Jihoon tertawa dalam hati, mengejek dirinya sendiri yang bersikap pengecut dengan pergi dari sana. Ia mendudukkan dirinya diatas water closet, pikirannya bercabang.
Tadi semuanya baik-baik saja sebelum tiba-tiba entah darimana perempuan itu muncul.
Mungkin seharusnya ia tetap disana, menunjukkan bahwa ialah pemilik yang sebenarnya. Tapi ia tak bisa.
Jihoon tak ingin memperburuk suasana dengan emosinya yang entah bisa ditahan atau tidak jika tetap berada disana. Ini sulit. Bahkan belum genap satu bulan sejak mereka memutuskan untuk memulai kembali, tapi kenapa orang dari masa lalu harus datang secepat ini?
Jihoon sedikit terkejut saat keluar dari toilet umum dan mendapati Daniel disana, tersenyum padanya sambil menenteng plastik berisi makanan yang tadi mereka beli.
"Sudah selesai?" tanya Daniel sambil meraih sebelah tangan Jihoon dan mengaitkan jemari mereka. Pemuda yang lebih pendek hanya mengangguk sebagai balasan.
Tanpa komando bola mata Jihoon bergerak liar mencari sosok yang tadi ia tinggalkan bersama Daniel. Ia baru ingin bertanya sebelum kemudian Daniel menyadarinya lebih dulu dan berseru memberi tahu.
"Somi kusuruh menunggu di mobil lebih dulu. Tidak apa-apa kan kalau dia ikut menumpang bersama kita? Dia tadi datang bersama temannya dan orang itu mendadak ada urusan, jadi dia tidak tau harus pulang bersama siapa"
Tidak boleh.
Aku keberatan.
Pesankan saja dia taksi.
Perkataaan itu sudah berada di pangkal tenggorokannya, tapi entah kenapa hanya anggukan enggan yang bisa Jihoon berikan sebagai jawaban.
Daniel tersenyum lalu mengacak pelan rambut Jihoon yang setengah sadar langsung menghindar pelan. Daniel terkejut, tapi tak terlalu memusingkannya karena Jihoon memang sudah biasa menolak sentuhan fisik di tengah keramaian.
Mereka berjalan menuju parkiran dengan senyap. Sesampainya disana Jihoon bisa melihat Somi yang sudah duduk manis di kursi belakang sambil memainkan ponsel.
Tanpa sadar Jihoon menghela nafas pelan yang tak disadari siapapun. Daniel baru saja hendak membukakan pintu mobil untuk Jihoon, tapi pria manis itu sudah membuka pintu sendiri dan duduk manis tanpa mau menoleh kearahnya lagi. Daniel mengerutkan alis sejenak sebelum kemudian beralih ke kursi kemudi.
Perjalanan mereka terasa kaku. Jarak yang sebenarnya tidak terlalu jauh entah bagaimana terasa memakan waktu yang sangat lama.
Daniel fokus pada kemudinya walau sesekali melirik kearah Jihoon dan juga spion belakang.
Somi yang tampak menyibukkan diri dengan ponsel walau ia kerap kali membalas lirikan Daniel melalui spion.
Dan Jihoon yang sejak tadi tak bergerak se-inchi pun, bahkan matanya tak beralih dari jendela mobil, menatap keramaian jalanan Seoul disore hari. Ia sedang menahan diri. Ini menyedihkan. Baik dulu maupun sekarang Jihoon hanya bisa diam setiap berada dalam situasi seperti ini. Entah mau sampai kapan.
Setelah beberapa menit yang terasa seperti berjam-jam lamanya, mereka sampai didepan gerbang rumah Somi. Gadis itu bergegas turun dan tak lupa mengucapkan terimakasih pada Daniel dan senyuman pada Jihoon. Jihoon balas tersenyum walau itu jenis senyum kecut.
"Aku akan mentraktir Oppa kapan-kapan" Daniel terkekeh lalu mengangguk.
"Kutunggu traktirannya" sahut Daniel sebelum gadis itu menghilang dibalik gerbang.
Mereka melanjutkan perjalanan dengan suasana yang masih sama. Daniel tak tahu apa yang membuat Jihoon sedingin ini, tapi sepertinya ia punya gambarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Verloofde [NIELWINK] END
أدب الهواةJihoon kira perjodohan adalah hal paling konyol yang pernah ia alami seumur hidup. Tapi ia salah, ada yang jauh lebih konyol dan bahkan tak pernah muncul dalam mimpi terburuknya sekalipun, yaitu 'Dijodohkan dengan mantannya sendiri'. "Ini gila!"-Pa...
![Verloofde [NIELWINK] END](https://img.wattpad.com/cover/248768303-64-k534687.jpg)