Chapter~ 10 Bad news

409 69 3
                                    


Jihoon dan Daniel sampai dirumah keluarga Park selang 30 menit setelah para orang tua sampai. Jangan lupakan suasana canggung yang sedari tadi menemani keduanya, lebih tepatnya Jihoon. Pria manis itu tak membuka suara sejak direstoran sampai saat ini. Sedangkan Daniel sesekali melirik orang disebelahnya dan memilih tidak membuka percakapan.

"Ahh... Kalian sudah sampai?" sambut nyonya Park antusias. Jihoon dan Daniel hanya tersenyum kecil sambil mengangguk. Dapat mereka rasakan tatapan berbinar yang terpancar kuat dari dua orang wanita paruh baya yang kini sedang mengulas senyum lebar-lebar. Para ayah tampak tenang, tapi senyuman simpul terukir samar dibibir mereka.

"Baguslah. Ada yang harus kami bicarakan dengan kalian" suara tuan Kang terdengar tenang, tanpa sadar Daniel dan Jihoon saling melirik, seperti punya firasat yang sama tentang apa yang akan para orangtua katakan. Keduanya menunjukkan reaksi berbeda, jika Jihoon tampak ketar-ketir, Daniel justru terlihat sangat tenang.

Keduanya kini sudah terduduk kaku, menunggu apa yang akan dibicarakan oleh sang ayah.

Tuan Park dan tuan Kang tampak saling melirik sebelum kemudian tuan Park berdehem membuka percakapan.

"Bagini, kami rasa pendekatan kalian berjalan lancar bukan? Jadi bagaimana jika pernikahan kalian dipercepat. Emmm.... Dua bulan lagi mungkin?" mata Jihoon membola, sedangkan Daniel tampak biasa, seolah sudah dapat menebaknya.

"Dua bulan??? Dad.... " tanpa sadar Jihoon merengek. Bibirnya mencebik kebawah dengan mata bulat yang mulai berkaca-kaca, untungnya ia masih menggunakan masker, jadi wajahnya tidak terlihat terlalu konyol sekarang.

"Kau bilang tidak akan memaksa untuk pernikahan kan Dad... Kau benar-benar ingin segera mengusirku?" Oke, ini diluar kendali, Jihoon bahkan sudah mulai terisak sekarang. Maskernya bahkan sudah turun ke dagu karena Jihoon tanpa sadar menyeka ingusnya hingga kini wajahnya terlihat jelas. Mata berair, hidung dan pipi bulatnya yang memerah, dan bibirnya yang melengkung ke bawah. Masa bodoh soal bibir, Jihoon bahkan sudah lupa tentang usahanya seharian ini menutupi bibir bengkaknya. Ia hanya terus menangis sesenggukan bagai bayi, membuat semua orang diruangan menahan gemas.

Daniel menutupi mulutnya sebisa mungkin, menahan tawa yang hendak menggelegar. Sedangkan nyonya Kang kini tampak menghampiri pemuda manis itu lalu mencubiti gemas pipinya. Ia bahkan tak merasa tersinggung saat pemuda didepannya ini jelas-jelas menolak putranya.

"Aigoo... Kau pasti sangat kesulitan karena anak nakal itu sayang... Kau bahkan sampai menangis seperti ini" seru nyonya Kang sambil mengunyel-unyel pipi Jihoon.

Tanpa sadar Jihoon mendongak menatap nyonya Kang sambil menunjukkan puppy eyesnya, menampilkan wajah semelas mungkin agar nyonya Kang bisa menghentikan rencana pernikahan ini.

"Ahh, ya tuhan... Imutnya... Ibu semakin tak sabar meresmikanmu sebagai menantu" perkataan nyonya Kang sukses membuat Jihoon menangis semakin keras. Semua orang disana bahkan ikut tertawa, tanpa ada satu orangpun yang berniat membantu Jihoon.

Sampai akhirnya Daniel membuka suara, tak tega juga ia melihat Jihoon yang kini mulai sibuk mengelap ingus dan air matanya.

"Semuanya... Aku izin mengantar Jihoon kekamar. Sepertinya ia membutuhkan banyak tissue sekarang, kalian bisa lanjutkan pembicaraannya" kekeh Daniel yang dibalas tawa riang dari para orangtua.

Pria itu menghampiri Jihoon lalu meraih sebelah tangannya, hendak menggiring si manis menuju lantai atas, tapi Jihoon enggan, tubuhnya di bagai menempel dengan sofa, seperti di lem.

"Aku tidak... akan kemana... Hiks, mana sebelum... keputusan yang tadi diba-hiks- talkan" serunya masih sesenggukan. Tapi sepertinya orangtua mereka masih ingin menggoda Jihoon lebih lama, karena itu mereka tak mengindahkan perkataan Jihoon sama sekali.

Verloofde [NIELWINK] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang