22. So hot!

8.4K 811 87
                                    

Darryl menghela nafasnya, California terasa sangat dingin siang ini. Setelah kepergian Joshua, malah tambah dingin. Mungkin karena ia sendiri, jadi dinginnya makin terasa.

Suara decitan kursi mengalihkan pandangannya yang awalnya mengarah ke luar. Seorang wanita cantik berparas Eropa berdiri di depannya, wanita itu tersenyum.

“May I sit here, Sir?”

Darryl mengangguk memperbolehkan, “Of course.”

“Everything is full, just this chair is empty.”
(Sudah penuh, hanya kursi ini yang kosong.)

Darryl mengedarkan pandangannya, benar saja, semua masih penuh seperti awal ia masuk. Ia lalu menatap wanita di depannya, sedikit tersenyum. Dia tahu perempuan ini, wanita itu adalah model dari motor sport yang juga akan perusahaannya luncurkan minggu depan.

“Introduce, my name is Brianna.”

“I’m Darryl.” ujar Darryl.

“I know. Nice to meet you, Sir.”

Selagi wanita itu menunggu pesanan, ia mengajak Darryl untuk bercengkrama.

🌸🌸🌸

Darryl sekarang berada di sebuah restoran bintang lima miliknya sendiri, malam ini ia akan menghadiri dinner bersama George, bos dari perusahaan yang menggeluti bidang Fashion. Yap, Darryl kembali ingin melebarkan sayap bisnisnya. Termasuk dunia fashion.

“I am truly amazed at you, still young but has led the company whose branches are everywhere.”
(Saya benar-benar kagum pada Anda, masih muda tetapi telah memimpin perusahaan yang cabangnya ada di mana-mana.)

“Thank you, Sir. I am also amazed by the way you lead the Maria group.”
(Terima kasih, Pak. Saya juga takjub dengan cara anda memimpin grup Maria.)

Hidangan sudah tersedia, Darryl dan juga CEO dari Maria group menyantap masing-masing yang dihidangkan.

“Hopefully our cooperation can continue.” ujar Darryl setelah dinner selesai.
(Semoga kerja sama ini terus berlanjut.)

George melengkungkan sudut bibirnya dan berkata, “I also hope so, happy to work with you, Sir.”
(Saya juga berharap demikian, senang bekerja sama dengan anda, Pak.)

Kedua pendiri perusahaan itu saling berjabat tangan, sikap formal sebagai tanda kerja sama untuk perusahaan masing-masing resmi berjalan.

🌸🌸🌸

Paginya, Darryl kembali ke kantor utamanya. Besok, ia akan terbang lagi ke Indonesia. Karena lusa, Anastasha yang kembali menuju Korea.

Ia memasuki ruangannya, Darryl membuang nafasnya kasar setelah melihat tumpukan yang sudah menggunung lagi. Sedangkan targetnya, berkas-berkas itu selesai ia periksa dan tanda tangani sore nanti. Darryl duduk di kursi kebesarannya, pulpen kini mengayun di tangan kanan pria itu.

Tak jarang ia menghela nafas panjang, rasanya berkas di hadapannya bukannya berkurang tapi semakin bertambah. Heran saja, rasanya dari tadi ia sudah menyelesaikan berkas itu lembar per lembar, tapi tak menyusut sedikit pun.

Empat jam berlalu, ia hanya duduk saja. Sambil ditemani istri dan anaknya sebenarnya, karena tadi Darryl menelepon video call mereka. Ia melirik jam, sudah waktunya makan siang, Darryl berdiri dan merilekskan otot-ototnya. Rasanya, tulang-tulangnya ingin patah saja.

“Cih, lemah!” ujar seorang pria yang sedang bersandar di ambang pintu, jangan lupakan wajah tidak tahu adatnya.

Darryl melotot, atas dasar apa manusia jadi-jadian itu mengatainya.

“Apa lo?”

“Cuma duduk aja udah ngeluh. Kalo gak lemah, terus apa? Tak berdaya?” sindir Joshua.

“Sialan! Berani sama atasan ya, lo!”

“Lha, atasan mah murah bos! Di tanah Abang banyak!”

Darryl menarik satu sudut bibirnya, tersenyum remeh. Namun detik selanjutnya, matanya kembali membola. Ia baru sadar jika Joshua basah kuyup, dan sekarang sudah berdiri di dalam ruangannya.

“Anjim, ruangan gue basah, bangke!”

Joshua kembali menimpali, “Baru juga basah, belum banjir.” Ia berkata dengan nada santai, belum ngeh jika sisi singa dari Darryl sudah mulai keluar.

Darryl mendekati Joshua, berusaha menormalkan ekspresinya mati-matian. Ia menepuk pundak sahabat sekaligus anak buahnya itu.

“Kok bisa basah kuyup?” tanya si bos.

“Iya nih, tadi di tengah-tengah jalan hujan.”

“Kenapa gak minggir aja, hujannya kan cuma di tengah-tengah.”

Mata Joshua berkedut-kedut mendengar saran dari bosnya. Benar juga sih, tapi salah juga. Darryl menepuk bahunya, lalu pergi meninggalkannya dengan senyuman. Mungkin  berniat ke kantin untuk makan siang.

Joshua sudah kelewat bahagia, ia mengira Darryl akan menghajarnya tadi. Ternyata tidak, sahabatnya itu malah berlalu dengan menghadiahinya sebuah senyuman. Bos idaman memang, batin Joshua.

Tak lama ponselnya berdenting, ia pun mengeluarkan ponselnya yang sudah terbungkus plastik. Agar tak rusak terkena hujan.

Bersihin ruangan gue dari genangan kebodohan lo itu! Dan satu lagi, dua bulan ini lo gak perlu periksa rekening. Gak akan nambah!

Joshua memegang dadanya dramatis, hantaman keras sangat terasa. Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Sudah disuruh ngepel dipotong gaji pula. Kehidupan yang terlalu sadis, untuk dirinya yang baik hati.

🌸🌸🌸

Di dalam lift Darryl tersenyum puas. “Rasain lo!” ujarnya sambil tertawa iblis.

Lift terbuka, saat keluar tak sengaja ia menabrak seseorang yang sedang melintas di depan lift pribadinya. Ia oleng, sehingga jatuh menimpa wanita yang ditabraknya. Sejenak Darryl tak bergerak dari posisinya, setelah sadar ia menjadi pusat perhatian, Darryl langsung berdiri dan merapikan pakaiannya. Tak lupa membantu wanita tadi.

“I’m Sorry! You okay?” tanya Darryl.

“I’m fine. I also apologize, walk without looking around.”
(Tak apa-apa. Saya juga minta maaf, menyebrang tanpa melihat sekitar.)

Darryl melanjutkan langkahnya, sedangkan wanita itu masih setia memandangi Darryl hingga pria itu menghilang di balik dinding.

“So hot!”

Senyum culasnya terbit.

WHERE'D YOU GO, Anastasha?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang