Happy reading
.
.
.
Daniel meletakkan secangkir cokelat panas dengan uap yang masih mengepul tepat dihadapan kekasihnya. Menghela nafas pelan, pria besar itu mencoba menarik perhatian Jihoon yang jadi pendiam sesudah orang tua mereka pulang. Ia yakin pria manis itu sedang memikirkan pembahasan mereka tadi.
Surat undangan dan,
Pernikahan
Daniel tidak munafik, tentu saja ia ingin menikah dengan Jihoon secepatnya. Memangnya apa lagi yang akan menjadi tujuan dari 2 orang yang saling mencintai selain pernikahan? Ia bisa saja mengiyakan dengan cepat tentang keputusan orang tua mereka, tapi sayangnya tidak sesederhana itu.
Daniel menyayangi Jihoon, dan ia menghormati segala keputusannya juga, meskipun itu mungkin bertentangan dengan keputusan Daniel sendiri.
"Sayang,"
Jihoon sedikit terperanjat ketika dua lengan kekar melingkari pinggangnya secara tiba tiba, disertai panggilan halus dari Daniel. Pemuda manis itu menoleh lalu tersenyum kecil.
"Kau seperti baru kembali dari tempat yang jauh"
Jihoon yakin Daniel sedang membicarakan tentang pikirannya yang berkelana entah kemana sejak tadi.
"Maafkan aku" Daniel tersenyum kecil lalu mengangguk dan bergumam kalau itu bukan kesalahannya.
Pria besar itu semakin merapatkan pelukan mereka dan meletakkan dagunya dibahu yang lebih kecil.
"Kau tau? Aku juga tidak begitu peduli tentang pernikakan. Jadi jangan terlalu membebani dirimu sendiri, jika belum siap kau bisa mengatakannya dan aku akan dengan tegas mendukung apapun keputusanmu... " Daniel berucap disertai senyum tipis. Tapi meskipun begitu Jihoon bisa melihat kehampaan dari monoloid pria itu.
"Aku mencintaimu Ji, dan yang aku inginkan adalah kebahagiaanmu. Jika pernikahan membuatmu tidak bahagia, maka aku juga pasti akan menentang itu"
Mata bulat Jihoon memburam karena embun yang tiba-tiba muncul. Daniel yang menyadari itu tertawa kecil.
"Jangan menangis. Kau sangat lucu sekarang, haha... " Dengan jahil Daniel mencubit pipi Jihoon lalu menariknya kekiri kekanan.
"Hentikan bodoh, " Daniel tertawa semakin lebar sebelum akhirnya melepaskan pipi bulat itu.
"Aku bukannya tidak mau. Aku rasa aku hanya.... "
Jihoon tak melanjutkan ucapannya, dan Daniel merasa jika itu pasti sebuah penolakan. Ia tak bisa mencegah dirinya sendiri untuk merasa sedih.
Hening beberapa saat. Keduanya hanya diam dengan pikiran masing-masing, membiarkan kesunyian melingkupi. Sampai akhirnya Daniel yang lebih dulu membuka suara.
"Ji... Aku serius ketika mengatakan akan mendukung apapun keputusanmu, aku tidak akan peduli dengan pernikahan jika kau memang ingin begitu. Karena yang penting bagiku bukan menikah atau tidak, ini lebih dari itu. Yaitu menua bersamamu sayang... "
Jihoon tidak bisa menahan buliran bening yang berlomba-lomba untuk turun.
"Memangnya siapa yang begitu peduli dengan pernikahan? Itu hanya metode kuno, kita bisa tetap bersama tanp-
Cup!
Daniel membeku ketika merasakan benda lembut menabrak bibirnya. Hanya menempel tanpa lumatan, tapi entah mengapa terasa manis sekali.
Jihoon melepaskan ciuman itu setelah 10 detik, mata indahnya yang dipenuhi galaxy menatap penuh ke mata sipit Daniel.
"Ayo menikah"
Daniel membolakan matanya.
"Jangan membohongi dirimu sendiri Niel, aku ingin menikah, jadi ayo kita menikah"
Kini gantian Daniel yang menangis terharu.
*
*
*
"Kau gila?" Jisung berseru tak percaya. Setelah drama kemarin, apa apaan dengan berita pagi ini. Mereka akan menikah? Adik sepupunya itu pasti sudah gila.
"Hyung. Kecilkan suaramu, ini tempat umum" Jihoon mengingatkan. Ia menunduk beberapa kali kearah beberapa orang yang tadi menoleh karena terjejut.
Jisung masih tampak kesal. Matanya dengan tajam menatap kearah pakiran, dimana mobil sport hitam terparkir apik, tempat Daniel berada. Tentu saja Jihoon tidak seceroboh itu dengan membiarkan Daniel berada dalam jangkauan Jisung, bisa bisa keributannya malah semakin besar.
Daniel juga sebenarnya tidak ingin hanya diam dimobil seperti pengecut, tapi Jihoon yang memintanya, jadi mau tak mau ia menurut. Lagipula memang benar kata pemuda manis itu, yang ada masalahnya akan tambah melebar jika ia ikut masuk juga. Jisung pasti akan melahapnya bulat bulat bahkan sebelum mereka sempat menyampaikan apa tujuan mereka.
Pria Yoon itu memang sadis sekali.
"Jihoon-ah. Jernihkan pikiranmu, aku yakin kau sudah diguna-guna oleh pria itu" Jisung masih menentang keras.
"Dan apa orang tuamu tau masalah kalian kemarin? Kalau mereka tau mereka tidak mungkin masih menjodohkan kalian seperti ini kan? Aku akan memberitaukan ke eomma dan appa"
"Hyung... Aku tau kau melakukan semua ini untukku, tapi aku juga berhak memilih bukan? Mungkin aku bodoh-"
"Memang!" Jisung menyela. Jihoon memberikan tatapan mengerikan yang akhirnya berhasil membuat Jisung bungkam.
"Aku tidak tau apa yang akan terjadi dimasa depan, entah baik atau buruk. Tapi membayangkan masa depanku tanpa Daniel, aku yakin itu sepenuhnya buruk"
Mungkin banyak yang mengira jika Daniel adalah orang yang cintanya paling besar, tapi nyatanya cinta mereka sama besarnya. Mereka berdua sama sama tidak bisa membayangkan hidup tanpa satu sama lain.
Jisung tidak tau harus berkata apa. Ia sangat menyayangi adiknya, dan tentu saja Jisung hanya ingin Jihoon bahagia. Tapi Daniel? Ia belum bisa sepenuhnya percaya pada pria itu setelah semua ini.
"Ya, kau berhak memilih Ji... Tapi aku masih belum bisa melupakan kelakuannya kemarin. Aku memang tidak bisa meramal masa depan, tapi aku tau kau pantas bahagia. Entah itu dengan dia atau bukan"
Jihoon tau, Jisung adalah salah satu orang yang sangat mempedulikannya. Karena itu ia memberanikan diri untuk memberitau semuanya walaupun ia tau akan begini hasilnya.
"Jika kau merasa pria itu bisa membahagiakanmu, silahkan. Tapi aku tidak bilang jika aku merestui kalian. Aku tetap membenci calonmu, dan jangan minta aku untuk mengubah itu"
Jihoon tersenyum, Jisung juga ikut tersenyum walau terlihat berat. Yang lebih tua merentangkan tangannya, dan tentu saja disambut oleh Jihoon. Dua kakak-adik berbeda marga itu saling memeluk. Tanpa kata-kata bahkan mereka sudah tau seberarti apa mereka untuk satu sama lain.
.
.
.
.
.
Tbc
Happy?
Nikah woy,
Don't forget to vote and comment guys 💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Verloofde [NIELWINK] END
FanfictionJihoon kira perjodohan adalah hal paling konyol yang pernah ia alami seumur hidup. Tapi ia salah, ada yang jauh lebih konyol dan bahkan tak pernah muncul dalam mimpi terburuknya sekalipun, yaitu 'Dijodohkan dengan mantannya sendiri'. "Ini gila!"-Pa...
![Verloofde [NIELWINK] END](https://img.wattpad.com/cover/248768303-64-k534687.jpg)