Secara perlahan, Wonwoo mulai membuka kedua matanya. Ia mengerjapkan matanya, masih terasa berat dan mencoba menyesuaikan cahaya lampu dari penjuru sudut ruangan kosong yang masuk langsung kedua matanya.
Mulutnya terasa seperti tertahan oleh sesuatu yang menghambat dirinya untuk membuka mulutnya, bibirnya terlihat sangat kering dan mulai pecah-pecah. Ia tampak sangat kehausan. Kembali memerhatikan sekelilingnya, kini ia tengah terbaring didalam sebuah ruangan berukuran kecil berwarna putih polos tanpa adanya satupun jendela bahkan pintu untuk keluar dari ruangan itu.
"Apakah aku sudah di alam yang berbeda," benaknya dalam hati dan kali ini ia mencoba untuk bangkit dari ranjang. Namun, ia tidak memiliki tenaga yang kuat untuk mengangkat tubuhnya sendiri. Bahkan untuk menolehkan kepalanya saja, ia tampak kesulitan. Saat ini, ia hanya bisa mengandalkan dari kedua matanya yang berkeliling mencari seseorang untuk membantu dirinya bangun.
Namun, didalam ruangan tersebut terdengar begitu jelas suara dentingan gunting ataupun alat-alat yang terbuat dari besi yang saling berhantam. Ditambah lagi suara patient monitor kini memenuhi ruangan dan bercampur jadi satu kericuhan sesaat.
"Suster, cepat ambil tiga kantung darah yang telah disiapkan tadi. Pasien Wonwoo mengalami pendarahan yang sangat serius," ucap seseorang yang saat ini didengar oleh Wonwoo, namun ia tidak bisa melihat sosok orang tersebut.
Akan tetapi, suara yang didengar oleh Wonwoo sebelumnya kini telah berubah menjadi suara decitan yang begitu keras, bahkan terdengar sangat nyilu. Wonwoo tampak ketakutan mendengar suara tersebut dan membuatnya ingin menutup kedua telinganya. Namun, ia hanya bisa kembali menutup kedua matanya dengan sangat rapat. Setelah itu, ia merasakan jika oksigen didalam ruangan kini mulai menipis, seketika itu memunculkan rasa sesak di dadanya dan untuk menarik nafas begitu sulit baginya sekarang.
Ia meremas alas kasur tempat ia berbaring. Karena tidak ada yang bisa ia lakukan selain menggerakkan jari jemarinya dan masih dengan keadaan menutup kedua matanya begitu rapat.
"Mengapa kau ada disini? Ini bukan waktunya kau berada ditempat ku. Pergi sana. Ada beberapa hal yang belum kau selesaikan," ucap seorang lelaki yang tiba-tiba saja muncul di ujung sudut ruangan tersebut sambil menatapi Wonwoo yang terbaring gelisah.
Wonwoo membuka kembali secara perlahan matanya seraya memandangi wajah yang sangat familiar baginya. Termasuk juga senyuman di wajah lelaki itu sering ia jumpai beberapa tahun yang lalu. Tersenyum menunjukkan lesung pipinya dan terdapat gigi ginsul yang sedikit terlihat. Mata yang lebih cerah dari biasanya, bahkan tergambar jelas bahwa ia bahagia. Tubuhnya yang menjulang tinggi, kini duduk diujung kasur dekat dengan kaki Wonwoo yang tidak bisa bergerak.
"Wonwoo bangun, tolonglah kau harus bangun," lagi-lagi Wonwoo mendengarkan seorang berbicara mungkin saja kepadanya, namun hingga kini ia masih tidak bisa melihat orang tersebut. Terkecuali lelaki tadi yang tidak lain adalah Mingyu yang duduk di ranjangnya.
Seketika semilir angin mulai terasa dingin didalam ruangan hampa. Angin tersebut berhembus sepoi-sepoi entah dari mana mereka masuk dan meniup kedua mata Wonwoo yang membuatnya memejamkan matanya beberapa kali.
Setelah itu, Kini ia mulai bisa mendengar dengan jelas suara-suara yang terus saja memanggil namanya.
Wonwoo sekarang bisa merasakan seluruh tubuhnya bisa digerakkan lagi. Namun, ia masih tidak memiliki tenaga yang cukup setelah menjalani sebuah operasi yang memakan waktu yang cukup lama. Bahkan untuk pertama kalinya, ia tersadarkan dari tidur akibat obat bius yang masih berada dalam tubuhnya selama 3 hari.
Ia hanya merasa tubuhnya sangat lelah, padahal sedari tadi ia hanya berbaring di ranjang rumah sakit. Juga alat-alat yang terpasang di tubuhnya baru saja dilepas. Dengan sangat hati-hati, Wonwoo membuka kedua matanya sedikit demi sedikit.
Melihat ke arah langit-langit dan ruangan yang ia tempati saat ini, begitu berbeda dengan ruangan sebelumnya ia berada. Kini ia bisa melihat wajah kekasihnya dan juga sahabatnya yang berada disisi sampingnya.
"Wonwoo, kau dengar aku?" tanya Woozi untuk menyakinkan bahwa Wonwoo telah sadar, setelah mendapatkan bius seluruh tubuhnya saat operasi berlangsung.
Mulutnya yang masih kaku, membuatnya tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut. Ia hanya memberikan sebuah isyarat seperti kedipan mata nya. Dengan cepat, Woozi memanggil dokter Jeonghan untuk memeriksa keadaan Wonwoo setelah terbangun dari tidur lamanya.
#####
Setelah semua pemeriksaan telah di lalui. Kini keadaan Wonwoo telah kembali normal. Walaupun, wajahnya masih terlihat pucat dan terus menatap ke arah kekasihnya yang selalu berada di sampingnya.
"Maafkan aku, kemarin aku begitu ketakutan akan kehilangan mu. Makanya aku ti-"
Soo Youn menghentikan ucapannya, disaat Wonwoo meraih tangannya untuk di genggam memberikan kehangatan dengan mengelus lembut punggung tangan perempuannya.
"Kau pasti sangat lelah karena harus merawatku disini," ucap Wonwoo sembari mengecup punggung tangan kekasihnya tersebut.
Mata yang begitu indah dan selalu berseri setiap saat, kini menjadi mata yang sayu. Tidak ada kebahagiaan yang tersirat disana, melainkan kebahagiaan palsu lagi dan lagi yang di tunjukkannya. Senyuman di wajahnya yang selalu terangkat dengan santai, sekarang begitu sulit ia menyeimbangkan bentuk senyum di bibirnya yang masih pucat pasi menahan rasa sakit di beberapa area tubuhnya yang mulai ia rasakan.
"Tadi, aku bertemu dengan Mingyu dalam tidurku," ucap Wonwoo yang begitu sulit untuk berbicara saat ini.
"Lalu?" tanya Soo Youn yang ingin sekali berbicara banyak kepada Wonwoo juga untuk menghilangkan kesedihan mendalamnya.
Dikarenakan ia masih sulit untuk berbicara, Wonwoo kembali tersenyum tipis dan mengelus puncak kepala milik Soo Youn.
"Aku ingin tidur sebentar," ucapnya dan kemudian ia memperbaiki posisi berbaring di ranjang yang masih sama dengan bantuan Soo Youn.
Lalu, Wonwoo memejamkan kedua matanya untuk mencoba kembali tertidur. Wajahnya begitu tenang. Hingga Soo Youn selalu menatap kekasihnya tersebut. Memerhatikan secara detail wajah dari kekasihnya.
"Wonu, Wonwoo.." panggilnya yang membuat orang yang di panggil membuka matanya lagi.
"Aku ingin tidur, Soo Youn. Aku tidak akan pergi jauh. Jadi tenanglah," ucap Wonwoo yang terlalu sulit untuk menahan rasa kantuknya.
Wonwoo mencoba kembali untuk tertidur dengan senyum masih terlihat di sudut bibirnya. Namun, secara perlahan, senyum itu semakin menghilang bersamaan kesadaran Wonwoo.
Tidak berapa lama Woozi bersama sahabatnya datang dengan tergesa-gesa dan di tangan mereka membawa buah-buahan yang baru mereka beli. Soo Youn mendekati mereka dengan jari telunjuknya di letakkan di bibir.
"Wonwoo ingin tidur. Sepertinya.. ia, di tunggu Mingyu untuk bercerita lebih lama lagi," jelas singkat Soo Youn dan membuat dua sahabatnya segera memeluknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Together Forever || Jeon Wonwoo || !!ENDING!!
Fanfiction[ENDING] Together Forever adalah cerita sequel dari "The Last 7 Day's". Cerita ini mengkisahkan kelanjutan dari cerita kehidupan Jeon Wonwoo dan Song Soo Youn. Sedikit demi sedikit, beberapa rahasia yang sempat di sembunyikan itu akhirnya terbongka...