Jihoon kira perjodohan adalah hal paling konyol yang pernah ia alami seumur hidup. Tapi ia salah, ada yang jauh lebih konyol dan bahkan tak pernah muncul dalam mimpi terburuknya sekalipun, yaitu 'Dijodohkan dengan mantannya sendiri'.
"Ini gila!"-Pa...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Banyak yang mengatakan jika kembali dengan orang lama sama seperti membaca buku dua kali, akhirnya sudah bisa ditebak.
Tapi Daniel ada disini untuk membuktikan jika itu tidak selalu benar.
Masalalu memang tidak bisa diubah, tapi dengan belajar dari masalalu, masa depan yang lebih indah tidak mustahil untuk diwujudkan.
Dan hari ini, adalah akhir dari penantiannya.
Didepan sana Jihoon tampak luar biasa menawan dengan tuxedo putih ber-aksen keemasan. Senyumnya terlihat gugup, tapi tidak mengurangi kadar manisnya sama sekali.
Sorak sorai terdengar riuh memenuhi bagunan luas yang menjadi tempat resepsi pernikahan mereka.
Dan dari semua orang disana, senyuman paling lebar ditunjukkan oleh bintang utama kita, Kang Daniel.
Bahagia, haru, entah mana yang lebih mendominasi.
Saat tuan Park menyerahkan tangan mungil Jihoon kedalam genggamannya, buliran kristal ikut luruh dari monoloid itu.
"Hei, kenapa menangis?" Pertanyaan geli itu terlontar dari pemuda manis yang sebentar lagi akan menyandang gelar sebagai suaminya.
Daniel sadar jika ini sangat tidak gentle, tapi entah kenapa air matanya tidak bisa berhenti.
Orang-orang disana juga ikut tertawa ketika tangis Daniel tak kunjung usai, sedangkan nyonya Kang hanya bisa tepuk jidat, Seulgi bertanya-tanya dalam hati darimana putranya mendapatkan sifat emosional itu? Dan jawabannya ternyata jelas, disampingnya sang suami juga tengah menangis tersedu-sedu.
Ck, like father like son.
Jihoon mengecup lembut tangan besar Daniel yang menggenggamnya dengan erat. Senyum manisnya terbit, berusaha memberi ketenangan pada yang lebih tua.
"Kau benar-benar tidak mau berhenti menangis? Kita bisa gagal menikah karena kebanjiran" guraunya.
Daniel tertawa ditengah isakannya. Pria besar itu mengusap kasar wajahnya yang sembab, persetan dengan riasan tipis yang sudah dipoles oleh para MUA.
"Bisa gawat kalau begitu" kekeh Daniel dengan suara sengaunya.
Keduanya tersenyum, menatap manik masing-masing dengan tujuan dan keinginan yang sama. Genggaman mereka semakin erat ketika sang Pendeta meminta Daniel dan Jihoon untuk mengucapkan janji pernikahan.
Daniel mengambil nafas panjang. Dengan suara lantang pria itu bersumpah.
"Saya mengambil engkau, Park Jihoon menjadi suami saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya--"
Mata sipit itu mulai berkaca-kaca.
"Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita."