36. Bunga atau sampah?

9.1K 765 291
                                    

Bunga putih menghiasi ruang outdoor yang akan menjadi tempat paling bersejarah di kehidupan Joshua Ray Arrayan. Resepsi pernikahannya dengan Azumi berlangsung dengan di hadiri banyak koleganya. Sahabat-sahabat SMA beberapa juga tidak lupa diundangnya.

Joshua terlihat tampan dengan tuksedo hitam yang melekat elegan di tubuh tegapnya. Begitupun Azumi yang terlihat sangat cantik dengan dress pengantin berwarna putih yang ia kenakan. Sudah seperti Romeo dan Juliet versi nyata.

“Gak nyangka gue, ternyata jodoh lo si Juminten, Jo.”

Joshua mengangguki pernyataan Mike, “Iya, bagaimanapun bentukan dia, gue harus terima lapang dada, Mike.”

“Maksud lo apa ngomong gitu? Harusnya lo bersyukur ada yang mau nerima lo apa adanya!”

“Lah, kok ngamuk?”

“Heh, Jali! Dari perkataan lo, gue ngerasa kayak jadi cewek yang paling jelek sedunia tau, gak?!”

“Itukan lo, gue gak bilang gitu.”

Reon menengahi, “Malah bacot, kalian ini ada acara sakral, bego!”

“Tau nih, untung-untung ya kalian berdua gue kasih ijin dahuluin gue. Berasa kayak berondong tua gue ke sini sendiri.” kata Marcel.

“Si Joanna mana?” tanya Joshua.

Dia sibuk banget akhir-akhir ini, ketemu aja sebulan kadang cuma dua kali.”

“Kasian banget, lo.”

“Woy, lama banget! Ini antrian di belakang masih panjang, tamu undangan bukan cuma lo pada!” Darryl yang berada di antrean sedikit berteriak, karena para sahabatnya di depan sana masih saja berbincang-bincang.

“Nah, kan. si gendorowo dateng,” Reon mengalah, ia langsung beranjak turun dari Kuade.

“Gak sabaran banget sih lo, Ryl.”

“Gak usah bacot, selamat bersenang-senang lo nanti.” Darryl memberikan hadiah ke tangan Joshua, “Itu merk terbaik, kayak sutera.”

“Si anjing!” Joshua melihat tangannya yang di penuhi pengaman karet. Sudah tidak di bungkus, pake jatuh lagi. Kan malu.

“GAK NGOTAK BANGET, LO!”

🌸🌸🌸

“Plis cobain jatah suaminya cin,
Yuk sayang sayangan anget-anget lumayan.” Joshua menggoda Azumi sambil mengelilingi perempuan itu sambil bernyanyi.

“Apa sih, lo!”

“Beb kesini jangan dinanti-nanti,
Ayo kita happy nanti niscaya dikasih.”

“Jadi pengen nikah juga,” sahut Reon melirik Sasha, “biar bisa mantap-mantap.”

Darryl tertawa melihat ekspresi wajah Marcel yang terlihat kecut, ia pun bertos ria dengan Reon.

“Jangan gitulah, si abang Marcel mukanya udah semerah tomat, tuh.” Mike sok-sokan membela Marcel, padahal niat terbesarnya adalah menistakan.

Bincang-bincang mereka lalu terhenti dengan bersamaannya seorang wanita cantik memasuki area. Yang dikenal sebagai model papan atas yang pernah dikontrak perusahaan Neal Corp sebagai ambassadornya.

Darryl menegang, tapi masih mampu menormalkan ekspresinya.

Perempuan itu memberikan kotak hadiah untuk joshua, “Congrats, Sir.  I hope happiness is always with you and your wife.”

“Thank, you.”

Perempuan itu mengangguk menanggapi terima kasih dari Joshua. Lalu pandangannya mengarah pada Darryl.

“Nice to meet you again, Sir.” Perempuan itu, Brianna. Ia terlihat sangat puas melihat wajah tegang Darryl.

Darryl mengangguk saja, “Hm.”

Baru kali ini wajah Anastasha terlihat sangat dingin, ia kenal betul perempuan itu. Perempuan yang ia lihat bersama suaminya di foto-foto misterius yang pernah dikirim orang tak dikenal padanya. Sebelumnya Anastasha juga sering melihatnya di majalah-majalah.

Saat Brianna akan mendekati Darryl, Anastasha langsung menghadang perempuan itu. Dengan anggunnya Anastasha melangkah berjalan maju mendekati Brianna dan mengajaknya bersalaman.

“Hy, Miss. I’m Anastasha.”

Brianna menghentikan langkahnya, “Hy, nice to know you. I’m Brianna.”

“With whom are you here? Anastasha bertanya sambil sengaja mengedarkan pandangannya.
(Dengan siapa anda ke sini?)

“I’m here myself.”
(Saya sendiri.)

“Where is your boyfriend?  or are you still alone?” sindir Anastasha terang-terangan.
(Di mana pacar anda? Atau anda masih sendiri?)

Merasa percakapan istrinya dengan mantan ambassador-nya mulai memanas, Darryl menggenggam dan menarik tangan istrinya perlahan untuk menghentikan perdebatan.

Anastasha menghempas tangannya hingga genggaman Darryl terlepas. Perkataan Brianna sedikit membuat ubun-ubunnya sedikit panas.

“I want him, he is my future husband.” Mengejutkan, Brianna menunjuk Darryl.
(Saya menginginkannya, dia adalah calon suamiku.)

Anastasha tertawa mengejek, sepertinya wanita di depannya mulai mengajaknya bermain-main.

“He? Is he your future husband?” Anastasha tersenyum evil, “remember dear, butterfly are not like flies.  He knows that flowers are more attractive than trash.”
(Ingat sayang, kupu-kupu tidak seperti lalat. Dia tahu bahwa bunga lebih menarik daripada sampah.)

Kamera mulai menyorot perdebatan panas itu, sebuah tayangan panas untuk diunggah pasti akan menarik. Walaupun Joshua tidak mengundang wartawan agar pernikahannya tidak terlalu di ekspos, tapi ia tidak bisa mengelak jika hadirin juga memiliki ponsel.

Marah karena perkataan pedas Anastasha yang menyudutkannya, ia bersiap menampar pipi Anastasha, tapi istri dari konglomerat itu mampu menangkis dengan keren.

“Why be angry if it’s true?  Have you ever seen the trash crowded with butterflies?
(Kenapa harus marah jika kenyataan? Apa anda pernah melihat sampah dikerumuni kupu-kupu?)

Tak terima diinjak-injak, Brianna melepaskan tangannya. “But the butterfly once slept with this trash.”
(Tapi kupu-kupu itu pernah tidur dengan sampah ini.)

“What do you mean?” Nafas Anastasha naik turun.

Sedangkan Darryl sudah menegang dan berkeringat dingin, Joshua juga mengusap wajahnya kasar, ia merasa acaranya akan heboh. Semua merasa was-was.

Brianna menunjuk Darryl dan menatap Anastasha tajam, “Your husband has slept with me! Now, i’m pregnant cause of him!”
(Suamimu pernah tidur denganku! Sekarang, aku hamil karenanya!)

🌸🌸🌸

PINDAH PLATFORM, BACA LENGKAPNYA DI DREAME.

WHERE'D YOU GO, Anastasha?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang