak oleh Anastasha itu, merangkul adiknya dan berbalik menuju pesawat.

"Everything's gonna be just fine, trust me." ucap Ardian menenangkan Anastasha.

Anastasha mencoba tersenyum memandang kakaknya, "Kak, jika bisa. Anastasha cuma mau di sini aja, nemenin Darryl." mata Anastasha memanas saat menyebut nama kekasihnya.

Jika saja saat itu ia tidak menggebu-gebu untuk menjadi artis Korea, pastilah semua tidak akan begini. Anastasha sadar, ini semua bermula darinya.

"Ayo bertemu Darryl, jika Anastasha sudah gapai mimpi nantinya. Lima tahun tidak terlalu lama dek, Tasya pasti kuat nahan rindunya."

Anastasha menganggukkan kepalanya, dalam hati ia bertanya.

Apa Darryl bisa menahan rindu selama itu?

_____

Liquid bening kembali membasahi pipi Anastasha, ia menatap nanar layar handphonenya. Terpasang wajah Darryl di wallpaper ponsel gadis itu. Darryl-nya sedang tersenyum imut memamerkan gigi ratanya, dengan mata yang sedikit menyipit. Senyum yang diperlihatkan Darryl, hanya pada Anastasha.

Sejak pulangnya ia dari makam, ponselnya ia matikan. Anastasha takut Darryl akan menghubunginya dan menanyakan dimana ia berada. Anastasha tau persis, Darryl sangat handal membuatnya tidak bisa berkutik.

Ia menekan aplikasi chatting dan memasuki room chat-nya dengan Darryl. Anastasha mengklik tombol voice note.

"Sayang, Tasya tinggal bentar, ya. Tasya sayang Darryl, selalu..."

Anastasha tak bisa lagi membendung air matanya. Ia berjongkok, menyembunyikan wajahnya di kedua tangan yang bertumpu pada lutut.

"Maaf Darryl, maafin Tasya. Hiks..."

Ini sudah hukum alam. Penyesalan, memang selalu datang terlambat.

Seorang pria berbalut jas, membangunkan Anastasha. Kini, ia sudah tiba di Incheon.

"Come on, Miss."

Anastasha mengangguk dan berdiri, mengikuti pria itu. Sedang kedua orang tua dan kakaknya sudah berjalan lebih dulu di depan sana.

Tanpa Anastasha sadari, ponselnya terjatuh.

_____

Suara gemericik air terdengar jelas di pendengaran Anastasha, di luar memang sedang hujan.

Anastasha mengintip dari jendela hotel, Seoul diguyur hujan pagi ini. Di sini, di tempat ia berada, Anastasha hanya ingin tau. Sedang apa Darryl di sana?

Apakah negara asalnya juga sedang hujan? Jika iya, tidakkah Darryl kedinginan di sana?

"Selamat pagi, Darryl."

Sesak, itu yang Anastasha rasakan saat ini.

"Darryl sedang apa?"

Lagi-lagi, Anastasha tidak bisa menahan tangisnya. Ia selalu lemah, jika sudah tentang Darryl.

Anastasha menatap megahnya gedung-gedung Seoul, masih terlihat indah meski pagi hari. Tetap terlihat cantik walau diguyur hujan. Seperti Darryl, masih terlihat menawan, meski sedang menangis.

"Darryl, sekarang sedang hujan di sini. Di sana hujan juga kah?"

"Darryl tidak kedinginan kan..." lirih Anastasha.

Anastasha, sedang kepikiran sekarang. Apa Darryl baik-baik saja?

Kenapa tidak menghubungi Darryl? Karena Anastasha tidak mau jika nanti Darryl menyusulnya. Lagi pula, Anastasha kehilangan ponselnya.

"Darryl, maafin Tasya ya."

"Maaf sudah ninggalin Darryl..."

"Tasya sayang Darryl..."

_____

Di sini Anastasha sekarang, di gedung MAS Entertainment. Ia lolos audisi, dan secara otomatis ia sudah menjadi trainee.

Persyaratan sudah Anastasha penuhi, termasuk menutup semua akun sosmed. Agensi tau jika ia memiliki pacar di Indonesia, lalu pihak agensi meminta Anastasha untuk menyembunyikan fakta itu. Karena salah satu persyaratan yang lain, adalah tidak berpacaran selama 5 tahun. Debut atau tidak, itulah ketentuannya.

Tentang sekolah, Anastasha pindah ke Hanlim Multi Art. Tapi sepertinya ia akan aktif di luar kelas, jadi Anastasha akan homeschooling saja.

Keringat membasahi Anastasha, ia baru saja latihan. Anastasha ingin debut sebagai Idol girlband.

"Excuse me, may I sit here?"
(Permisi, boleh saya duduk di sini?)

Anastasha menoleh pada sumber suara, "Yes, of course."

"Are you Korean?"

"No, I'm Indonesian.

Gadis berambut pirang itu sedikit kaget lalu mengangguk, "Surely?"

"Muka lo kayak orang Korea sih." lanjut gadis itu.

Anastasha terbelalak, ia menutup bibirnya dengan kedua tangan. "Indonesia?!"

"Yes" gadis pirang itu mengulurkan tangannya, "kenalin, nama gue Ristela. Panggil aja Ristel."

Anastasha menjabat tangan gadis itu, "Anastasha, panggil Tasya juga bisa."

"Hari pertama?"

"Iya. Kalau Ristel?"

"Gue udah delapan bulan."

Anastasha mengangguk lagi, "By the way, Ristel masih sekolah atau gimana?"

"Gue sekolah di SOPA. Lo?"

"Tasya di Hanlim."

"Pfttt..."

Anastasha mengernyit heran, "Kenapa?"

"Lo lucu ya, pake nama kalo nyebut diri sendiri atau orang lain."

Anastasha nyengir, "Tasya emang gitu."

"Oke, mulai sekarang kita teman. Tidak ada bantahan!"

Dan Anastasha tau, sepertinya kenalan barunya ini tipe orang yang tegas dan tak ingin dibantah.

_____

Kamis, 14 Mei 2020

WHERE'D YOU GO, Anastasha?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang