Chapter~ 22

406 60 12
                                        


Daniel berjalan cepat menuju unit apartemennya dengan senyum yang merekah sejak tadi. Sore ini tiba-tiba Jihoon mengirim pesan dan berkata bahwa ia akan mampir ke apartemen Daniel sepulang dari rumah sakit. Tentu saja ia senang. Ini adalah kedua kalinya Jihoon ingin datang setelah kunjungan pertama yang membuat Jihoon trauma. Hehe..

Pip pip pip pip,

Cklek!

Pintu terbuka dan aroma sesuatu yang dipanggang menyeruak masuk kehidung Daniel. Ia melepas sepatunya dengan sedikit terburu lalu berjalan menuju tempat yang ia yakini ada Jihoon disana.

Benar saja, di depan pantry ada mahluk mungil yang kini sedang sibuk mengiris tipis daging sapi panggang. Senyum Daniel melebar sampai telinga.

Jihoon terperanjat kaget ketika mendapati dua lengan kekar melingkar erat di pinggangnya.

"Kau mengejutkanku" keluh Jihoon sambil berusaha melepaskan pelukan Daniel, tapi tentu saja tak berhasil, pria besar itu melilitnya seperti ular piton.

"Kenapa tiba-tiba ingin datang?" tanya Daniel tanpa melonggarkan pelukannya. Jihoon berdecak kesal, masakannya bahkan belum jadi.

"Kau tidak suka aku datang?" ketusnya. Daniel tertawa lalu menduselkan wajahnya semakin dalam ke ceruk leher Jihoon.

"Tentu saja suka. Aku hanya bingung, bukankah kau selalu menolak jika kuajak ke apartemen"

Jihoon menghela nafas samar lalu mengelus pelan rambut Daniel.

"Kau harus lebih memperhatikan dirimu sendiri. Lihat itu, kau makan ramen terus menerus. Kau pikir itu sehat, hah?" omel Jihoon sambil menunjuk tong sampah yang penuh dengan berbagai bungkus ramen. Daniel terkekeh, walaupun jihoon bicara dengan nada tajam, tapi ia tahu jika sebenarnya Jihoon hanya khawatir padanya.

Pemuda manis itu kembali melanjutkan pekerjaannya walaupun sedikit terhambat karena pelukan erat Daniel. Sampai lima menit kemudian akhirnya dua mangkuk sup daging didepannya selesai dibuat.

"Niel, lepaskan. Mau sampai kapan kalau begini terus" berontak Jihoon, dengan ogah ogahan Daniel melepas pelukan mereka dan membantu yang lebih muda untuk membawa sup-sup itu ke meja makan.

Bukannya di letakkan berhadapan, Daniel malah meletakkan dua mangkuk itu berdekatan lalu menarik Jihoon ke pangkuannya.

"Ish, Daniel!" Jihoon mendelik kesal pada manusia yang kini hanya tersenyum lebar tanpa dosa.

"Aku akan memberimu makan. Aaaaa... " Daniel menyodorkan sesendok penuh sup kedepan mulut Jihoon yang langsung memukul kepala belakang pria itu.

"Aku masih punya dua tangan yang berfungsi dengan baik" ketus Jihoon, tapi mau tak mau ia membuka mulut juga. Daniel menepuk kepalanya seperti ayah yang bangga.

Mereka makan bersama dengan tangan Jihoon yang tak digunakan sama sekali. Bahaya, jangan sampai Jihoon terbiasa jadi manja begini.

"Bagaimana dengan kencan Daehwi?" Daniel membuka suara ketika berhasil menyuapkan sepotong daging ke mulut Jihoon.

"Lwancar" sahut Jihoon sambil mengunyah.

"Apa teman kencannya kali ini baik?" Daniel bertanya lagi sambil terus menyuapi Jihoon dengan potongan-potongan daging sampai pipi pria dipangkuannya itu menggembung lucu.

Jihoon memukul pelan tangan Daniel yang sudah akan kembali menyuapinya dan menatapnya datar. Pria besar itu tertawa lalu menciumi pipi gembung itu gemas.

"Gemas sekali" kekeh Daniel. Jihoon masih terus mengunyah sampai pipinya mengempis kembali.

"Kau mau mati?" omel Jihoon.

Verloofde [NIELWINK] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang