8. The first night?

22.4K 1.7K 236
                                    

Saat Anastasha mengeringkan rambutnya, pintu kamar terbuka. Darryl masuk dengan handuk yang masih melilit di pinggangnya.

Pria itu juga mengeringkan rambut dengan handuk kecil, ia baru saja mandi di kamar mandi sebelah.

Tubuh Anastasha menegang, sebenarnya ia sudah pernah melihat Darryl shirtless begitu. Tapi yang ini terasa berbeda. Ada perasaan was-was yang ia rasakan.

Darryl mendekati Anastasha, dan menyerahkan handuk itu pada Anastasha. Secara tidak langsung meminta istrinya untuk mengeringkan rambutnya.

Darryl duduk di tepian kasur, dengan Anastasha yang mulai mengerjakan tugasnya dengan telaten.

Setelah selesai, Anastasha mendekati lemari pakaian dan mengambil pakaian tidur untuk Darryl.

"Berhenti di situ!" pinta Darryl saat melihat Anastasha akan beranjak keluar.

"Tapi ..."

"Di situ aja, sayang."

Anastasha berdiri mematung, pandangannya ia alihkan selagi Darryl memakai baju tidurnya.

Setelah beberapa menit, ia merasakan sepasang tangan melingkar di pinggangnya. Darryl sedang memeluk dirinya.

Terpaan nafas Darryl terasa panas di lehernya, Anastasha merinding.

Darryl menatap Anastasha dalam, "Ayo tidur."

Deg!

"Yang nurut ya sama suaminya, jangan suka bantah."

"Layani suami Tasya dengan baik, karena sekarang, Tasya punya tanggung jawab yang lebih besar."

"Anak gadis papa bentar lagi jadi istri orang, yang nurut ya nak sama suami nantinya."

Bayangan kedua orang tuanya saat memberi nasihat, terbayang-bayang di pikiran Anastasha.

"Tasya?"

"Anastasha?" panggil Darryl yang kedua kalinya.

Anastasha tersentak kaget, "Iya?"

Anastasha berbalik, dilihatnya Darryl sudah berbaring di kasur yang dihiasi kelopak bunga mawar di permukaannya.

Darryl menepuk bantal di sebelahnya, meminta Anastasha berbaring.

Anastasha melangkah takut-takut, dibaringkannya tubuhnya di sebelah Darryl.

This is the first night, tentu saja Anastasha merasa takut, mengingat Darryl juga memiliki sifat yang agresif.

Setelah berbaring, sepasang tangan kekar memeluknya.

"Kalau belum siap, gak papa. Darryl gak akan maksa ..."

"Maaf Darryl ..." sesal Anastasha

Sebuah kecupan mendarat di kening gadis itu.

"Gak papa, Darryl bisa nunggu kok."

Walaupun begitu, Darryl tetaplah Darryl. Jika yang itu belum bisa, setidaknya sebuah ciuman bisa menjadi hadiahnya di malam pertama ini.

"Just give me a kiss!"

Anastasha mengabulkan permintaan Darryl, ia mencium bibir pria itu.

Beberapa saat, setelah ciuman mereka terlepas, Anastasha membelai lembut pipi Darryl.

"Darryl, maafin Tasya. Malam ini Tasya belum bisa memberikannya ke Darryl."

Darryl tersenyum, ia mengerti.

"Darryl-"

"Tasya, mulai sekarang bisa manggilnya jangan Darryl lagi?"

"Maunya dipanggil apa?"

"Terserah, asal jangan panggil nama."

"Mas?"

"Iya, boleh."

Masih dengan posisinya, Anastasha kembali mencium Darryl.

"Akan Anastasha coba," balasnya.

"Selamat malam, Sayang."

"Selamat malam juga, Mas ..."
_____

Darryl membuka mata saat merasa ia tidak merasakan keberadaan Anastasha di sebelahnya. Darryl mendengar suara pintu terbuka, samar-samar ia melihat bayangan istrinya yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Udah bangun?"

"Hm,"

"Cuci muka dulu, ambil wudhu kita sholat bareng ya."

Darryl menurut, ia berjalan lunglai mendekati istrinya. Saat akan mencium kening Anastasha, istrinya itu mundur sambil menggoyangkan telunjuknya.

"Tasya, udah wudhu."

Darryl mendengus, kemudian beranjak menuju kamar mandi.

Anastasha tersenyum, Darryl tidak pernah berubah.

"Bismillah," Anastasha berharap, ia bisa menjadi istri yang baik.

_____

Paginya, pasangan suami istri Darryl dan Anastasha jogging santai di taman Jardin du Luxembourg.

Taman yang begitu memanjakan mata Anastasha, jalan setapak yang sejak tadi ia lewati penuh dengan bunga-bunga indah di sekelilingnya.

Senyum manis Anastasha enggan untuk terkatup, ia menikmati pemandangan sekelilingnya. Darryl saja tak ia hiraukan sejak tadi.

Dengan balutan kaos putih polos dan celana training, tak lupa juga masker dan topi hitam yang melengkapi penampilannya pagi ini, Darryl begitu memikat walau tak memperlihatkan wajah. Itulah Darryl, selalu terlihat wow dimana pun dan kapan pun.

Sejak tadi pria itu sudah memanggil manggil istrinya, tapi si istri malah mengabaikannya. Ia kesal tentu saja, pemandangan di sekelilingnya saja tak mampu memperbaiki moodnya.

Hingga, ada satu pemandangan yang tanpa sengaja bertabrakan dengan sorot mata pria itu.

Shit!

Kenapa si Joshua ada dimana-mana?

Benar, Darryl melihat Joshua sedang bermesraan bersama Juminten di sudut taman.

Tak bisakah Joshua membiarkannya tenang? Joshua selalu saja muncul, Darryl heran sekali.

"WOYYY!"

ASU BANGET KAN?

Darryl menarik lengan Anastasha, meminta istrinya putar balik. Sebelum suara itu semakin keras, lebih baik dia kabur duluan.

"Kenapa sih?" Anastasha celingukan ke belakang mencari asal suara, karena belum sempat melihat siapa yang berteriak.

"Di sana ada orang gila,"

Anastasha mengernyit, emang ada orang gila di sini?

"WOOYYY!" Suara itu tambah nyaring, burung-burung sampai keluar dari sarangnya masing-masing.

"Naik, Tasya!"

"Eh, kenapa sih?" bingung Anastasha dan naik ke punggung Darryl.

Tanpa pikir panjang, Darryl langsung berlari terbirit-birit menjauh dari jangkauan si Joshua.

Sedangkan Joshua menatap Darryl dengan raut wajah yang tercengang.

Joshua kemudian melirik sesuatu di tangannya, lalu menatap kembali Darryl yang sudah jauh dengan Anastasha di gendongan sahabatnya itu.

"WOYYY, GUE CUMA MAU BALIKIN BLACK CARD LO!!"

_____

30 JULI 2020

MAAF MENUNGGU LAMA GAESSS

SELAMAT MEMBACA DAN SEMOGA TERHIBUR 🖤

WHERE'D YOU GO, Anastasha?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang