Part 26

27 11 10
                                    

Seorang perempuan datang ke sebuah cafe yang cukup terkenal di tengah kota Seoul. Ia telah memesan sebuah kopi hangat kesukaannya dan saat ini ia terlihat seperti menunggu kedatangan seseorang.

Orang-orang yang berlalu-lalang disekitar kafe tersebut, selalu memerhatikan perempuan itu. Dikarenakan pakaiannya yang terlalu nyentrik dengan topi hitam berukuran besar yang hampir menutupi seluruh wajahnya dan juga gaun merah cerah selutut.

Ia menghiraukan tatapan aneh yang tertuju kepadanya, ia masih memilih untuk membaca sebuah buku novel karya 'James Clear'.

Sebuah ponsel diletakkan di atas meja oleh seseorang lelaki yang menghampiri perempuan tersebut. Namun perempuan itu masih memilih untuk melakukan hal yang ia kerjakan tadi.

"Nona Aeri, ini adalah barang yang kau inginkan," ucap lelaki itu mendekatkan ponsel yang ia bawa tadi ke depan perempuan tersebut yang tidak lain ialah Aeri Kim.

"Terima kasih, tuan Shin," balas Aeri sambil menutup buku yang berada ditangannya, "Kau tampak masih muda saja,"

"Kau tidak perlu memujiku nona. Kaulah yang semakin hari semakin cantik, seperti ibumu,"

Aeri tersenyum malu, "Sudah lama kita tidak berjumpa tuan Shin,"

"Aku terlalu sibuk di desa untuk mengurusi keluarga kecilku disana. Dan hari ini adalah hari terakhir aku berkerja di kota ini, juga aku tidak bisa sepenuhnya membantumu lagi nona Aeri," jelasnya, "Karena dirimu sudah menjadi seorang wanita dewasa. Kau sudah lebih pintar mengambil keputusan,"

Tuan Shin melirik ke arah novel yang dibaca oleh Aeri tadi 'Atomic Habits'.

"Aku tau semua kebiasaan mu dari kecil, hingga sekarang kau telah menjadi dewasa. Ada beberapa perubahan yang terjadi didalam dirimu. Yakni kau telah memiliki pola pikir yang cukup dewasa. Kau sudah mulai berani mengambil perubahan tersebut," jelasnya lebih panjang lagi, "Andai ibumu masih hidup hingga sekarang, mungkin dia terlihat sangat bangga dengan putri nya,"

Aeri hanya tampak terdiam menunduk, "Sebenarnya aku masih tidak dewasa dan  juga aku tidak berani menghadapi dunia ini," benaknya.

Tuan Shin menyerahkan sebuah liontin yang terdapat sebuah foto ibunya dan Aeri bayi.

"Mungkin ini bisa meredakan kerinduan mu. Aku harus pergi sekarang, semoga kita berjumpa lagi di lain waktu dan bukan sebagai tuan dan nona, melainkan sebagai pak Shin dan Aeri," ucap Tuan Shin juga menaruh kembali jam tangan yang ia dapatkan dari Aeri dan kemudian ia melangkahkan kakinya pergi dari kafe tersebut.

"Tuan Shin," panggil Aeri dan yang memiliki nama tersebut segera menghadapkan wajahnya kearah orang yang memanggilnya tadi.

"Ibuku juga pasti sangat senang memperkerjakan mu sebagai pengawal pribadi ku. Ku berharap tuhan bisa membuatku menjadikannya sebagai anakmu di masa yang akan datang," ucap Aeri seraya melambaikan tangannya. Juga senyum sedu nya tidak ia lupakan.

Tuan Shin juga melakukan hal yang sama, hingga saatnya ia menaiki taksi. Dan berpisahlah mereka.

"Ji Eun, ini adalah bukti yang sesungguhnya dan aku berhasil mendapatkannya. Dan permasalahan ini semoga adalah masalah terakhir ku. Setelah ini, aku akan hidup seperti apa yang diinginkan oleh ibuku dan tuan Shin,"

#####

Soo Youn berserta sahabatnya dan diiringi oleh anak buah dari Joshua saat ini sedang turun ke jalan untuk mencari keberadaan Wonwoo yang menghilang hampir setengah hari.

Mereka juga sudah berusaha untuk berkali-kali menghubunginya, namun mereka masih belum mendapatkan balasan apapun. Bahkan mereka sudah memakai alat pelacak, tetap mereka tidak menemukan keberadaan Wonwoo saat ini.

Tak tau harus bagaimana dan mencari di tempat mana lagi, mereka sudah hampir lelah. Dari siang hingga menjelang malam, Wonwoo belum menampakkan batang hidungnya.

"Sebaiknya kita melanjutkan pencariannya di esok hari," ucap salah satu anak buah yang dikerahkan oleh Joshua untuk mendampingi Soo Youn.

"Tidak, aku harus mencarinya sampai aku menemukannya dalam keadaan hidup," tegas Soo Youn segera pergi meninggalkan orang tersebut dan memilih berlari menelusuri jalan raya yang terlihat sangat tenang dan langit pun telah menjadi gelap.

Tidak ada rembulan ataupun bintang-bintang yang berkelap-kelip di langit, hanya setitik air yang mulai berjatuhan dengan perlahan. Bahkan, saat ini setitik itu kian deras jatuh dari atas sana.

Langkah terus Soo Youn ambil agar bisa menemukan Wonwoo secepatnya.

Seorang lelaki keluar dari mobilnya dengan membawa payung di tangannya. Ia berjalan lurus ke arah Soo Youn yang menghentikan langkahnya. Disaat pandangan matanya mulai tertuju kearah orang tersebut.

Lelaki itu menunjukkan senyumnya dibawah payung dan guyuran hujan, juga ia melambaikan tangannya yang terlilit perban di telapak tangannya.

"Wonwoo," lirih Soo Youn.

Segera ia berlari mendekati lelaki tersebut yang tidak lain adalah Wonwoo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Segera ia berlari mendekati lelaki tersebut yang tidak lain adalah Wonwoo. Dengan perasaan yang sudah bercampur aduk antara kesal dan rindu menjadi satu. Soo Youn memeluknya dengan sangat erat, dan begitupula Wonwoo yang membalas pelukan itu.

"Wonwoo, kau—"

"Soo Youn, aku sudah menemukan ayahku. Ayahku masih hidup. Ia.. ia saat ini berada di rumah sakit. Dan—" ucapnya berhenti sejenak, "Kau.. kau kenapa menangis?"

Soo Youn berusaha menepis air matanya yang terus saja menitis dengan telapak tangannya.

"Bodoh! Kau kemana saja!! Semua orang khawatir dan.. dan kau," ucap Soo Youn yang sudah tidak tahan lagi menahan tangisnya.

Kemudian ia berjongkok dan memeluk erat lututnya seraya menyembunyikan wajahnya diantara kedua lututnya.

Kemudian ia berjongkok dan memeluk erat lututnya seraya menyembunyikan wajahnya diantara kedua lututnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hey Soo Youn, maafkan aku. Ponselku kehabisan baterai dan tadi aku pergi ke sebuah desa yang terpencil, disanalah aku menemukan ayahku," ucap Wonwoo.

Namun, ia malah di hiraukan oleh Soo Youn. Wonwoo membagikan payung yang ia gunakan, agar air hujan tidak mengenai tubuh perempuan itu lagi.

Ia ikut berjongkok dan mengangkat wajah Soo Youn untuk menatap kedua mata yang sayu. Wonwoo menghapus air mata di pipi Soo Youn.

"Maafkan aku, karena telah membuatmu khawatir dengan keadaanku," ucap Wonwoo, "Baiklah, kalau begitu,"

Wonwoo mendekatkan wajahnya dan kemudian menciumnya. Soo Youn begitu terkejut ketika Wonwoo menempelkan bibir Wonwoo dengan bibirnya.

Tidak berapa lama ciuman itu berlangsung. Mereka saling lempar pandangan. Disaat Wonwoo ingin bangkit berdiri, tangan Soo Youn menahannya.

"Jangan pergi, aku.. aku masih merindukanmu,"

[✓] Together Forever || Jeon Wonwoo || !!ENDING!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang