Part 23

24 11 4
                                    

.
.
.

Sebuah mobil merah melaju di jalan raya yang terlihat sangat sepi. Padahal, saat ini jam masih menunjukkan pukul 10 malam. Namun, langit telah tertutupi dengan kegelapan dan juga awan mendung.

Seorang gadis menyetir mobilnya dengan keadaan mabuk berat. Satu tangannya memegang setir mobil, dan satunya lagi memegang kepalanya yang terasa sangat pusing. Ia memperdalam injakan kakinya di pedal gas, dan mobil itu dengan perlahan melaju dengan kecepatan hampir diatas rata-rata. Hingga tiba-tiba saja seseorang perempuan muncul di sisi kirinya, dan membuat gadis itu membanting setir mobilnya dengan cepat.

Ia begitu kaget dengan kemunculan orang tersebut. Namun, orang itu telah terbaring lemah di tengah jalan. Dan sedikit demi sedikit, darah mengalir keluar dari kepala orang itu.

"Aku harus apa?" ucap gadis itu atau Aeri yang terlihat sangat kebingungan dan akhirnya ia keluar dari mobil dengan langkah sempoyongan.

Kemudian dengan perlahan, ia mendekati orang tersebut yang terlihat seperti seorang perempuan yang sudah tergeletak di jalan raya.

Perempuan itu mengangkat tangan kanannya untuk meminta pertolongan kepada Aeri yang telah menabraknya.

"Oh, kau lagi. Mengapa kau berbaring di jalan raya? Bukannya dikamar ayahku lebih empuk kasurnya," ucap Aeri menunduk untuk melihat lebih jelas wajah dari perempuan itu.

"Apakah kau yang ku tabrak tadi? Ahh, syukurlah kalau begitu,"

Disaat Aeri ingin kembali masuk kedalam mobil dan meninggalkan tempat kejadian tersebut. Tiba-tiba saja ia menghentikan langkahnya tepat didepan pintu mobilnya. Dan kemudian ia kembali menghampiri perempuan itu lagi. Ia mencoba membalikkan badan orang tersebut dengan menggunakan kakinya.

Seketika saja Aeri berteriak dengan sangat kencang, bahkan ia juga menarik-narik rambutnya.

"Kau memang lantas mati!! Dasar wanita sialan! Lebih baik kau mati! Dasar sialan!! Sialan!! Sialan!!" teriaknya seraya memukulkan tas tangan dari perempuan itu ke arah kepalanya. Dan juga, Aeri menendang beberapa kali tubuh perempuan tersebut.

Lalu, ia terduduk di sebelah perempuan yang telah mengeluarkan banyak darah. Ia menangis tersedu-sedu, sesekali ia meminta maaf.

"Karena kau, keluarga ku yang baik-baik saja tidak bahagia! Lebih baik kau mati!!" ucapnya.

Tangan yang telah berlumuran darah dari perempuan itu ingin meraih wajah Aeri untuk menepis air mata yang terus mengalir, namun dengan cepat Aeri menepisnya dengan kasar. Mulutnya pun bergerak, seperti ingin mengatakan sesuatu. Namun, tak berapa lama ia terbaring dengan tidak sadarkan diri.

"Aku tidak bersalah untuk membunuh mu. Karena, ayahku yang telah mengajarkan ini semua," ucapnya, seraya membersihkan air mata di pipinya dan noda darah yang menempel di bajunya.

Tiba-tiba saja sepasang suami istri yang sepertinya sudah memperhatikan apa yang dilakukan oleh Aeri dari awal secara diam-diam diketahui oleh Aeri.

Hanya melambaikan tangan kearah mereka dan juga senyuman manis, seketika membuat pasturi itu tampak diwajahnya sangat ketakutan, bahkan kaki mereka terlihat bergemetar.

"Karena kalian sudah melihat semua yang aku lakukan. Kalian harus menyelesaikan pekerjaan terakhir aku, terserah kalian mau melakukan apa kepada orang brengsek ini. Yang jelas, jika kalian berani memberitahukan kepada orang lain tentang ini semua, maka kalian akan seperti wanita ini," ucap Aeri mendekati pasturi tersebut.

"K-kau ap-apakah a-akan kem-kembali dengan sebuah ambulans untuk menolong ibu ini?" Tanya seorang wanita itu.

"Akan ku usahakan. Dan satu lagi, kalian bisa mengambil seluruh perhiasannya dan bisa diperjual belikan untuk 30 tahun yang akan datang,"

Setelah pasturi itu mulai membereskan masalah yang dilakukan oleh Aeri tadi, ia segera meninggalkan tempat tersebut dengan menggunakan mobil miliknya. Dan ia merasa tidak melakukan kesalahan apa-apa.

.
.
.

#####

Tampak Aeri terduduk sambil di tangannya memainkan ponsel mini yang ia dapatkan dari kantung baju milik Ji Eun. Di wajahnya terdapat noda-noda merah yang terlihat seperti darah segar, bahkan di bajunya pun ada noda merah tersebut

"Maafkan aku. Saat itu aku masih tidak sadarkan diri dan pada akhirnya aku membunuhmu. Sebenarnya kau, tidak bersalah atas kesalahan yang ayahku perbuat. Namun... Ah sudahlah," ucapnya dan kemudian melemparkan ponsel itu ke arah sungai.

Tak berapa lama, seorang lelaki menghampirinya dan memegang pundak dari perempuan tersebut yang terus saja memandangi pemandangan sungai di sore hari.

"Aeri? Ada apa? Mengapa baju dan wajahmu itu.."

Aeri menunjukkan kalung tepat di depan wajah lelaki itu.

Aeri menunjukkan kalung tepat di depan wajah lelaki itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tuan Seungcheol, aku sudah menemukannya. Pencuri itu melukai lidahnya dan bahkan meludahkan darahnya ke wajahku, saat aku mengambil kalung ini," jelas Aeri.

"Terus, dimana pencuri itu sekarang?" Tanya Seungcheol.

"Dia didalam gudang itu, aku mengikatnya dan akan ku serahkan ke pihak polisi saat aku mendapatkan bukti, jika dialah yang mencuri kalung itu," jelas Aeri.

Seungcheol hanya memberikan senyum di sudut bibirnya, "Ayo kita pulang sekarang. Sebentar lagi waktu malam tiba," ajak Seungcheol.

"Aku harus menelepon seseorang. Kau bisa tunggu di mobilmu," ucap Aeri dan mendapatkan anggukan kecil dari Seungcheol.

Saat lelaki itu meninggalkan Aeri sendirian, segera ia menelepon seseorang dari ponselnya.

"Tuan Shin, aku butuh bantuan mu sekarang," ucapnya.

[✓] Together Forever || Jeon Wonwoo || !!ENDING!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang