19. left out

11.2K 1.1K 152
                                    

“Daneal, kamu lelaki murahan yang bisa merebut isteri orang!”

“Kamu tega!”

“Tega!”

“Aku jijik sama, Mas. Jijik jijik jijik!”

Anastasha dan Darryl saling memandang, Joshua memang sudah tidak waras. Bisa-bisanya memparodikan tiktok yang pernah viral pada tahun 2020. Dan kali ini, Daneal lah sasarannya.

Bayi yang baru sebulan itu terbengong-bengong, melihat pamannya yang terlihat seperti orang depresi. Padahal kalau dipikir-pikir, Joshua tidak pernah punya masalah. Karena something wrong sebesar apapun, tidak akan menjadi masalah untuk Joshua.

“Udah gak usah heran, Joshua emang gila dari dulu.” ujar Darryl.

Anastasha mengangguk, aneh saja. Masa iya sudah tua akhlak gak ada? Ia kembali melihat pada Joshua yang sekarang terlihat mengangkat telepon.

Joshua mendekat, “Gue pamit dulu, orang penting dipanggil, nih.”

“Pergi sana, Gue jijik sama lo! Jijik jijik jijik!”

Joshua tercengang, “Lah ngapa nih orang? Sehat, Mas?”

Darryl kembali menormalkan ekspresinya, “Sialan!”

~~~

Anastasha bermain bersama anaknya, bayi kecil itu seakan-akan menatap takjub padanya. Tangan kecil itu berusaha meraih wajah ibunya, Anastasha tertawa melihat tingkah Daneal.

Ia berharap, semoga anaknya tumbuh menjadi seseorang yang tidak akan merugikan orang lain.

Sedangkan Darryl, pria yang sudah pantas disebut ayah itu sedang bekerja di depan layar komputernya. Memantau perkembangan perusahaannya, sesekali saat Anastasha hamil, ia kadang meninggalkan istrinya itu selama dua hari untuk mengurus sedikit problem yang ada.

Dan selama sebulan setelah Anastasha melahirkan, baru sekali ia ke California.

Anastasha mendekati Darryl, saat bayinya sudah tertidur, mungkin lelah bermain. Ia memeluk leher suaminya, dan mengecup pipi Darryl.

“Ada yang mau Tasya omongin.”

“Ngomong apa?”

“Tadi pagi, manajer Tasya telepon.”

Darryl memutar kursinya, sepenuhnya berbalik pada Anastasha, “Bilang apa?”

“Tasya harus ke Korea.”

Darryl sedikit shock, please ini baru sebulan. Bagaimana nasib anaknya?

“Tasya, bayi kita gimana? Daneal masih kecil Tasya.”

“Anastasha cuma bentar.” ujar Anastasha.

“Tapi Tasya belum pulih sepenuhnya, belum bisa kerja yang berat-berat.”

“Tasya gak langsung aktif ngedance, cuma nyanyi aja. Agensi Tasya sudah memutuskan itu Darryl, udah lama Tasya cuti dengan alasan sakit.”

Darryl terlihat menatap kosong mata Anastasha, ia khawatir pada istrinya itu, dan juga pada Daneal. Bayinya masih sangat kecil untuk ditinggal-tinggal oleh seorang ibu.

“Kapan? Dan berapa lama?”

“Besok. Cuma sebentar dan Anastasha pastikan tidak akan sampai seminggu.”

“Tasya, Daneal masih sangat kecil. Dia butuh seorang ibu.” kata Darryl, ia berdiri memeluk istrinya.

Darryl berusaha menerima, ia sudah tahu resiko menikah dengan seorang publik figur apalagi menikahi Anastasha yang memiliki banyak penggemar yang pasti sudah menunggu-nunggu kabar.

Sudah konsekuensi jika harus ditinggal pergi, dan ia tidak boleh egois karena itu juga sudah ketentuan yang harus Anastasha patuhi. Dan Darryl tidak boleh memprotes.

“Bentar aja ya, sayang. Di sini Tasya juga punya tanggung jawab sebagai seorang ibu.”
Anastasha mengangguk, “Janji, gak akan lama.”

~~~

Anastasha menggendong bayi mungilnya yang terus saja menatapnya dengan tatapan memuja. Seakan Anastasha adalah sesuatu yang benar-benar elok untuk dipandang. Anaknya kecil-kecil sudah bisa bikin salting orang.

Darryl terkekeh melihat tingkah Daneal, gemas juga pada Anastasha yang sekilas terlihat malu, “Kenapa salting? Ditatap anak sendiri padahal.”

Anastasha menoleh pada Darryl, ia menggelengkan kepala “Gak tau juga.”

Wanita itu terus mengajak anaknya bicara, walaupun Daneal hanya merespon dengan gumaman saja, tapi sudah bisa menghibur Darryl dan Anastasha.

“Your attention please, passengers of Garuda Indonesia on flight number GA328 to Incheon International Airport please boarding from door A12, Thank you.”

Announcement sudah terdengar, Darryl menghela nafas agak berat. Ia menatap istrinya yang mencium wajah anaknya sepenuh hati, ia tahu Anastasha juga berat meninggalkan buah hatinya.

Saat Anastasha melepaskan gendongannya, bayi kecil itu terlihat seperti kehilangan. Matanya kini mencari-cari ibunya, Darryl yang menatap anaknya yang sudah pindah di gendongannya dengan iba.

Anastasha menahan air matanya yang mengenang di pelupuk matanya, sekali lagi ia menciumi anaknya dengan penuh kasih sayang.

“Nak, Mama pergi dulu, ya. Sebentar aja, Daneal jangan rewel, kasian Papa.”

Anastasha lalu menatap Darryl, ia berjinjit dan mencium Darryl di pipi dan bibir. Memeluk suaminya dengan sangat erat, memberi kekuatan pada Darryl.

“Tasya tinggal bentar, ya. Tolong jaga anak kita.”

Darryl mengangguk, ia melihat ke atas menghalau air mata yang sebentar lagi akan berlinang. “Hati-hati, sayang.”

Anastasha melepas pelukannya, “I love U.”

“I love U too.”

Anastasha berusaha tersenyum, merapatkan mantelnya lalu menutup wajah dengan masker. Dia melambaikan tangan melangkah meninggalkan kedua lelaki yang sangat ia cintai selain papa Adhitama.

Daneal menggerak-gerakkan tangannya, bayi kecil itu menggerakkan bola matanya seakan mencari ibunya. Suara tangis  perlahan terdengar saat tak mendapati sang mama di penglihatannya. Daneal tak mendengar lagi suara menenangkan malaikatnya.

Anastasha yang mendengar suara tangis anaknya menoleh ke belakang, ia melihat Darryl menenangkan bayi kecil mereka. Anastasha berniat mendekati, tapi pengumuman kembali terdengar.

Darryl juga menatap ke arah Anastasha, matanya berkaca-kaca saat wanita itu dilema. Antara ingin menghampiri atau masuk ke dalam pesawat. Ia berusaha tegar, tersenyum dan mengangguk pada istrinya, meyakinkan bahwa ia akan baik-baik saja bersama anak mereka.

Jatuh sudah air mata Anastasha, dihapusnya liquid bening itu dan berlari memasuki  pesawat. Ia tidak kuat, sungguh.

Sedang tangis Daneal tambah keras, ikatan batin anak dan ibu sangat kuat. Seakan tahu jika sedang ditinggal, bayi kecil itu terus bergumam.

“Sst, sayang tenang, ya.”

“Mama cuma sebentar, Nak.”

Darryl menggendong anaknya ke sana kemari berusaha menenangkan anaknya, padahal ia sendiri mati-matian menahan genangan air mata yang sebentar lagi akan tumpah.

Dan itu semua tidak luput dari perhatian Anastasha dari balik jendela pesawat.

~~~

Rabu, 14 Oktober 2020

Jangan lupa komen dan vote nya ges🤍

Selamat membaca dan semoga terhibur 🖤

WHERE'D YOU GO, Anastasha?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang