Part 22

29 10 3
                                    

Dengan tongkat bisbol berada di tangannya, Aeri datang dengan wajah yang sangat memerah dan sorot matanya yang tajam. Saat ia masuk dan melihat perempuan yang ia kurung di gudang gelap itu sedang tertidur seraya di bibirnya tersungging senyuman.

"Kau tersenyum atas masalah yang terjadi hari ini?!" cetus Aeri.

Sebenarnya, ia sangat ingin sekali memukulkan tongkatnya tersebut ke arah Ji Eun. Namun, niat jahatnya itu masih ia coba untuk tahan.

"Kenapa? Memang semua masalah yang terjadi di korea ini salahku, begitu?" ujar Ji Eun, "Aku baru saja memikirkan cara untuk melakukan pelarian diri, tapi kau datang dengan berita yang mengejutkan seperti itu,"

Ji Eun yang masih memejamkan matanya, membuat emosi Aeri semakin meningkat. Disaat ia ingin melayangkan satu pukulan, perempuan yang masih terikat kedua kaki dan tangannya di kursi dengan menggunakan lakban itu langsung berteriak.

"Jika kau memukulku, maka 1 nyawa yang paling berharga untukmu itu akan hilang dalam hitungan 1 detik," ucapnya seraya menatapi wajah Aeri yang masih memerah dan kini mereka berdua beradu tatapan.

Aeri menarik kedua sudut bibirnya ke bawah dan melemparkan tongkat bisbol miliknya ke sembarang arah.

"Aku harus kembali ke mobil sebentar," ucap Aeri kembali meninggalkan Ji Eun yang terkurung di dalam gudang yang sempit dan gelap tersebut.

Namun..

"DASAR WANITA SIALAN! LEBIH BAIK KAU 'MATI'. DASAR SIALAN!! SIALAN! SIALAN!!"

Suara yang terdengar itu sangat familiar, bahkan begitu sangat mirip dengan suara yang dimiliki oleh Aeri. Entah dari mana asalnya suara itu datang.

Aeri yang mendengar seperti rekaman suara itu seketika menghentikan langkah kakinya. Tubuhnya mulai bergemetar, juga tatapan matanya menjadi tidak fokus.

"KARENA KAU, KELUARGA KU TIDAK BAHAGIA!!"

Setelah rekaman suara itu tidak terdengar lagi, Aeri masih saja mematung ditempatnya berdiri sekarang.

"Ada apa Aeri? Kau terkejut? Akupun lebih terkejut saat menemukan rekaman ini. Saat itu, kau sedang melakukan apa?" tanya Ji Eun.

Saat ini Aeri tidak bergeming, ia masih berkutat dengan pikirannya. Namun, tiba-tiba saja ia membalikkan badannya dan segera mencari keberadaan keberadaan suara itu di sekitar gudang tersebut.

"Hey, kau mencari apa?" tanya Ji Eun lagi.

Kemudian, Aeri memeriksa kantong baju milik Ji Eun dan akhirnya ia menemukan sebuah ponsel mini yang terdapat rekaman suara yang mereka dengar dan kalung yang selama ini ia cari.

"Bagaimana kau mendapatkan ini?"

"Aku tidak tau," ucap Ji Eun dengan nada mengejek dan ia malah tersenyum lebar.

Sebuah tamparan mendarat di pipinya Ji Eun dan juga Aeri menarik rambut panjang perempuan itu dengan sangat kuat

"Aku benar-benar tidak tau,"

Namun, emosi dari Aeri yang sudah melunjak membuatnya terpaksa mengeluarkan sebuah pisau yang terlihat sangat tumpul dan ia menodongkannya ke arah leher Ji Eun.

"Aku akan menggunakan ini untuk membunuh mu sekarang. Agar kau bisa menikmati rasa nikmat dari kematianmu," ucapnya.

#####

Flashback sedikit...

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi seorang gadis hingga ia terjatuh. Ia memegangi pipi kirinya yang terasa sangat panas, air matanya sejak dari tadi tidak henti-hentinya mengalir. Walaupun begitu, tatapan kebenciannya masih tergambar jelas di kedua matanya.

"Silahkan ayah melakukannya, kalau bisa bunuh aku sekarang. Cekik aku seperti ayah mencekik ibu," pekik nya.

Seorang lelaki yang berdiri tidak jauh dari gadis tersebut merasa emosinya telah melunjak, dan tanpa sadar saat ini ia sedang memegangi leher gadis itu dengan kedua tangannya yang besar.

"Bunuh aku! Tuan Kim! Tuan CEO entertainment KXK dan ayah Kim Mingyu! Bunuh aku sekarang. Aku sangat tidak ingin memiliki marga dan bahkan nama dari dirimu, Kim Aeri,"

Namun, lelaki itu melepaskan tangannya dan mulai mengelus lembut puncak dari kepala gadis itu yang sepertinya dia adalah anaknya.

"Mengapa kau tidak mensyukuri hidupmu? Seharusnya kau bersyukur masih hidup, dan hidup di bawah bayangan ayah dan kakakmu itu," ucap lelaki itu meninggalkan Aeri remaja di dalam kantor kerjanya.

"Apa maksud ayah? Aku hidup di bawah bayangan kalian? Kenyataannya aku hidup dengan berdiri sendiri dan hingga terkenal saat ini,"

"Jika kau tidak mabuk-mabukan di tempat umum dan jika aku tidak membesarkan mu dengan namaku, mungkin kau akan hidup gelandang seperti ibumu itu," ucap lelaki, "Kau tidak perlu mengingatkan diriku tentang kematian ibu kalian itu,"

"Kau memang seorang monster. Kau telah membunuh seseorang lagi dan.. kau melakukan itu demi wanita jalang yang berada di kamar itukan?" ucap Aeri yang mencoba untuk tenang, namun emosinya yang belum stabil membuatnya mengambil secara diam-diam benda tajam di sebelahnya.

"Berhentilah memanggilnya wanita jalang, dia adalah ibumu sekarang!!" Teriak ayahnya.

Namun, Aeri telah mengarahkan gunting yang ia dapat tadi ke arah lehernya.

"Ayah harus memilih sekarang! Hidupku atau wanita murahan itu?"

Saat Aeri ingin menusukkan gunting tersebut, tiba-tiba seorang lelaki berjas hitam segera merampas gunting tersebut dari tangan Aeri.

"Tuan Shin, bawa dia keluar dari ruangan ku. Dan jangan sampai ia menginjakkan kakinya ke tempatku ini lagi," perintah ayah Aeri itu dan membuat lelaki tersebut membawa Aeri keluar dari ruangan kerja itu.

"Nona, kau tidak terlukakan?" tanyanya merasa sangat khawatir.

"Mengapa kau harus menghentikan ini semua! Biarkan aku mati dihadapannya!" ucap Aeri memberontak.

"Nona Aeri, kau harus belajar untuk mensyukuri hidupmu. Aku yang baru saja melindungi mu, itu adalah perintah terakhir dari ibumu," ujar Tuan Shin, "Ibumu mengatakan, jika kau akan melakukan hal seperti ini kapan saja, disaat emosimu tidak terkendalikan,"

Mendengar hal itu, ia kembali tersentuh hatinya. Sebenarnya, ia selalu berpikir jika ibunya tidak pernah mencintainya, bahkan ia hanya mengkhawatirkan keadaan Mingyu yang mulai sakit-sakitan. Namun, mendengar ucapan dari tuan Shin, jika ibunya masih mengkhawatirkan dirinya membuatnya menitiskan air mata.

"Aku harus pergi sekarang," ucapnya dan kemudian masuk kedalam mobil merah miliknya.

Ia mengacak-ngacak rambutnya. Ia merasa sangat kesal dan marah, emosinya bercampur menjadi satu. Ia meneguk beberapa air yang bercampur alkohol di botol minuman yang tersedia dalam mobil itu.

"Mobil ini adalah uang pertama yang kudapatkan setelah membintangi drama jelek itu. Walaupun usiaku belum legal sekarang, tapi aku sudah membeli ini dan memakainya hingga sekarang," ucapnya.

.
.
.

[✓] Together Forever || Jeon Wonwoo || !!ENDING!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang