Part 14

42 12 6
                                    

Seorang dokter sedang sibuk mencari sebuah data di dalam perangkat komputernya. Ia juga mengetikkan jari jemarinya ke keyboard dengan tatapan yang masih menatap ke arah layar komputer tersebut. Padahal, seorang pasien duduk dengan tidak tenang dihadapannya sambil menunggu hasil pemeriksaan medis.

"Dikarenakan kecelakaan beberapa tahun yang lalu, kau mengalami cedera yang serius di bagian tangan kanan. Sebelumnya juga kau pernah ingin membuat tangan mu itu patah, apakah itu benar Wonwoo?" Dokter itu menatap Wonwoo sambil melipatkan tangan di meja seraya menunggu jawaban dari pasiennya.

"Dan kau juga sempat hilang ingatan dikarenakan benturan keras waktu itu," dokter tersebut kembali fokus kearah layar komputernya dan menekankan beberapa tombol dari keyboardnya.

Wonwoo memutar bola mata malas dan berdecak pelan setelah mendengar argumen dari seorang dokter tersebut.

Wonwoo memutar bola mata malas dan berdecak pelan setelah mendengar argumen dari seorang dokter tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayolah Jeonghan, ini bukan masalah yang serius. Aku kesini hanya suruhan dari Tuan Park tentang luka kecil itu, kau jangan membesar-besarkan nya,"

Dokter Jeonghan mengerutkan keningnya dan kemudian menjentikkan jarinya di dahi Wonwoo.

"Jika terjadi apa-apa kepada kau, seluruh fansmu mungkin bakal menyalahkan ku nanti. Karena kau itu adalah malaikat bagi mereka,"

Setelah melakukan itu, Jeonghan kembali duduk dan ia juga seperti mengambil sesuatu di dalam laci mejanya.

"Oh iya Wonwoo, tentang masalah—" disaat Jeonghan sedang menyingkirkan beberapa barang yang tidak berguna dan menaruh sebuah dokumen ke atas meja itu dihentikan oleh Wonwoo melalui gerakan tatapan bola matanya yang membesar. Mereka berdua juga berbicara melalui isyarat mata.

"Tuan Park, bisakah kau membelikan kami 2 gelas kopi, sepertinya Jeonghan sedang tidak fokus," ucap Wonwoo yang mendapatkan anggukan pelan dari Tuan Park.

Kali ini, Wonwoo yang menjitak kepala Jeonghan yang membuat rambut dari dokter itu terlihat sedikit berantakan. Karena mereka adalah sahabat semasa sekolah, jadi mereka sering melakukan guyonan seperti tadi.

"Jangan mengungkit hal ini saat didepan Tuan Park," Wonwoo kembali duduk tenang sambil merapikan kerah bajunya.

"Wonwoo, apakah kau yakin dengan hal ini? Kau tidak merasa ini sangat berlebihan. Kau dengan berani menyuruhku bahkan mengancam ku untuk mendaftarkan dirimu untuk menjadi pendonor organ. Tolong Wonwoo, pikiran lagi tentang hal ini," Jeonghan menahan berkas yang akan dibuka oleh Wonwoo di depannya.

Wonwoo menggelengkan kepalanya dengan tatapan yang sangat yakin dengan keputusan yang ia ambil.

"Aku pernah membatalkan perjanjian ku untuk mendonorkan organ waktu itu, hingga seseorang tiada dikarenakan keegoisan ku. Rasanya sangat kurang, jika hanya melakukan ini sebagai permohonan maaf," Wonwoo membaca dengan teliti isi dokumen penting tersebut.

"Hyungwon?" Ucap Wonwoo menatap kebingungan ke arah Jeonghan setelah mengetahui identitas orang yang akan menerima donoran nya.

"Iya, dia anak kecil yang masih berusia sekitar 5 tahun, mengindap berbagai penyakit di dalam tubuhnya. Aku begitu merasa kasihan kepada anak muda itu," Jeonghan masih sibuk dengan mainan kursinya itu tidak memerhatikan Wonwoo yang merasa sangat kebingungan.

Segera Wonwoo keluar dengan membawa berkas itu secara hati-hati dari ruangan Jeonghan.

"Hey, mau kemana kau?! Biarkan aku mendapatkan kopi secara gratis!" Teriak Jeonghan dari ruang kerjanya yang tidak memungkinkan Wonwoo bisa mendengarnya.

######





Tuan Park yang sudah menganggap Wonwoo itu adalah putra nya sendiri, ia terus saja menuntun tiap-tiap langkah kaki Wonwoo  agar bisa menuju ke kamar tidur. Padahal Wonwoo tidak mengalami sakit apa-apa, namun kekhawatiran Tuan Park sangat besar.

"Kau lebih baik beristirahat di ranjang mu. Kesehatan mu saat ini tidak baik. Aku akan kembali dengan semangkuk bubur," Tuan Park pergi meninggalkan Wonwoo tanpa menunggu ocehan yang akan membuatnya menghentikan langkahnya.

Wonwoo hanya berbaring sembari memikirkan kembali anak lelaki yang bernama 'Hyungwon'. Tampaknya begitu familiar nama itu, namun ia tidak begitu ingat dengan jelas.

"Apakah hanya perasaan ku saja, aku pernah menemui seorang anak kecil yang bernama Hyungwon?" Monolog Wonwoo di dalam ruangan yang sepi dan hanya ada hiasan dinding, dan beberapa rak buku yang terlihat usang.

Disaat Wonwoo sibuk dengan ingatannya, tiba-tiba saja sebuah telfon menganggu suasana Wonwoo saat ini.

"Wonwoo, kau masih ingat aku?" Ucap dari penelpon itu yang langsung bisa diketahui oleh Wonwoo.

"Ada apa Joshua?" Wonwoo menjawab malas.

"Kau tau, kasus kematian ibumu itu kembali di buka. Seorang lelaki tua tiba-tiba saja mengakui, jika dia melihat orang yang membunuh ibumu waktu malam itu—"

"—dia juga mengatakan jika paman mu itu tidak bersalah,"

Wonwoo yang mendengar hal itu sangat terkejut. Bagaimana bisa kasus kematian ibu nya telah lama ditutup beberapa tahun lalu dan penjahat nya pun telah ditangkap, walaupun kenyataannya itu tidak benar, bisa di buka lagi. Padahal kasus tersebut begitu sensitif, tidak memungkinkan jika kasus itu di Kupas kembali.

"Aku segera kesana," Wonwoo mengakhiri telfon itu dan segera menghampiri Tuan Park yang masih sibuk di dapur.

[✓] Together Forever || Jeon Wonwoo || !!ENDING!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang