38. Addampengika'

14K 1.3K 839
                                    

Darryl melangkah tertatih menuju pintu, memutar kenop berharap istri dan anaknya ada di dalam rumah. Dan hadapannya terkabul, di sana duduk Anastasha dengan Daneal yang tertidur di pangkuannya. Di temani Mike dan Melissa.

Sebenarnya, Anastasha sudah sangat ingin pergi saja. Tapi Mike dan Melissa menahannya, setidaknya hanya untuk mendengar kata maaf dari Darryl. Sedangkan Anastasha merasa belum siap untuk bertemu Darryl, suami yang sangat dicintainya. Tapi dengan teganya bermain api di belakang.

“Tasya ....” Darryl berjalan perlahan mendekati Anastasha, tapi langkahnya terhenti saat Anastasha menghentikannya dengan isyarat tangan.

“Berhenti!” Anastasha memalingkan wajah.

Hati Darryl mencelos, apalagi pandangan Anastasha tidak mengarah padanya. Ia tetap melanjutkan langkahnya untuk mendekati istrinya.

“Berhenti!!”

Darryl tidak menghiraukan, ia tetap melangkah.

“TASYA BILANG BERHENTI, DARRYL!!”

Semua tersentak, saat teriakan Anastasha menggema di ruangan. Daneal sampai terbangun dan menangis, Anastasha kemudian menenangkan Daneal. Dan menepis tangan Darryl saat akan menyentuh anaknya, ia langsung menepis tangan suaminya itu.

“Sa, tolong bawa Daneal ke kamar.” Anastasha berdiri dan meminta Melissa untuk menggendong Daneal.

Setelah Melissa pergi, Mike mendekati Darryl yang matanya sudah berkaca-kaca.

“Ryl, selesaiin masalah kalian. Pilih jalan yang terbaik, ingat di sini bukan cuma kalian yang terlibat. Ada Daneal juga, anak kalian, bayi kecil yang gak tau apa-apa itu juga berhak tumbuh dengan orang tua yang masih lengkap.” Mike menepuk pundak sahabatnya itu, lalu menyusul Melissa.

Setelah kepergian Mike, tinggal Anastasha dan Darryl di ruang itu. Suasana menjadi sunyi, tak ada yang mulai bersuara. Hingga Darryl mendekati Anastasha dan mencoba merengkuh wanita yang masih menjadi istrinya itu.

Anastasha memberontak sekuat-kuatnya saat Darryl mencoba memeluknya lebih erat.

“Lepas Darryl! Lepas!!” Anastasha menangis, merasa hatinya dadanya sangat sesak mengingat lagi fakta yang baru ia ketahui.

“Tasya, maaf. Maafin Darryl, tolong ....” Darryl sampai menangis meminta maaf pada istrinya, ia terus menggumamkan kata maaf.

Anastasha mendorong kuat tubuh Darryl hingga pelukan pria itu terlepas darinya. “Darryl minta maaf ke siapa, hah?!”

“Minta maaf ke siapa, Darryl?” ujar Anastasha berkaca-kaca.

“Okeh, Anastasha paham. Darryl minta maaf, merasa bersalah karena semua kebongkar. Pertanyaan Tasya gini, pas Darryl ngelakuin dosa itu, Darryl ada gak rasa bersalahnya!!”

“Tasya tanya, ada gak mikir perasaan Tasya gimana kalo tau suaminya nyentuh cewek lain!!”

“ADA, NGGAK?!”

“JANGAN NGERASA BERSALAH KARENA SEMUA UDAH GAK BISA DITUTUPI LAGI!!”

Darryl menggelengkan kepalanya, air matanya sudah mengalir deras. Bibirnya tak henti terus mengucapkan kata maaf, dan beribu-ribu kata maaf ia ucapkan untuk Tuhan karena sudah membuat wanita yang sangat ia cintai menitikkan air mata. Bahkan ia hancurkan hatinya.

“Tolong percaya, Darryl sangat sayang sama Tasya ....” Darryl mengungkapkan ungkapan hatinya yang paling dalam, ia memang sangat mencintai wanita di depannya ini. Bahkan hanya Anastasha yang mengisi hatinya.

Anastasha tertawa sejenak walaupun air matanya terus saja mengalir.

“Sayang? Darryl bilang sayang?!”

“SAYANG DARI MANA KALAU DIAM-DIAM PUNYA ANAK DARI ORANG LAIN?!”

Darryl menatap istrinya penuh penyesalan, penyesalan yang teramat dalam, sampai ia pun tidak bisa menemukan ujungnya. Ia sadar kesalahannya sudah sangat fatal.

Dari lubuk hati Anastasha, jauh di dalam sana, Anastasha juga masih sangat mencintai Darryl. Ia menatap tepat manik Darryl dengan penuh kesakitan, dadanya benar-benar terasa sesak.

“Darryl ... Ya Allah. Kenapa tega sama Tasya ....”

“Salah apa Tasya sama Darryl?” Anastasha menepuk-nepuk dadanya, “Tasya gak sekuat itu, di sini sakit. Tasya gak sekuat itu, Darryl ... hiks.”

Anastasha menepuk-nepuk dadanya yang semakin sesak, apalagi tidak ada bantahan dari suaminya itu. Semakin membuatnya yakin jika wanita tadi benar-benar hamil anak dari Darryl.

“Maaf ....”

Anastasha mengambil gelas kaca yang ada di atas meja, dan membantingnya keras-keras sampai keping pecahannya berserakan.

“Susun lagi!”

“Susun lagi kalo bisa! Kembaliin gelas itu kayak awal!! Kalau bisa, Tasya kasih nyawa Tasya!!”

Darryl menunduk melihat pecahan beling itu, ia tertampar oleh kata-kata Anastasha.

“Apa gak ada lagi maaf buat Darryl ....” lirihnya.

Anastasha menggeleng, “Susah! Susah untuk nyusun pecahan gelas itu kayak awal lagi! Susah buat hati Tasya untuk percaya lagi.”

“Hati Tasya serapuh itu, Darryl ... . Kenapa dihancurin?”

“Kalo Tasya ada salah, bilangnya sama Tasya. Jangan lari ke wanita lain. Selingkuh bukan jalannya Darryl, kalo emang gak ada, Darryl boleh ngajuin cerai ....” Anastasha menghapus air mata yang dengan kurang ajar terus mengalir di pipinya.

Darryl menggeleng, “Jangan nangis ....”

Tubuhnya meluruh di hadapan Anastasha, bersujud dan memeluk kaki istrinya itu.

“Demi Tuhan, Tasya ....”

“Potong tangan dan kaki Darryl, kalau Darryl ada niatan buat selingkuh ....” Tubuh Darryl bergetar hebat, ia menangis sejadi-jadinya di depan kaki istrinya. Mendengar kata cerai keluar dari bibir Anastasha, tubuh Darryl seakan tidak ada tenaga lagi.

“Sedetik aja, gak pernah ada bayangan terlintas di pikiran Darryl buat selingkuhin Tasya.”

“Demi Tuhan, Darryl gak pernah berpikiran untuk cerai, jangan bilang gitu. Tolong jangan bikin Darryl takut ....”

Anastasha menggeleng tak percaya, “Gak ada niatan apa kalo jelas-jelas wanita itu datang dan mengaku hamil anak Darryl?!”

“Itu kecelakaan, Darryl dijebak.”

“Yang namanya jebakan gak akan pernah berhasil kalau yang dijebak itu gak gegabah. Jebakan cuma makan orang-orang yang gak mau mikir.” Anastasha melepaskan tangan Darryl dari kakinya tapi tidak bisa, “jangan membela diri.”

Satu perkataan dari Anastasha lagi-lagi membuat Darryl semakin terpukul, ia masih sangat ingin mempertahankan pernikahannya yang bahkan belum ia rajut seindah mungkin. Masih belum banyak cerita yang ia buat, dan Darryl tidak akan pernah mau untuk pisah dari Anastasha.

“Kalau memang udah gak ada lagi maaf untuk Darryl, tolong pikirin juga Daneal. Ada bayi kecil itu di tengah-tengah kita, kasian kalau harus tumbuh tanpa orang tua yang lengkap.”

“Lebih kasian mana, kalau harus tumbuh dengan orang tua yang ternyata diam-diam di luar sana punya anak yang lain?!”

“LEBIH KASIAN MANA KALAU MISAL DANEAL BESAR DAN NYONTOH PERILAKU PAPANYA DENGAN ALASAN DIJEBAK DAN KECELAKAAN?!”

Darryl menyerah, ia memang pantas untuk ini semua. Tapi Darryl juga tidak ingin pernikahannya selesai, ia masih dengan egoisnya menginginkan dirinya dan Anastasha bersatu.

“Darryl sangat minta maaf ....”

“Tapi Darryl masih sangat butuh Anastasha dan juga anak kita ....”

nb : addampengika' : maafkan aku (bahasa bugis)

🌸🌸🌸

PINDAH PLATFORM, BACA LENGKAPNYA DI DREAME.

WHERE'D YOU GO, Anastasha?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang