"Akh... Sudah kuduga pasti ada yang tidak beres" pekik Jihoon sambil melempar tatapan tajam pada Daniel yang tersenyum lebar tanpa dosa.Ini adalah definisi dari tidak beres yang sebenarnya. Semua berantakan. Kemasan jelly berserakan dimana-mana, jangan lupa baju yang hampir memenuhi satu ruangan, Jihoon bahkan bingung ini rumah atau kandang sapi. Harusnya Jihoon tahu, sejak dulu Daniel memang orang yang sangat malas untuk membersihkan apartemennya sendiri, bodohnya Jihoon malah mengiyakan saja saat diajak kemari. Itu seperti perintah secara tak langsung untuk menjadi pembantu pria besar itu dalam sehari.
"Apa kau bisa hidup dalam tempat seperti ini?!" sinis Jihoon yang kini mulai memunguti baju Daniel satu persatu. Jangan salah paham, Jihoon hanya tak ingin makan dalam keadaan tempat yang seperti ini, jadi dengan penuh kesabaran dan keterpaksaan ia membersihkannya.
Dua puluh menit kemudian ruang tamu apartemen Daniel sudah terlihat lebih manusiawi. Sampah-sampah disudut ruangan sudah Jihoon masukkan ke tempat sampah, bahkan baju kotor Daniel pun hampir Jihoon satukan kesana sebelum Daniel berteriak histeris dan berkata jika ia akan membawanya ke binatu.
Sekarang mereka berdua sudah duduk manis didepan televisi sambil menikmati pizza yang hampir dingin. Jihoon tak henti menggerutu walaupun mulutnya penuh. Masih tak terima karena sudah dijadikan pembantu dalam sekejap oleh pria disampingnya.
"Hei... Berhenti menggerutu, kunyah saja makananmu dengan benar. Anggap saja itu latihan untuk menjadi istriku kelak" seru Daniel ringan. Jihoon hampir saja meludahi wajah yang sialnya tampan itu.
"Aku tidak mau menjadi istrimu sialan" Sungut Jihoon. Daniel tertawa.
Acara makan siang mereka sudah selesai, dan itu bagian Daniel untuk membereskannya.
"Daniel. Dimana kamar mandinya?" tanya Jihoon yang sudah beranjak dari duduknya. Daniel menunjuk pintu dibelakang mereka.
"Pakai kamar mandi kamarku saja" serunya. Jihoon mengangguk. Dengan tergesa kaki pendek itu melangkah memasuki kamar Daniel yang untungnya tidak lebih kacau dari bayangannya, memasuki kamar mandi dan keluar lima menit kemudian.
Tadi mungkin Jihoon tak terlalu memperhatikan, tapi kini ia dapat melihatnya dengan jelas. Kamar Daniel memang indah, seluruh ruangan bagai dibungkus dengan warna abu kehitaman. Perabot yang berwarna putih menyala membuatnya terlihat kontras. Pemilihan warna yang tepat. Tapi bukan itu semua yang membuat Jihoon masih berdiri kaku disini. Tapi kumpulan foto yang tertata apik di dinding yang menghadap langsung ke tempat tidur. Itu, foto mereka.
Jihoon melangkah mendekat dengan ragu. Matanya menjelajah, menatap puluhan foto berbeda-beda yang dulu pernah mereka ambil saat masih bersama. Entah apa tujuan Daniel memajangnya, tapi Jihoon tak dapat mengungkiri jika ia merasa sedikit tersentuh melihatnya.
"Kau masih disana?" Daniel muncul diantara celah pintu yang terbuka. Sedikit kaget saat melihat Jihoon sedang menatap foto-foto disana.
"Kenapa kau menaruh itu semua disini?" tanya Jihoon. Daniel melangkah pelan menghampiri pria itu.
"Hanya ingin. Memangnya kenapa? Tidak boleh?" Seharusnya Daniel membiarkan Jihoon memakai kamar mandi dikamar tamu saja tadi. Tapi mau bagaimana lagi, sudah ketahuan jadi untuk apa ditutup-tutupi.
"Alasan macam apa itu?" sinis Jihoon pada pria yang sudah berada tepat didepannya. Daniel mengerutkan dahi.
"Lalu kau mau alasan seperti apa? Aku masih mencintaimu begitu?" tanya Daniel. Jihoon mendengus pelan.
"Itu memang lebih masuk akal. Tapi mengerikan membayangkannya" sahut Jihoon sebelum matanya kembali terfokus pada foto didepannya. Daniel tampak kesal dengan tanggapan Jihoon. Dengan sekali hentakan ia memutar tubuh Jihoon hingga pria mungil itu menghadap penuh kearahnya. Jihoon baru saja hendak melayangkan protes sebelum terbungkam oleh perkataan Daniel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Verloofde [NIELWINK] END
Fiksi PenggemarJihoon kira perjodohan adalah hal paling konyol yang pernah ia alami seumur hidup. Tapi ia salah, ada yang jauh lebih konyol dan bahkan tak pernah muncul dalam mimpi terburuknya sekalipun, yaitu 'Dijodohkan dengan mantannya sendiri'. "Ini gila!"-Pa...