"Kau tidak bawa mobil?" Younghoon bertanya heran saat tak mendapati Audi biru kepemilikan Jihoon di parkiran rumah sakit. Sangat tak biasa.
Jihoon mengangguk samar.
"Aku tadi diantar supir" Younghoon mengangguk mengerti. Ia berjalan pelan menuju mobilnya sambil berbincang kecil dengan Jihoon."Ingin pulang bersama?" tawar Younghoon. Pria tampan itu sudah berdiri didepan BMW luxuri putih miliknya sambil menatap Jihoon. Menunggu jawaban pria manis itu.
"Ah, tidak terimakasih Sunbae. Aku tak ingin merepotkanmu" tolak Jihoon halus. Ia tau betul rumah mereka tak searah. Lagipula ia bisa naik taksi.
"Sama sekali tidak Jihoon. Kau selalu bersikap seolah kita baru mengenal. Ingat, kita sudah berteman sejak jaman kuliah, jangan merasa tak enak" Jihoon menimbang. Sepertinya tidak buruk juga. Daripada ia naik taksi. Ini jelas lebih hemat bukan.
"Baiklah, jika kau tak direpotkan" Younghoon tersenyum mendengarnya. Baru saja ia ingin membukakan pintu mobil untuk Jihoon, sebuah mobil sport hitam tak jauh disamping mereka tiba-tiba saja mengeluarkan suara klakson yang nyaring. Mereka berdua kompak menoleh ke sumber suara.
Seorang pria turun dari mobil itu sebelum menjatuhkan tatapan tajamnya pada dua insan yang masih menatapnya disana. Dengan cepat ia melangkah mendekat lalu mencengkram tangan Jihoon yang menggantung bebas.
"Ayo pulang" serunya rendah sebelum menarik Jihoon menuju mobilnya. Jihoon baru bisa memproses setelah merasakan genggaman Daniel di pergelangan tangannya mengeras, rasanya sakit. Ia tak sempat memberontak karena kini tubuhnya sudah dipaksa masuk kemobil pria itu. Dengan cepat Daniel memutar masuk kekursi kemudi lalu meninggalkan parkiran rumah sakit dengan kecepatan tinggi. Younghoon bahkan tak sempat mengejar karena semua terjadi begitu cepat.
Jihoon menatap bengis pria disebelahnya.
"Kau gila tuan Kang?!" pekiknya sambil mengelus lengan kanannya yang terasa perih. Jelas saja, itu memerah. Daniel hanya membalas dengan dengusan keras."Ya. Supirmu ini memang sudah gila" Daniel menekankan kata 'supir' disana. Sepertinya dia mendengar percakapan Jihoon dan Younghoon tadi. "Jadi jangan membantah orang gila ini jika kau tidak mau dilempar dari mobil" ketus Daniel. Ingin rasanya Jihoon menambah jumlah rontokan rambut Daniel tadi pagi. Tapi tidak jadi karena dering ponselnya terdengar nyaring.
'Younghoon Sunbae'
Ahh. Jihoon hampir lupa. Younghoon pasti kebingungan sekarang. Pria itu bahkan menelepon Jihoon beberapa kali sejak tadi.
"Nee Sunbae"
"Ah, syukurlah... Kenapa baru mengangkat Ji? Apa kau baik-baik saja? Siapa pria tadi? Apa dia menyakitimu??" Younghoon langsung memberondong Jihoon dengan pertanyaan, membuat pemuda manis itu merasa tak enak.
"Aku baik-baik saja sunbae. Maaf, kau pasti kebingungan. Dan pria bodoh tadi adalah orang yang kukenal, kau tak usah khawatir" Jihoon berseru menenangkan.
Diseberang sana Younghoon menghentikan laju mobilnya yang tengah mengikuti mobil yang membawa Jihoon. Menghela nafas lega. Sebelum kembali berbicara dengan Jihoon ditelepon.
"Syukurlah. Aku takut terjadi apa-apa padamu tadi"
"Terimakasih sudah mencemaskanku sun---"
Tuttt... Tuttt
Younghoon mengernyit bingung. Panggilan terputus begitu saja. Ahh, mungkinkah ponsel Jihoon kehabisan baterai? Bisa saja.
Pria tampan itu memilih untuk memutar balik mobilnya menuju ke kerumahnya sendiri. Ia akan bertanya pada Jihoon besok.
. . .
KAMU SEDANG MEMBACA
Verloofde [NIELWINK] END
FanfictionJihoon kira perjodohan adalah hal paling konyol yang pernah ia alami seumur hidup. Tapi ia salah, ada yang jauh lebih konyol dan bahkan tak pernah muncul dalam mimpi terburuknya sekalipun, yaitu 'Dijodohkan dengan mantannya sendiri'. "Ini gila!"-Pa...