23. Who's the girl?

8.7K 805 127
                                    

Darryl melangkahkan kakinya memasuki mobil, ia habis ke kantornya sejenak sebelum penerbangan. Teruntuk hari ini, ia khusus di antar oleh Joshua. Kata Joshua, bosnya itu harus sampai ke bandara dengan selamat tak boleh lecet sedikit pun.

Halah, itu hanya akal-akalannya saja supaya Darryl kembali bersimpatik padanya, dan mengurungkan niat tidak menggaji dirinya dua bulan ini.

“Bos, lo itu kayak ABCDEFGHIJKL, ya?”

“Hah, apaan?”

“Alim, berilmu, cekatan, dermawan, ekonomis, fantastis, gagah.”

Darryl menyunggingkan senyum miringnya, ia yakin Joshua sedang merayu-rayu dirinya. “Terus, HIJKL nya apaan?”

Haha, I’m just kidding, Lol ....” Joshua tertawa sekeras-kerasnya, sampai-sampai ia merasa kram pada perutnya.

“Bangke!” umpat Darryl menendang kaki Joshua yang sedang menyetir.

“Sorry bos, biar gak serius-serius amat.” ujar pria humoris itu cengengesan.

“Emang kapan lo pernah serius?” cecar Darryl.

“Lha, pengen banget gue seriusin?”

“Menjijikkan!” maki Darryl bergidik.

Darryl memeriksa jam tangannya, masih setengah jam lagi waktu keberangkatannya. Joshua berkata padanya, lebih cepat lebih baik. Dan dia manggut-manggut saja, menyetujui Joshua ke bandara lebih cepat.

“Lo gak jemu gini terus?”

“Maksud lo?”

“Harus pulang pergi kayak gini,”

“Gue gak pa pa, selama Anastasha dan anak gue aman.” respon Darryl.

Joshua menghela nafas panjang, sangat panjang, seolah sengaja memperlihatkan jika ia sudah jengah melihat hubungan antara sahabatnya dengan artis negeri ginseng itu.

“Kan bisa gitu minta Anastasha untuk setuju hubungan kalian go public aja.” Joshua meminggirkan mobilnya sedikit, dan melaju dengan pelan.

Darryl menoleh ke arah sahabatnya, “Semua kelihatan sulit, Jo. Lo tau kan, yang lo ucapin itu gak semudah ngupas kuaci?”

“Lha, gue susah tuh. Bukannya kepisah, bijinya malah ikut kelempar.”

Darryl menggetok kepala Joshua, “Biji biji, disaring lo kalo ngomong. Otak gue jalan-jalan, nih.”

“Lo kira mulut gue kopi item? Pake disaring segala.” Masih fokus dengan menyetirnya, Joshua kembali bersuara. “Serius nanya, rasanya gimana berhubungan tertutup gini? Kayak aset cewek aja, harus ditutup-tutupi.”

Darryl mengernyit, “Cuma cewek aja? Emang punya lo, lo umbar-umbar?”

“Asu sekali anda, gue serius nih tanyanya.”

“Mau tau rasanya gimana?”

Joshua mengangguk, “Iya.”

“Kecut, kayak tampang lo.”

“Asem!”

🌸🌸🌸

Setelah mendengar suara announcement jika jam keberangkatannya sudah tiba, Darryl bergegas menuju pesawat yang akan membawanya kembali ke tanah air.

“Hadija bosku!!” teriak Joshua.

Darryl mendelik, “Apaan hadija hadija, gak jelas banget.” bisiknya, tak mengerti dengan teriakan Joshua.

Joshua kembali berteriak, “Maksud gue hati-hati di jalan! Gue tau kalo lo kudet banget!!”

“Hakeka, Jo!” balas Darryl balik melambaikan tangan pada Joshua.

Sebelum Joshua menyahut, Darryl kembali berucap, “Hati-hati ke neraka!”

Brugh!

Darryl terjatuh, ia merasa Dejavu. Lagi-lagi gadis itu, Brianna. Brianna berlari sambil menunduk melihat jam tangan, hingga berakhir menabrak Darryl yang akan berbalik. Tempo lalu Darryl yang menabrak gadis itu di depan lift, dan posisinya seperti ini juga, hanya saja dirinya yang di bawah sekarang.

Terpaan nafas di lehernya membuat Darryl tersadar, cepat-cepat ia berdiri. Pandangannya kini mengarah ke depan sana, di lihatnya Joshua sedang menatapnya tajam. Darryl langsung bergegas saat Joshua sudah meneriakinya.

Joshua kini menatap belas sahabatnya, jelas ia sangat tahu gadis yang menabrak Darryl itu melakukan apa. Hanya saja Darryl terlambat menyadari, atau bahkan tidak sadar.

“Harusnya lo yang hati-hati ke neraka, Ryl.” lirih Joshua masih menatap Darryl nanar.

Joshua sebenarnya ingin memberi tahu Darryl, tapi atasan sekaligus sahabatnya itu sudah berlalu dengan cepat.

🌸🌸🌸

Sebelum pulang, walaupun lelah Darryl menyempatkan diri ke supermarket. Membelikan bubur bayi untuk bayi kecilnya. Sedang Anastasha, sudah ia belikan brownis cokelat tadi.

Saat akan menuju kasir, tak sengaja ia melihat isi kulkas. Tiba-tiba dia ingin makan ikan, jadinya Darryl mengambil ikan salmon. Ia kemudian mendorong troli belanjaannya menuju kasir.

Sedang antre, sebagai pelanggan yang baik, Darryl pun mengantre dengan tertib. Hingga sebuah suara krusak-krusuk di belakang mengganggu pendengarannya, ia pun menoleh ke belakang.

Arjuna?

Benar, yang berisik tadi pelakunya adalah Arjuna, si manusia diplomatik.

“Itu lo, Ryl?” tanya Arjuna memastikan saja, karena sudah lama mereka tak saling bertemu semenjak pernikahan Darryl dan juga Anastasha.

“Lo pikir siapa?”

“Anjir, anak mana lo?!” tanya Arjuna kegirangan sambil merangkul teman seperjuangannya semasa SMA.

“Anak jakarte lah, lo kena penyakit pikun-pikun cantik, ya?”

Darryl anteng saja dirangkul begitu, ia tak terlalu menghiraukan tatapan orang-orang di sekitarnya yang menatap mereka aneh. Karena memang sejak SMA, merangkul sesama teman adalah hal biasa.

Arjuna mendelik, “Maksud gue anak lo di mana?”

“Di rumah, sama bini.”

Mengangguk saja, Arjuna kini melirik troli belanja Darryl. Ia kemudian mengangkat kotak berisi bubur.

“Kenapa ya, ini dinamain bubur bayi.” tanya Arjuna ngawur.

Darryl mengangkat sebelah alisnya, “Kan itu untuk bayi, Solihin!”

“Berarti, bubur ayam ya untuk ayam, dong!”

Sebelah mata Darryl berkedut-kedut, heran saja pada manusia di sebelahnya ini.

“Jun, lo masuk diplomatik lewat jalur apa, ya?”

🌸🌸🌸

Dengan berkaca-kaca, Anastasha menatap Darryl tak percaya. Ia mundur selangkah, tak percaya dengan apa yang di lihatnya. Anastasha tahu benar apa yang melekat di kerah kemeja Darryl.

“Siapa perempuan itu, Darryl?”

WHERE'D YOU GO, Anastasha?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang