Daniel dengan cepat membopong tubuh mungil Jihoon dari mobilnya. Daehwi sudah diantar pulang lebih dulu, lagipula ini memang sudah terlalu malam.
Sepanjang perjalanan menuju unit apartemennya adalah ujian paling sulit yang pernah ia hadapi. Jihoon saat ini tengah mendusalkan wajahnya ke ceruk leher Daniel sambil sesekali mengendus bagai anak anjing. Daniel tidak yakin apakah Jihoon sadar jika terkadang bibir lembabnya tanpa sengaja mendarat di leher Daniel. Itu membuatnya gila!
Pria tinggi itu dengan susah payah mencoba membuka pintu menggunakan keycard-nya. Tentu saja sulit karena kedua tangannya kini terpakai untuk menggendong Jihoon, akhirnya Daniel memposisikan tubuh Jihoon agar bisa digendong dengan satu tangan. Seperti menggendong bocah.
Cklek!
Tepat setelah keduanya memasuki apartemen itu, Daniel memperbaiki posisi Jihoon hingga kini ia menggendongnya ala koala. Kaki panjang itu melangkah pelan menuju kamar. Jangan berfikir negatif oke, Daniel membawa Jihoon kesini karena tidak mungkin ia membawanya pulang dalam kondisi seperti ini.
Perlahan, Daniel menidurkan Jihoon diatas kasur. Wajah pria itu terlihat semakin cantik dengan pipi yang memerah. Ia yakin itu efek afrodisiak yang diberikan Jinyoung. Sialan memang pria itu. Daniel harus cepat mencari tau cara menetralkannya, ini pasti begitu menyiksa bagi Jihoon.
Baru saja pria itu hendak beranjak, tapi dua buah tangan lebih dulu menahan tengkuknya.
Daniel berkedip cepat.
"Daniel..." Jihoon berseru lirih.
"Y-ya... Apa ada sesuatu yang kau butuhkan Ji?" tanya pria itu terbata-bata.
Jihoon membuka matanya perlahan. Wajah tampan Daniel adalah yang pertama ia lihat. Kepalanya pening, tubuhnya juga terasa panas, dan itu bertambah buruk karena aroma maskulin yang menyebar disetiap sudut ruangan. Jihoon tidak tau lagi. Rasanya sangat menyiksa.
"K-kumohon... Bantu aku" pemuda itu hampir menangis. Desakan itu terasa semakin kuat lagi, bahkan bagian bawahnya sudah basah.
"Jangan menangis sayang. Aku akan mencari cara untuk menetralkan efeknya. Tunggu sebentar oke..." Daniel hampir saja menjauh sebelum kemudian secara tiba-tiba hal yang tidak pernah ia bayangkan terjadi.
"Ump... Hmm" Jihoon melumat bibirnya dengan kasar. Pemuda itu bahkan menahan leher belakang Daniel sampai tak ada celah sedikitpun.
Daniel membolakan matanya. Jihoon menciumnya lebih dulu. Ini langka! Walaupun itu karena efek obat, tapi tetap saja Daniel tidak bisa menghentikan debaran jantungnya yang berpacu diatas rata-rata.
Perlahan, Daniel juga ikut memejamkan matanya. Ia tau seharusnya ia tak memanfaatkan keadaan Jihoon, tapi mau bagaimanapun Daniel menolak, tubuhnya tetap tak bisa. Ia takkan pernah bisa menolak Jihoon sedikitpun.
Jihoon mengerang ketika Daniel membalas ciumannya tak kalah panas. Keduanya kini terlihat seperti kehausan akan satu sama lain. Daniel memperdalam ciumannya, mengobrak-abrik isi mulut Jihoon. Jihoon juga tak mau kalah, ia dengan cepat membalikkan posisi mereka hingga kini Jihoon yang berada diatas.
Pemuda manis itu kembali menautkan bibir mereka. Kali ini Jihoon mencoba mendominasi, walaupun jelas ia takkan bisa mengalahkan Daniel dalam hal itu. Disela ciuman panas mereka, Daniel terpana saat dalam sekali hentakan Jihoon membuka kemeja Daniel hingga kancing-kancing itu berserakan memenuhi kasur.
Betapa seksinya.
Melihat pemandangan ini saja rasanya sudah bisa membuat Daniel ejakulasi. Pria itu baru tersadar ketika merasakan benda lunak nan hangat menari disekitar dadanya.
Pria itu menggeram pelan. Astaga! Menghadapi Jihoon yang seperti ini ternyata lebih melelahkan dibanding Jihoon biasanya. Malam ini Jihoon sangat.....
Nakal?
Rasanya itu cocok.
"Jihoon-ah... Hmmh, kita tak bisa melakukannya. Tidak ketika kau berada dalam pengaruh obat" Daniel menahan kedua tangan mungil pria diatasnya, memberi pengertian. Ia bersumpah jika saat ini kejantanannya juga terasa sesak, tapi biarpun begitu ini tetap tidak benar, hubungannya dan Jihoon bahkan belum begitu membaik untuk melakukan seks, terlebih dalam keadaan Jihoon yang tidak sadar begini. Daniel hanya tak ingin Jihoon merasa marah atau menyesal besok.
Mata bulat milik pria cantik itu mulai berkaca-kaca. Kenapa Daniel melarangnya? Ini terasa sangat menyiksa.
"Aku... Mhh, sakit-huks... " Jihoon mulai menangis. Demi Tuhan, tubuhnya seolah terbakar dan kepalanya pening bukan main, dan bagian bawahnya sudah mengeras sejak ia masih dimobil. Rasanya sakit sekali.
Daniel kelimpungan. Jihoon yang tampak bersemangat tadi kini menangis keras bagai bayi. Dan ia bisa mengerti ketika melihat kearah selangkangan pria manis itu, terlalu lama ereksi tanpa pelepasan memang menimbulkan nyeri. Kadang ia juga merasakannya.
Ia tak bisa membiarkan ini lebih lama. Bae Jinyoung sialan itu... Daniel tak henti menyumpahi namanya dalam hati.
"Shhh... Shhh, kumohon jangan menangis sayang. Aku akan membantumu mengeluarkannya" tidak ada jalan lain. Daniel harus membuat Jihoon pelepasan sesegera mungkin.
Perlahan pria besar itu merebahkan tubuh Jihoon yang masih menangis dibawahnya. Daniel menggeram rendah, wajah sehabis menangis milik kekasihnya terlihat sangat menggemaskan. Itu bukan hal yang baik untuk adik kecilnya yang memang sudah sesak dibawah sana.
Tangan gemetar Daniel akhirnya berhasil melepaskan celana Jihoon. Pria itu mencium bibir sang submissive dengan lembut. Mencoba menghentikan tangis simanis.
Perlahan, tangan besarnya menangkup milik Jihoon lalu bergerak seperti yang seharusnya. Jihoon melenguh panjang. Entah sejak kapan tangisnya sudah berhenti dan kini bibir manis pria itu hanya mengeluarkan lenguhan dan erangan pelan.
Daniel bersumpah ia bisa saja keluar hanya dengan melihat ekspresi pria dibawahnya. Jihoon terlalu indah. Saat sedang tersenyum, tertawa, bahkan ketika menangispun ia terlihat indah, terlebih saat ini. Jihoon lebih dari indah.
"Ugh, Daniell... " Jihoon merengek pelan. Rasanya nikmat, tapi Jihoon masih merasa ada yang kurang.
Jihoon ingin Daniel berada didalamnya. Sekarang!
"Umh... Aku- aku..."
Daniel mendongak, menatap penuh sayang kearah Jihoon yang tampak kesulitan untuk sekedar berbicara dengan jelas.
"Ya sayang. Katakan" Pria besar itu mengecup singkat pipi kekasihnya dengan tangan yang masih bekerja aktif dibawah sana. Baru saja Daniel hendak menjauhkan wajahnya, tapi Jihoon lebih dulu membawa mereka dalam ciuman panas.
"Aku ingin kau, Daniel..." lirih Jihoon setelah ciuman itu terputus.
.
.
.
.
.
Tbc
Holaa... I'm so sorry guys karena baru up lagi😭
Akhir-akhir ini aku lagi sibuk sama kerjaan kantor, jadi agak susah buat nabung draft.
Aku gak mau ngejanjiin lagi yaa, takut PHP kaya kemarin😥
Enjoy the chapter guys, see you💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Verloofde [NIELWINK] END
FanfictionJihoon kira perjodohan adalah hal paling konyol yang pernah ia alami seumur hidup. Tapi ia salah, ada yang jauh lebih konyol dan bahkan tak pernah muncul dalam mimpi terburuknya sekalipun, yaitu 'Dijodohkan dengan mantannya sendiri'. "Ini gila!"-Pa...
![Verloofde [NIELWINK] END](https://img.wattpad.com/cover/248768303-64-k534687.jpg)