Part 36

24 10 3
                                    

Saat ini Wonwoo masih duduk terdiam di kursi taman dengan tatapan mata yang kosong. Ia kembali mengeluarkan sebuah kotak cincin dari saku celananya.

"Aku harus mengurungkan salah satu niatku ini," ucapnya.

Kemudian, tangannya bersiap-siap mengambil ancang-ancang untuk melemparkan kotak cincin yang berada digenggaman nya.

Akan tetapi, kedatangan Soo Youn yang secara tiba-tiba berdiri dibelakangnya, membuat Wonwoo dengan cepat menyembunyikan kotak tersebut dengan menaruhkan kembali ke kantung celana.

"Ada apa? Apa kau ingin melemparkan batu di tanganmu ke arah burung itu?" tanya Soo Youn.

"Ah, tidak.. tidak," jawab Wonwoo dengan terbata-bata.

Lalu, Soo Youn tanpa banyak berbasa-basi lagi, ia menarik tangan Wonwoo untuk mengajaknya ke suatu tempat. Yang dimana mereka hanya berjalan kaki, menuju ke jalan keluar dari rumah sakit.

.

.

"Untuk apa kau membeli makanan sebanyak ini?" tanya heran Wonwoo seraya memerhatikan isi dari kantung plastik yang penuh dengan makanan ringan yang dibeli Soo Youn di supermarket.

"Ini semua untuk ibu Hyungwon. Sepertinya ia belum makan seharian," ucap Soo Youn mengambil 3 kantung plastik di meja kasir. Namun, segera Wonwoo merebutnya dari tangan Soo Youn.

Walaupun hanya 3 kantung plastik, tapi terasa cukup berat dengan isinya hanya beberapa makanan ringan dan minuman secukupnya.

Kemudian mereka berjalan kembali ke arah rumah sakit tanpa ada perbincangan lagi. Di pertengahan jalan menunju ke rumah sakit, mereka berjumpa dengan Woozi dan Eunlee yang sepertinya terlihat baru kembali dari liburan dadakan.

Soo Youn melambaikan tangannya ke arah Eunlee, lalu kemudian perempuan tersebut menyadari sahabatnya segera mendekati Soo Youn dan memeluknya dengan sangat erat.

"Hey, ada apa? Kau menangis?" tanya Soo Youn melepaskan pelukan Eunlee dan menghapus air mata di pipi sahabatnya itu.

Kemudian Eunlee menunjukkan sebuah cincin sederhana melingkar di jari manisnya, cincin yang memiliki bentuk seperti anyaman namun terbuat dari emas murni di hadapan Soo Youn dan Wonwoo.

"Oohh, jadi ini maksud kalian pergi liburan," ucap Wonwoo sambil menatap Woozi yang hanya menunjukkan senyum dengan sedikit salah tingkah, karena ia tidak perlu menjawab pertanyaan itu. Eunlee sudah menunjukkan semua jawaban dari pertanyaan para sahabatnya.

"Ia melamar ku tepat di depan orang tua ku. Aku tidak menyangka jika ia melakukan hal romantis seperti itu,"

Mendengar ucapan dari Eunlee yang sangat bahagia dengan kejutan yang diberikan oleh Woozi, Wonwoo ikut tersenyum bahagia dan ia sangat berharap kebahagiaan seperti itu bisa dirasakan oleh Soo Youn dan dirinya.

"Lalu, diantara 2 pasangan ini. Siapa yang akan menikah duluan? Hoshi atau Woozi?" tanya Wonwoo sembari merangkul bahu Woozi yang tingginya berbeda tipis.

"Tidak-tidak, kami menunggu kau terlebih dahulu," ucap Woozi.

Namun, hal tersebut membuat keheningan terjadi. Wonwoo melepaskan rangkulannya, begitu pula Soo Youn yang terduduk sedu di wajahnya. Walaupun, senyuman nya masih tetap melekat di bibirnya.



#####

Hari sudah menjelang malam, matahari hampir menenggelamkan dirinya dan kini telah mengeluarkan seberkas cahaya kemerahan di ujung barat.

Suasana di dalam mobil begitu hening. Wonwoo fokus dengan menyetir, sedangkan Soo Youn memilih untuk beristirahat di kursi penumpang sambil memandangi pemandangan indah di sore hari melalui jendela mobil.

Kali ini, Wonwoo mengajak Soo Youn untuk makan malam di apartemennya. Karena terlalu melelahkan jika mereka mencari restoran yang kosong pada malam minggu.

Setelah beberapa menit, akhirnya mereka sampai di depan apartemen milik Wonwoo. Mereka segera turun, dan Wonwoo memasangkan penutup mata berwarna merah kepada Soo Youn.

"Mengapa kau menutup mataku?" tanya Soo Youn yang tampak sangat kebingungan.

"Ikuti saja. Kalau aku bilang jalan, jalan ya. Kalo ku bilang lompat, lompat," ucap Wonwoo yang berada dibelakang Soo Youn berbisik ditelinga kekasihnya untuk menuntun masuk kedalam apartemen Wonwoo yang sangat gelap dan penerangannya hanya menggunakan beberapa lilin yang menyala menunjukan ke arah dua kursi putih yang telah di siapkan oleh tuan Park.

Tepat disaat Wonwoo mulai tidak memberikan aba-aba lagi dan Soo Youn tidak melanjutkan langkahnya, segera Wonwoo melepaskan penutup mata di wajah perempuannya tersebut. Soo Youn tampak sangat terkejut dengan semua itu. Bahkan Wonwoo saat ini berlutut dengan satu kaki didepannya dan tangan kanannya menunjukkan sebuah kotak cincin yang ia bawa sejak tadi pagi.

"Wonu," panggil lirih Soo Youn sebelum Wonwoo memulai pengungkapan cintanya.

"Apa yang telah kau lakukan?" tanya Soo Youn dan hal itu membuat senyum Wonwoo secara perlahan memudar.

Dengan posisi yang sama, Wonwoo menatap kedua mata Soo Youn yang kini mulai berkaca-kaca dan tanpa adanya senyuman di wajah kekasihnya tersebut. Hal itu membuat Wonwoo merasa tak enak. Kemudian ia bangkit dan meraih kedua tangan Soo Youn untuk menggenggam tangan yang mulai bergemetar.

"Soo Youn,"

"Apa rahasia yang belum kau beritahukan kepada ku? Mengapa aku harus mengetahui ini dari orang lain? Apakah kau senang melihatku seperti ini? Menangis, menangis dan menangis," Soo Youn menepis kedua tangan Wonwoo dari tangannya. Ia terlihat sangat kesal. Padahal sebelumnya, ia tidak merasa semarah itu kepada Wonwoo.

"Kau akan meninggalkan ku sendirian seperti Mingyu meninggalkan ku. Waahh, kalian berdua memang memiliki rencana untuk mendekati ku dan membuatku jatuh cinta, kemudian meninggalkan ku. Lucu sekali takdirku ini," sambung Soo Youn.

"Tidak bukan seperti itu Soo Youn"

"Lalu, mengapa kau menjadi pendonor organ? Jika saja Jeonghan tidak menjatuhkan berkas yang berisikan tentang identitas pendonor organ untuk Hyungwon, mungkin aku tidak akan sesedih dan sekesal malam ini," Soo Youn kini menitiskan air mata untuk kesekian kalinya dan Wonwoo perlahan mengusapnya yang masih tersisa di pipi kekasihnya tersebut.

"Kau tau, aku sangat ketakutan kehilangan mu. Aku tidak ingin kejadian seperti beberapa tahun lalu. K-kau bisa membatalkan semuanya, dan anggap tidak ada yang terjadi apa-apa,"

Wonwoo meraih tubuh mungil Soo Youn ke dalam pelukannya. Soo Youn menenggelamkan wajahnya di dada bidang Wonwoo, sambil memukul-mukul dengan tangannya.

"Mengapa kau melakukan hal ini kepadaku? Mengapa?" Tangisnya yang mulai pecah didalam pelukan hangat Wonwoo.

Mereka berdua tidak melakukan perbincangan apa-apa lagi, menangis memeluk tubuh yang semakin lemas. Wonwoo mengelus pelan puncak kepala Soo Youn, dan membuatnya merasa sedikit tenang dari sebelumnya.

"Maafkan aku, Soo Youn," lirih Wonwoo semakin memperdalam pelukan tersebut.

[✓] Together Forever || Jeon Wonwoo || !!ENDING!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang