Di pagi hari yang sama seperti hari kemarin. Wonwoo yang masih berleha-leha tengah berbaring di sofa ruang tamunya. Ia membiarkan televisi menyala untuk meramaikan suasana hatinya. Lalu, ia kembali menuliskan sebuah pesan yang akan dikirimkan kepada Soo Youn, namun ia sangat tidak yakin jika kekasihnya tersebut memiliki waktu bersamanya lagi, seperti kemarin. Hanya sekedar mencoba, kali ini Wonwoo mengirimkan pesan lagi yang isinya hampir sama seperti pesannya yang kemarin.
Lumayan lama menunggu balasan dari Soo Youn. Wonwoo yang tidak sabar, bahkan ia semakin bosen dan mood nya yang tidak membaik itu, menaruh kembali ponselnya di meja. Bahkan ia ingin kembali tertidur dengan menutupi wajahnya dengan lengan berototnya. Namun, terdengar sebuah notifikasi pendek masuk kedalam ponselnya, sesegera mungkin ia mengambil kembali dan mulai membacanya.
"👍"
Soo Youn kini mengirimkan sebuah emoticon jempol dengan ukuran jauh lebih besar dari pada kemarin.
"Kok ini lagi," gerutu Wonwoo yang sudah di ambang kebosanan yang berlebihan.
"Maafkan aku. Aku tidak melihat, jika kau yang mengirimkan pesan itu. Hari ini aku tidak sibuk. Ayo kita pergi jalan-jalan, sudah lama kita tidak berkencan,"
Pesan yang masuk terlambat itu telah dibaca oleh Wonwoo dan ia mengetikkan kembali, juga mengirim pesan lagi kepada Soo Youn.
"Baiklah kalau itu mau mu,"
"Aku akan bersiap-siap. Kau juga harus bersiap-siap Tuan Jeon Wonwoo, jangan tiduran. Sampai jumpa,"
Setelah membaca pesan terakhir dari Soo Youn, membuatnya segera mungkin duduk santai di sofa. Dan pada akhirnya, senyum sudah mulai terlihat di wajahnya. Walaupun hanya kecil, namun jika Wonwoo berkali-kali membaca ulang pesan terakhir yang dikirimkan kepada nya, maka senyuman tersebut semakin melebar. Ia mengacak-ngacak rambut yang sudah rapi itu.
"Ada apa dengan diriku?" tanyanya kepada diri sendiri sambil menampar pipinya. Akan tetapi, ia Kembali tersenyum bahagia di wajahnya. Seperti sedang dimabuk asmara.
Ia mengeluarkan sebuah kotak berukuran kecil dari saku celananya. Membukanya dan terlihat sebuah cincin yang ia beli di toko perhiasan kemarin. Ia menatap cincin tersebut, seraya membayangkan kebahagiaan di saat ia memberikan kejutan kepada Soo Youn nanti.
Tiba-tiba saja, seseorang mengetuk pintu apartemen milik Wonwoo dan juga memencet bel beberapa kali. Saat di buka, telah berdiri didepan Seorang perempuan yang sangat di tunggu kedatangannya. Namun perempuan itu datang dengan wajah penuh khawatir dan matanya mulai berkaca-kaca. Ia segera memeluk pinggang Wonwoo dan menyembunyikan wajahnya.
Wonwoo hanya bisa bernafas panjang dan mengelus pelan puncak kepala Soo Youn, "Ada apa? Mengapa kau menangis?" tanya nya disaat tangis Soo Youn semakin pecah didepannya.
Soo Youn mendongakkan kepalanya, walaupun kedua matanya mulai membengkak dan memerah, juga bibirnya yang bergetar.
"Hyungwon. Dia.. dia," ucapnya tersegu-segu.
Mendengar sebuah nama anak lelaki itu, segera mungkin Wonwoo menarik Soo Youn untuk masuk kedalam mobilnya dan menancapkan gas nya di jalan menuju rumah sakit tempat anak tersebut di rawat inap.
#####
Wonwoo bersama Soo Youn kini menelusuri lorong rumah sakit untuk mencari kamar rawat Hyungwon yang katanya sedang dipindahkan di ruangan khusus bernama ruang PICU**Picu = ruangan yang melayani perawatan pasien kritis anak-anak.
Hampir seluruh lorong mereka jelajahi, akhirnya mereka menemukan ibu Hyungwon yang terduduk pasrah di dekat pintu keluar masuk ruangan Picu.
Ibu Hyungwon terlihat seperti sudah tidak memiliki tenaga lagi, disaat ia melihat anak lelaki kesayangan satu-satunya mendadak mengalami sesak nafas dan detak jantungnya mulai melemah, bahkan sempat tidak memiliki detak lagi. Untung saja Dokter Jeonghan segera menolongnya dan dengan cepat di pindahkan ruangan untuk di tindak lanjuti.
"Aku sudah merasa tenang, karena ada seseorang yang ingin mendonorkan setengah hatinya kepada putraku, Hyungwon. Namun, ia sangat merahasiakan identitasnya. Hingga sekarang aku tidak mengetahui dia siapa dan tujuannya apa," ucap Ibu Hyungwon.
Mendengar itu, Wonwoo segera bangkit dan ingin pergi ke suatu tempat. Namun, gerakannya terhenti disaat ibu Hyungwon memegangi tangan kirinya. Matanya seolah-olah memohon dengan senyum di bibirnya terlihat sangat memaksa.
"Hyungwon ingin sekali menemuimu. Dia selalu menunggumu," ucap ibu Hyungwon.
Wonwoo hanya terdiam. Ia tidak bisa melakukan apa-apa, sedangkan seorang dokter kini sedang memperjuangkan Hyungwon untuk hidup di dalam ruangan sana. Kini, air mata mulai sedikit demi sedikit menetes dari mata Wonwoo. Karena dia seorang lelaki yang tidak mengharuskan ia menangis, segera mungkin ia menepisnya dan bahkan membuang pandangannya ke arah lain.
Ia juga teringat dengan sebuah perjanjian yang belum ia putuskan melakukannya atau tidak. Tetapi, dari kejauhan. Sosok Jeonghan sedang memerhatikan Wonwoo dari sana. Ia berdiri di ujung lorong.
Wonwoo melangkahkan kakinya mundur, ia terlihat sangat ketakutan. Matanya pun bergemetar, kemudian ia melepaskan tangan ibu Hyungwon. Saat Jeonghan mulai mendekati ke arah mereka.
Soo Youn terus memerhatikan tingkah aneh Wonwoo, bahkan di saat Jeonghan mulai berbicara dengan ibu Hyungwon, keringat mulai bercucuran di dahi Wonwoo
Soo Youn memegang pundak Wonwoo, dan hal itu membuat lamunannya buyar.
"Ada apa? Kau tampak tidak sehat," ucap Soo Youn seraya memeriksa dengan menaruhkan tangannya di dahi Wonwoo.
"Aku tidak apa-apa. Disini cukup panas, sebaiknya aku pergi untuk membelikan kalian minuman," ucap Wonwoo sambil menepis tangan Soo Youn dan pergi melangkahkan kakinya menjauhi mereka dan Jeonghan yang masih memerhatikan gerak-gerik dari Wonwoo.
######
Sekarang Wonwoo berada di luar rumah sakit. Ia memilih untuk duduk di kursi kayu yang telah di sediakan di taman. Ia mencoba untuk menjernihkan pikiran dan suasana yang membuatnya kebingungan.
Wonwoo menundukkan kepalanya, lalu ia mengusap-usap kedua tangannya dan kembali menundukkan kepalanya seraya memegang kepalanya yang terasa berat.
"Kau harus cepat mengambil keputusan. Jangan sampai anak itu menemuiku nanti dan menceritakan sebuah kisah dinosaurus kepadaku," ucap seorang lelaki yang menghampiri Wonwoo dan ia juga duduk di sebelahnya.
"Kau!" Awalnya Wonwoo mengira jika itu adalah Jeonghan dan ingin mengeluarkan seluruh emosinya kepada lelaki tersebut. Namun, disaat ia melihat ke arah suara itu berasal, hati nya menjadi tenang dan emosinya pun mulai mereda
"Mingyu? Kau kah itu? Atau aku hanya berkhayal?" ucap Wonwoo yang semakin tidak yakin dengan apa yang dilihatnya sekarang.
"Kau lagi bermimpi. Hingga air liur mu itu hampir menetes," gurau Mingyu dengan senyum yang begitu lebar dan sangat dirindukan oleh Wonwoo.
Kali ini, Mingyu terlihat lebih berseri dan cerah. Bahkan sekarang ia tertawa dengan wajah yang sangat gembira, "Mengapa kau melakukan ini?"
Lagi dan lagi, Wonwoo hanya berdiam. Ia juga tidak berani mengangkat pandangannya ke arah lawan bicaranya sekarang.
"Kau melakukan ini, untuk menebus kesalahan mu tempo dulu? Jika kau tak siap mengapa kau melakukannya," sambung Mingyu sambil memegang pundak Wonwoo.
"Aku tidak tau," balas Wonwoo dengan tatapan penuh keraguan.
"Jika kau ingin menebus kesalahanmu. Tidak perlu melakukan hal ini. Cukup buat Soo Youn bahagia, itu sudah cukup bagiku. Karena kau telah melakukan hal ini, kau harus bertindak tegas dan bertanggung jawab. Karena dia sangat ingin menemuimu untuk terakhir kalinya, jika kau tidak memenuhi keinginannya," Mingyu menasehati Wonwoo dan kemudian menepuk beberapa kali pundak sahabatnya tersebut.
Kemudian ia pergi meninggalkan Wonwoo kembali sendirian dengan memilih jalan yang bukan jalan keluar dari rumah sakit tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Together Forever || Jeon Wonwoo || !!ENDING!!
Fanfiction[ENDING] Together Forever adalah cerita sequel dari "The Last 7 Day's". Cerita ini mengkisahkan kelanjutan dari cerita kehidupan Jeon Wonwoo dan Song Soo Youn. Sedikit demi sedikit, beberapa rahasia yang sempat di sembunyikan itu akhirnya terbongka...