Part 30

27 10 5
                                    

Beberapa minggu telah berlalu. Seluruh proses pengadilan telah di lalui, kini agenda di siang hari ini di pengadilan ialah membacakan keputusan. Seluruh para awak media dan wartawan sudah memenuhi ruang depan dalam pengadilan, juga para polisi yang sudah siap mengamankan jalan yang akan dilewati oleh Aeri nanti.

Dengan langkah yang penuh ragu, saat ini Soo Youn sudah berada di depan pintu apartemen Wonwoo selama 30 menit. Berkali-kali ia mencoba meyakinkan dirinya untuk mengetuk pintu, namun ia selalu mengurungkan niatnya.

"Aku harus menemuinya hari ini," ucapnya untuk memberikan semangat kepada dirinya sendiri.

Disaat ia mengangkat tangannya yang ingin mengetuk pintu itu, sebuah nada dering telpon berdering yang membuat perhatian Soo Youn teralihkan. Segera mungkin ia meraihnya di kantung celananya dan mengangkat telepon yang masuk.

"Hey, Soo Youn. Apakah kau sudah mengatakan kepada Wonwoo tentang hari ini," ucap si penelpon yang suaranya begitu familiar di telinga Soo Youn.

"Aku belum menemuinya, namun aku sudah berada didepan apartemennya,"

"Soo Youn, apakah sebaiknya kita tidak mengatakan apa-apa tentang pengadilan hari ini kepadanya? Aku takutnya saja, dia..."

"Jangan pikirkan akan hal itu. Semuanya akan baik-baik saja,"

"Baiklah kalau begitu. Aku percayakan semuanya kepadamu," ucap penelpon tersebut mengakhiri telepon itu.

Ia menarik nafasnya sejenak dan kemudian mengetuk pintu apartemen didepannya. Baru satu ketukan membuat seseorang lelaki segera membukakan pintu tersebut. Melihat kedatangan Soo Youn, lelaki itu ingin memberitahukan kepada empunya. Namun, dengan cepat Soo Youn meletakkan jari telunjuknya di bibirnya, meminta agar lelaki itu diam dulu.

"Siapa tuan Park?" teriak Wonwoo dari dalam ruangan.

Kemudian Soo Youn menyilangkan kedua tangannya ke arah tuan Park sambil menggelengkan kepalanya perlahan. Ia menyuruhnya untuk berbohong dengan kedatangannya ke apartemen Wonwoo.

"T-tidak ada siapa-siapa," ucap tuan Park.

"Sebaiknya kau kunci pintu itu. Karena aku tidak ingin menemui siapapun hari ini dan esok," balas Wonwoo.

Tuan Park memberikan isyarat nya kepada Soo Youn, jika Wonwoo saat ini berada di dalam kamarnya. Sesegera mungkin Soo Youn menaiki tiap anak tangga untuk menuju ke kamar Wonwoo.

Setelah sampai disana, Soo Youn segera mendorong pintu kamar tersebut dan mendapati Wonwoo yang sedang tertidur di atas ranjangnya.

"Wonu," panggil lirih Soo Youn mendekati Wonwoo yang menutupi wajahnya dengan lengan tangannya.

"Wonwoo.. ak—"

"Bisakah kau tinggalkan aku sendirian. Aku tidak ingin berbicara saat ini," ucap Wonwoo membelakangi Soo Youn dengan badannya.

"Aku hanya ingin memberitahukan mu, jika siang ini pengadilan akan membacakan keputusan hukuman yang diterima Aeri," jelas Soo Youn duduk di kursi kecil yang berada di dekat kasur itu.

"Lalu, apakah aku harus mendukungnya dan memberinya semangat, seolah-olah dia bukan pembunuh ibuku?" tanya Wonwoo tanpa menghadapkan wajahnya ke arah Soo Youn. Ia lebih memilih menghadap ke arah dinding yang penuh akan rak-rak kosong.

Hanya ada keheningan diantara mereka saat ini. Soo Youn menatapi punggung lebar Wonwoo seraya memikirkan pembicaraan apa lagi yang ingin dia sampaikan.

"Jika sudah selesai, tinggalkan aku," ucap Wonwoo.

Soo Youn bangkit dari kursi yang didudukinya. Namun, Wonwoo menahan pergelangan tangan perempuan tersebut dengan sangat erat sebelum ia benar-benar pergi keluar dari kamarnya.

"Aku tau, kau sangat kebingungan saat ini. Di satu sisi Aeri adalah sahabat kepercayaan mu, di satu sisi lainnya ibu mu telah dibunuh oleh Aeri. Da—"

Tidak berkata apa-apa, Wonwoo menarik tangan Soo Youn dan menjatuhkannya dalam pelukan lantas mendekapnya dengan erat. Betapa berdebar nya hati Soo Youn tak kala itu. Soo Youn mengelus lembut rambut Wonwoo dan mencoba untuk menenangkannya.


#####

Seorang wanita yang menggunakan pakaian serba hitam dilengkapi dengan penutup wajah mendekati seorang polisi yang sedang bertugas di gedung pengadilan. Terlihat seperti membisikan sesuatu, bahkan ia memberikan sebuah uang yang begitu tebal. Dan tidak berapa lama, polisi tersebut membawa wanita tadi mengunjungi seorang narapidana yang sebentar lagi akan memasuki ruang pengadilan.

"Aku tidak ingin menemui siapa-siapa!! Kecuali Wonwoo," ucap perempuan yang menggunakan baju narapidana dengan sebuah nomor di dada nya.

"Aeri, lihatlah orang yang ingin mengunjungi mu, sebelum kau tidak diizinkan menemui siapa-siapa lagi setelah pengadilan memutuskan hukuman kepada mu," jelas polisi itu dan kemudian meninggalkan seorang wanita yang memakai penutup wajah dengan seorang narapidana atau Aeri.

Wanita tersebut mulai tertawa saat Aeri mulai duduk didepannya. Hal itu membuat Aeri menatap aneh dan kebingungan.

"Ini aku, Aeri," ucapnya seraya menunjukkan silet di tangannya.

.

.

Seluruh orang telah memenuhi tempat duduk di tempat ruangan pengadilan. Begitu pula Aeri yang memiliki status terdakwa dalam kasus yang menimpanya. Suasana didalam sana begitu tenang, namun seluruh orang yang hadir saat ini menegang dan terasa panas dikarenakan saat ini adalah detik-detik hakim akan membacakan hukuman yang akan di jalani oleh Aeri sendiri.

"Saudari Aeri Kim, berdasarkan bukti yang di sajikan dan saksi yang hadir pada proses sidang yang berlangsung beberapa minggu lalu, maka pengadilan memutuskan terbukti telah melakukan pembunuhan atas nyonya Jeon yubi, penggelapan pajak dan mengendara dalam keadaan mabuk akan dihukum 25 tahun penjara dan seluruh aset kekayaan miliknya akan disita. Sekian keputusan pengadilan,"

Hakim tersebut mengakhirinya dengan memukul palu sebanyak tiga kali dan menjadikan Aeri resmi sebagai tahanan. Setelah itu para awak media dan wartawan menerobos masuk kedalam ruang pengadilan. Polisi-polisi yang sudah dari lama menjaga itu tampak kewalahan dengan banyaknya kameraman yang selalu berdatangan.

Kini sorot dari kamera hanya bisa menyoroti tubuh belakang Aeri. Mereka juga terlihat sangat tidak sabaran menunggu Aeri bicara tentang masalah yang ia lakukan. Berbagai macam pertanyaan mereka tanyakan, namun Aeri memilih diam dan ia merogoh kantung celananya untuk mengambil sebuah silet.

"Sangat berguna ternyata," lirihnya dan kemudian ia ingin mengarahkan benda tajam itu ke arah pergelangan tangannya.

Dengan cepat, para petugas segera mengamankan benda tajam tersebut dari tangan Aeri. Namun dari beberapa petugas itu mendapati sebuah terluka gores akibat Aeri yang terus saja memberontak untuk dilepaskan.

Luka gores tersebut menetes ke lantai dan seketika Aeri melihatnya, ia merasa sangat pusing. Kepalanya mengingat kembali darah-darah yang sempat ia lihat di tubuh wanita yang ia bunuh.

"DARAH! DARAH!! Bukan aku pembunuhan nya! BUKAN AKU!!" teriak Aeri melemparkan silet yang berada di tangannya tadi dan sudah ada noda darah yang menempel.

Salah satu petugas keamanan segera memborgol kedua tangan tangannya dan membawanya keluar dari ruangan pengadilan untuk dipindahkan ke sel penjara yang jaraknya cukup jauh.

Wanita yang sempat menemui Aeri sedang berdiri menyudut di ruangan itu seraya tersenyum dibalik penutup wajahnya.

[✓] Together Forever || Jeon Wonwoo || !!ENDING!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang