Part 37

29 5 6
                                    

Wonwoo beranjak bangun dari posisi tidurnya dan didepannya terlihat seorang gadis yang masih tertidur pulas di ranjang miliknya. Kemudian ia mendekati gadis tersebut dan duduk dibawah seraya perlahan-lahan menopangkan dagunya dengan kedua tangannya, lalu diletakkan sisi ujung ranjang. Tidak lupa sebelumnya ia memakaikan selimut ke tubuh Soo Youn.

Tidak lama, ia kembali teringat tentang kejadian semalam bersama Soo Youn yang tertidur di dalam dekapannya. Lalu ia mengangkat dan membawanya ke kamar, menidurkan gadis tersebut di ranjangnya. Sedangkan ia memilih berbaring di sofa tidak jauh dari ranjang tempat Soo Youn berbaring saat ini.

Kini ia memilih beranjak pergi meninggalkan Soo Youn dan tangannya mulai mencari ponsel yang mungkin saja terjatuh di saat ia tertidur semalam. Dan tidak memakan waktu yang cukup lama, akhirnya ia meraihnya di bawah kursi sofa. Ia mencari nomor Jeonghan dalam daftar kontak, kemudian meneleponnya dari ponsel miliknya.

"Hmm," terdengar suara dari penelpon yang hanya berdehem saat mengangkat telepon tersebut.

"Jeonghan, kau ada di ruang kerjamu?"

"Ya, ya. Aku sedang sibuk sekarang, kau..."

"Aku segera kesana,"

Wonwoo mengakhiri telepon tersebut. Kemudian ia mengenakan jaketnya untuk bersiap-siap pergi.

Ia memandangi wajah kekasihnya yang begitu tenang dengan kedua matanya masih tertutup rapat untuk terakhir kalinya  Diusapnya lembut rambut Soo Youn dan meninggalkan bekas kecupan tepat di kening kekasihnya tersebut.

"Maafkan aku," Ia berbisik ditelinga Soo Youn. Kemudian segera mengambil kunci mobil nya yang tergelatak di lantai dan pergi begitu saja.

#####

"Jadi?" tanya Jeonghan yang masih duduk santai di kursinya dan menatapi ke arah Wonwoo dengan sangat serius.

"Aku sudah mendatangani surat itu dan keputusan ku sudah bulat," ucap Wonwoo seraya menyodorkan sebuah kertas ke arah Jeonghan.

"Baiklah, aku akan mencarikan mu ruang perawatan, agar diperiksa lebih lanjut kesehatan mu," ucap Jeonghan secara tidak langsung mempersilahkan Wonwoo untuk keluar dari ruangannya dan melanjutkan pekerjaannya.

.

.

Kini Wonwoo telah mengenakan pakaian khusus pasien dari rumah sakit yang telah di siapkan oleh seorang suster suruhan Jeonghan.

Dengan baju kaus lengan pendek berwarna biru pucat dan celana panjang yang warnanya senada dengan baju yang ia gunakan sekarang. Ia menatap keluar melalui jendela kaca ruangannya, entah apa yang dipikirkan Wonwoo saat ini. Ia melihat seorang anak kecil seusia Hyungwon sedang berlari-lari dengan riang dan ditemani seorang suster bersamanya. Walaupun pakaian anak itu sama seperti pakaian yang di pakai nya, dan di tangan kirinya terdapat impusan yang masih menancap, tetapi ia terlihat seperti seorang yang sehat. Hingga suster yang menjaganya itu terlihat kewalahan mengejar anak tersebut.

Sekarang Wonwoo bisa merasakan di dadanya sesuatu hal berdetak dengan tidak beraturan. Ia memegang dadanya dan ia menarik nafas yang panjang, untuk menormalkan kembali jantungnya seraya memejamkan kedua matanya.

"Santai, rileks. Tidak ada terjadi apa-apa," ucapnya seraya mengelus dada kirinya.

Memang hal ini menjadi pengalaman pertama bagi Wonwoo menjadi seorang pendonor organ. Karena hal tersebut membuatnya merasakan ada sedikit rasa ketakutan bercampur gugup.


#####

Seorang dokter bersama disampingnya dua suster sedang memantau perkembangan dari seorang pasien anak kecil yang terbaring lemah di ranjang dan hidupnya hanya dibantu oleh beberapa alat yang tertancap di tubuhnya. Dokter itu atau dr. Huijun sedang menjelaskan sesuatu kepada suster yang merawat anak tersebut, namun tiba-tiba saja denyut nadi dari anak itu mulai melemah. Dan ia juga mengalami sulit untuk bernafas.

Dengan sigap dr. Huijun mengambil tindakan untuk menyelamatkan anak kecil itu. Suster yang berada di samping dokter itu kembali memasangkan alat bantu nafas di hidung pasien, dan yang satunya mempersiapkan alat DC Shock sebagai alat kejut jantung agar kembali normal.

Setelah melakukan tindakan tersebut, alhasil dokter itu berhasil menyelamatkan anak kecil tersebut yang diketahui memiliki nama 'Hyungwon'.

"Aku tidak tau berapa lama lagi ia berjuang untuk hidup," ucap dokter Huijun sambil menatap iba ke arah Hyungwon yang masih tidak sadarkan diri.

"Sebaiknya kita persiapkan operasi pengangkatan hati nya dan juga tanyakan kepada Jeonghan Subaenim, apakah pendonor organ itu telah datang,"

"Tapi dokter. Seharusnya kita mengoperasi bagian jantungnya dulu, begitu kan?"

"Lebih baik kita angkat akar dari penyebab munculnya kanker di hatinya. Sebelum akar itu berjalar ke organ lainnya. Masalah jantung.. itu masih bisa menggunakan non operasi. Karena ini masih awal, dan bisa kita cegah sebelum terjadi yang lebih serius," jelasnya kepada suster yang masih berdiri dibelakangnya.

"Ia diagnosa mengalami penyakit Dilated cardiomyopathy*. Tetapi dia hanya menunjukkan gejala-gejala nya saja, jadi semoga saja dengan menggunakan non operasi, ia bisa sehat dan juga dengan hati yang baru, ia pulih kembali," sambung dokter Huijun mendapatkan anggukan pelan dari kedua suster tadi.

*Dilated cardiomyopathy = masih satu jenis dengan lemah jantung.


#####


Kini Jeonghan berdiri tepat di depan pintu perawatan Wonwoo dengan di tangan kirinya membawa sebuah tas kecil. Ia tampak ragu untuk menarik ganggang pintu tersebut. Akan tetapi, seseorang telah menariknya terlebih dahulu dan membuka dengan lebar ruang tersebut.

Terlihat beberapa suster keluar dari ruangan tersebut, setelah memeriksa kesehatan lebih lanjut kepada Wonwoo. Jeonghan mencoba tersenyum didepan Wonwoo seraya menyodorkan tas kecil dari tangannya.

"Sudah saatnya," ucap Jeonghan.

Kemudian Wonwoo mengeluarkan isi dari tas kecil itu. Terdapat baju khusus untuk operasi, lengkap dengan topi berwarna hijau. Kali ini Wonwoo tidak banyak berbicara, ia terdiam seribu bahasa sambil menatapi pakaian dipangkuan nya.

"Jeonghan," panggil pelan Wonwoo yang masih menundukkan pandangan.

"Apakah setelah ini aku akan mati? Dan apakah Hyungwon akan hidup baik-baik saja?" tanya Wonwoo dan kemudian mengangkat kepalanya menatap ke arah Jeonghan yang masih berdiri didepan pintu ruang perawatan. Dengan mata yang sendu, mereka saling bertatapan. Namun, hanya beberapa detik Jeonghan membuang pandangannya itu.

"Aku dan juniorku, Huijun akan berusaha sekuat dan seluruh tenaga kami untuk menyelamatkan kalian berdua bagaimana pun caranya," ucap Jeonghan.

"Jika diantara kami berdua nanti harus ada yang mengalah. Kau harus berjanji untuk menyelamatkan Hyungwon terlebih dahulu,"

Dengan berat hati dan bibirnya yang sulit mengucapkan, Jeonghan menjawabnya hanya dengan anggukan dari kepalanya. Dan kemudian ia meninggalkan Wonwoo lagi di ruangan perawatan nya untuk bersiap-siap melakukan operasi.

[✓] Together Forever || Jeon Wonwoo || !!ENDING!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang